IPDN vs STIS, Sekolah Kedinasan Paling Diburu, Ini Perbandingan Kuota, Gaji, dan Prospek Kerjanya

TRIBUNBATAM.id - Minat masyarakat terhadap sekolah kedinasan di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Di antara berbagai pilihan yang tersedia, Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) dan Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) menjadi dua nama yang paling banyak diburu calon taruna dan taruni.

Meski sama-sama menawarkan ikatan dinas dan jaminan kerja, keduanya memiliki fokus pendidikan dan prospek karier yang sangat berbeda.

Fokus Berbeda, Tujuan Lulusan Berbeda

IPDN yang berada di bawah naungan Kementerian Dalam Negeri bertujuan mencetak kader pemerintahan yang siap mengabdi di daerah.

Lulusan IPDN umumnya ditempatkan di instansi pemerintahan seperti Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Satuan Polisi Pamong Praja, Badan Kepegawaian Daerah, hingga Badan Penanggulangan Bencana Daerah.

Sementara itu, STIS yang dikelola oleh Badan Pusat Statistik (BPS) fokus pada pendidikan bidang statistik dan data sains.

Lulusan STIS dibekali kemampuan dalam pengumpulan, pengolahan, dan analisis data, menjadikannya profesional yang dibutuhkan di era digital dan pengambilan kebijakan berbasis data.

Persaingan Ketat Tiap Tahun

Baik IPDN maupun STIS, keduanya memiliki jumlah pendaftar yang fantastis setiap tahunnya. Berikut data resmi dari Panitia Seleksi Nasional (Panselnas) yang menunjukkan ketatnya persaingan:

IPDN:

- 2022: 1.388 kuota | 32.175 pendaftar (rasio 1:23)

- 2023: 534 kuota | 29.132 pendaftar (rasio 1:55)

- 2024: 721 kuota | 33.653 pendaftar (rasio 1:47)

STIS:

- 2022: 500 kuota | 20.602 pendaftar (rasio 1:41)

- 2023: 500 kuota | 24.332 pendaftar (rasio 1:49)

- 2024: 355 kuota | 19.793 pendaftar (rasio 1:56)

Berdasarkan data di atas (sumber: BKN dan Panselnas 2024), STIS pada tahun ini mencatat tingkat persaingan tertinggi dibanding IPDN dengan rasio 1:56. Hal ini menjadikan STIS sebagai salah satu sekolah kedinasan paling kompetitif di Indonesia.

Gaji dan Prospek Karier

Soal penghasilan, lulusan kedua lembaga ini memiliki rentang gaji yang cukup kompetitif, yaitu antara Rp 2,5 juta hingga Rp 33 juta per bulan, tergantung pada golongan dan jabatan yang diemban.

Lulusan IPDN berpeluang menduduki jabatan struktural dalam pemerintahan daerah hingga pusat, termasuk menjadi camat, kepala dinas, atau bahkan pejabat eselon tinggi di kementerian.

Sementara itu, lulusan STIS bisa bekerja sebagai data analyst, aktuaris, peneliti pasar, analis risiko keuangan, maupun ilmuwan data di instansi pemerintah maupun swasta.

Lokasi Kampus

- IPDN berlokasi di Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

- STIS terletak di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur.

Mana yang Harus Dipilih?
Pemilihan antara IPDN dan STIS sebaiknya disesuaikan dengan minat dan cita-cita masing-masing calon peserta.

IPDN cocok untuk mereka yang ingin berkarier dalam birokrasi pemerintahan daerah dan memperkuat sistem tata kelola negara.

Sebaliknya, STIS adalah pilihan tepat bagi mereka yang menyukai angka, analisis data, dan ingin berkontribusi dalam penyusunan kebijakan berbasis statistik.

Dengan persaingan yang semakin ketat dan peluang karier yang menjanjikan, IPDN dan STIS tetap menjadi primadona di tengah masyarakat.

Yang pasti, kedua institusi ini membuka jalan menuju karier yang stabil, terarah, dan berkontribusi besar bagi kemajuan bangsa.

Baik IPDN maupun STIS menawarkan peluang karier yang menjanjikan. Pilihlah sesuai minat dan kemampuan, karena masa depan cerah dimulai dari keputusan yang tepat.

Baca juga: Syarat dan Cara Daftar STMKG 2025, Sekolah Kedinasan dengan Kuliah Gratis dan Peluang Jadi CPNS BMKG