KASUS MUTILASI DI PADANG PARIAMAN

Satpam di Padang Pariaman Ternyata Pembunuh Berdarah Dingin, Warga Tertipu Sikap Ramah Koyek

Sosok Satria Juanda alias Koyek yang dikenal ramah justru menjadi terduga pelaku pembunuhan berantai tak disangka oleh warga Sungai Buluah, Batang

Editor: agus tri
kolasi tribunbatam.id foto tribunpadang.com/fajaralfaridhoherman
KASU MUTILASI - Kasus mutilasi di Pasar Usang, Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman mulai terungkap setelah pelaku SJ ditangkap. Korban ternyata tidak satu tapi sudah tiga (3) orang. 

TRIBUNBATAM.id – Sosok Satria Juanda alias Koyek yang dikenal ramah justru menjadi terduga pelaku pembunuhan berantai tak disangka oleh warga Sungai Buluah, Batang Anai, Padang Pariaman.

Warga kampung geger dengan penangkapan Koyek, pada Kamis (19/6/2025). 

Ternyata menyimpan kejahatan besar di balik sikap pendiamnya, pria 25 tahun yang bekerja sebagai Satpam itu.

Puluhan meter dari kediaman Koyek, Delvi Elfira, seorang warga yang terbiasa dengan rutinitas pagi, mendapati dirinya tersentak.

“Dari polisi yang ada di lokasi, saya dengar bahwa Wanda (sapaannya) telah melakukan mutilasi dan penguburan jasad di sumur dalam rumahnya,” tuturnya, Jumat (20/6/2025).

Bagi Delvi, Koyek adalah sosok yang tumbuh besar di lingkungan ini, seorang anak kedua dari tiga bersaudara.

KASUS PEMBUNUHAN MUTILASI- Pelaku terduga tindak pidana pembunuhan mutilasi (baju kuning) berinisial diamankan kepolisian dari Polres Padang Pariaman, Kamis (19/6/2025). SJ disebut sebagai orang pertama yang melaporkan hilangnya Siska ke Polsek Batang Anai.
KASUS PEMBUNUHAN MUTILASI- Pelaku terduga tindak pidana pembunuhan mutilasi (baju kuning) berinisial diamankan kepolisian dari Polres Padang Pariaman, Kamis (19/6/2025). SJ disebut sebagai orang pertama yang melaporkan hilangnya Siska ke Polsek Batang Anai. (Dokumentasi/Polres Padang Pariaman)

Kakaknya bekerja sebagai HRD di sebuah pabrik bata, sementara adiknya merantau di Pekanbaru.

Koyek kecil, menurut Delvi, tak ubahnya anak-anak sebayanya: aktif bermain dan bersekolah.

“Ayahnya sudah meninggal sejak ia kecil, tapi saya tidak tahu pastinya, mungkin sewaktu masih duduk di bangku SD,” kenangnya.

Dewasa, Koyek memang lebih irit bicara, namun tetap mudah bergaul.

Ia pernah menempuh pendidikan hingga bangku SMA, bahkan sempat mencoba peruntungan dengan tes polisi meski tak lolos.

Sekitar dua tahun terakhir, ia bekerja sebagai Satpam di tempat kakaknya, sebuah pekerjaan tetap yang baru ia dapat.

“Makanya saya tidak menyangka kalau ia melakukan hal tersebut, kesehariannya tidak ada tanda-tanda pelaku pembunuhan,” ujar Delvi, menggelengkan kepala.

seorang pemuda sebaya Koyek, Ferdiansyah, mencoba merunut asal muasal nama panggilan Koyek yang melekat padanya itu.

“Panggilan itu muncul begitu saja tanpa sebab yang jelas,” katanya.

Menurut Ferdi, nama itu tak muncul dari sifat atau ciri fisik yang menonjol, sebab Koyek memang tak memiliki keduanya.

Dalam pergaulan sehari-hari, Ferdi mengenal Koyek sebagai sosok yang santun dan tak pernah mencampuri urusan orang lain.

“Jika duduk di lapau, biasanya hanya pesan minum, main HP lalu pergi. Tidak banyak bicara, hanya sekadar senyum,” gambarnya.

Lebih dari itu, Koyek juga cukup aktif dalam kepemudaan dan kepengurusan masjid di daerah tersebut.

Serangkaian latar belakang inilah yang membuat Ferdi sangat terkejut dengan kedatangan polisi terkait dugaan pembunuhan berantai yang dilakukan Koyek.

Bagi masyarakat setempat, penangkapan Koyek adalah sebuah kejutan yang mengguncang.

Bagaimana mungkin seorang yang pendiam, tak suka ikut campur, dan pandai bergaul, ternyata adalah seorang pembunuh berdarah dingin.

Dua tahun terakhir, tak ada satupun warga yang melihat tanda-tanda perubahan pada Koyek, bahkan setelah ia diduga melakukan pembunuhan terhadap pacar dan teman pacarnya setahun lalu.

Koyek tetap menjalankan rutinitas hariannya, pergi kerja setiap malam, sesekali mampir ke lapau untuk secangkir teh atau kopi.

Kesehariannya yang tampak biasa itu kini berbalik menjadi narasi yang menyeramkan.

Ironisnya, nama Koyek bahkan kini telah menjadi pameo di kalangan anak-anak kecil, seolah menjadi penanda bagi teman yang berulah, sebuah cerminan dari peristiwa tak terduga yang menimpa kampung mereka.

Kisah Koyek, sang pemuda senyap yang menyimpan rahasia kelam, kini menjadi perbincangan, sebuah potret kompleksitas manusia yang kerap menyembunyikan sisi gelap di balik topeng keseharian.(*)

Artikel ini telah tayang di TribunPadang.com dengan judul Warga Tertipu Sikap Ramah Koyek, Satpam di Padang Pariaman Ternyata Pembunuh Berdarah Dingin, 

 

Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved