Human Interest Story

Kisah Pilu Guru Honorer di Karimun 3 Bulan Belum Terima Gaji, Fitriawati: Tak Lebaran Kami Tahun Ini

Seorang guru honorer di Kabupaten Karimun terancam tidak merayakan Idul Fitri tahun ini. Gaji selama 3 bulan yang jadi harapan belum ia terima.

Penulis: Yeni Hartati | Editor: Septyan Mulia Rohman
Istimewa untuk Tribun Batam
GURU HONORER DI KARIMUN - Fitriawati, guru honorer SD Negeri 001 Meral Barat, Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Ia berharap ada perhatian Pemerintah Daerah untuk membayarkan gajinya selama tiga bulan agar bisa untuk memenuhi kebutuhan lebaran Idul Fitri. 

TRIBUNBATAM.id, KARIMUN - Fitriawati, seorang guru honorer di Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) terancam tidak merayakan Hari Raya Idul Fitri tahun ini.

Hari Raya Idul Fitri merupakan hari 'Kemenangan' bagi umat muslim di seluruh penjuru dunia.

Namun berbeda dengan Fitriawati, seorang guru honorer di SD Negeri 001 Meral Barat.

Baginya, bulan Ramadan penuh berkah ini sekaligus momen penghematan menahan lapar dan haus dari biaya pengeluaran yang semestinya.

Gaji yang diharapkan sebagai upah telah berkerja selama tiga bulan harus terhalang oleh aturan regulasi yang ditulis hanya dalam secarik kertas.

Berulang kali menghadiri Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama sejumlah anggota DPRD Karimun, hanya janji-janji saja dari para wakil rakyat itu yang menghantui pikirannya.

Baca juga: Efisiensi Anggaran di Karimun Tembus Rp 47 Miliar, Grendy: Tak Ada Pembangunan Fisik

Fitriawati menaruh harapan besar kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karimun, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).

Dengan kondisi sang suami merupakan karyawan eks PT Karimun Granite masuk dalam daftar PHK bersama ratusan pekerja lainnya.

Kini suaminya hanya berkerja sebagai buruh harian lepas atau serabutan. 

Hidup terus berjalan hanya mengandalkan tabungan semakin hari kian menipis untuk memenuhi kebutuhan pokok rumah tangga, biaya anak sekolah, dan biaya tak terduga lainnya.

Dengan empat orang anak, anak pertama masih sekolah duduk di bangku SMP.

Anak keduanya dan ketiga masih di bangku SD.

Sementara anak terakhir masih bayi.

Baca juga: Warga Karimun Resah MinyaKita Tak Sesuai Takaran Beredar di Kepri: Ada yang Keruh

"Sudah habis semuanya. Tabungan yang kami punya, barang berharga sudah terjual, dan emas di gadaikan," ujar Fitriawati.

Momen Ramadan menjelang Idul Fitri ini, ia mencoba mencari pemasukan tambahan dengan memasang payet baju seragam lebaran.

"Masih harus disyukuri, Alhamdulillah ada tempahan pasang payet baju tapi tak bisa terima banyak karena saya punya bayi," cetusnya.

Hal serupa turut dirasakan oleh puluhan rekan honorer yang bernasib sama. Menjaring ikan sepulang mengajar dan menjadi tukang ojek online.

Berulang kali, ia menyebut agar Pemerintah melalui Bupati Karimun yang baru Iskandarsyah dapat memperhatikan nasibnya.

Belasan tahun mengajar menjadi guru, tiga bulan terakhir yang membuat hidupnya berubah sangat berubah tragis.

Baca juga: Anggota DPRD Karimun Singgung Soal Keterlambatan Dana Bagi Hasil dari Provinsi Kepri: Selalu Begitu

Sebelumnya ia masih menerima gaji dan insentif sebagai guru sekolah Swasta dibawah naungan PT Karimun Granite (KG).

Namun setelah peralihan status Negeri, ia justru tak menerima sama sekali pembayaran gaji dari pemerintah selama tiga bulan.

Meskipun begitu, ia menilai mengajar bagian dari ladang amal jariyah yang diberikan kepada peserta didiknya.

"Kami sudah bertemu pak Iskandar. Waktu itu alasannya belum duduk (Bupati), kemudian belum dilantik, dan sekarang dihubungi tetapi belum ada respons," ujarnya.

Secercah harapan mulai datang setelah ia mendapat informasi dari Bupati Karimun untuk datang ke kantor pada Senin (17/3).

Rencananya, mereka akan bertemu dengan Ketua DPRD Kepri.

Baca juga: Puluhan Anggota PGRI Karimun Bisa Ikut Tes PPPK di Batam Setelah Mengadu Nasib ke DPRD

Ia juga berharap agar Pemerintah Daerah Kabupaten Karimun adil dalam memberikan hak-hak ASN dan Non ASN tanpa memandang status.

"Kalau ASN bakal menerima TPP mereka untuk kebutuhan lebaran. Terus nasib kami bagaimana? apakah memang tak lebaran tahun ini?," katanya.

Meski pesimistis, ia harus tetap tegar dimata anak-anaknya tidak boleh sedih ataupun menangis meratapi nasib.

"Betul-betul sedih tak bisa di ungkapkan. Kami belum ada persiapan apa-apa untuk lebaran kue ataupun baru baru. Cukup makan sudah bersyukur," tutupnya dengan suara lirih. (TribunBatam.id/Yeni Hartati)

Baca juga Berita TribunBatam.id lainnya di Google News

Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved