ANAMBAS TERKINI

Mesjid Besar Baiturrahim Tarempa, Wisata Religi Ratusan Tahun yang Pernah Dikunjungi Mohammad Hatta

Wisata religi di Kabupaten termuda Provinsi Kepri yang mekar dari Kabupaten Natuna ini kaya akan nilai sejarah dan nuansa islami.

Tribunbatam.id/Noven Simanjuntak
Masjid Besar Baiturrahim di Kecamatan Siantan, Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Wisata religi bangunan peribadatan tertua dengan usia ratusan tahun yang masih berdiri kokoh, Selasa (26/8/2025) 

Keempat Imam tersebut yakni, Imam H. Mohd. Thaher asal Banjar mengabdi 3,5 tahun, Imam H. Gaffar asal Siantan mengabdi 4,5 tahun, Imam H. Mohd. Noer asal Batubara, Sumatera Utara mengabdi 18 tahun dan Imam H. Sahur bin Mim asal Siantan 14 tahun.

Sejarah Masjid Besar Baiturrahim ini  menyimpan sejumlah kisah unik dan menarik yang masih tersohor dikalangan masyarakat.

Mengingat posisi awalnya yang berada di pesisir, masjid ini dulunya kerap digenangi air laut saat pasang.

Hal ini membuat sejumlah titik bangunan masjid menjadi keropos.

Akhirnya, sekitar tahun 1920-an, masjid ini dibangun permanen dan dipindahkan ke darat.

Pemindahan bangunan permanen dikerjakan secara gotong royong oleh penduduk Siantan, baik yang berada di bandar Siantan maupun penduduk yang berada di pulau-pulau sekitar Siantan.

Konon katanya, biaya pembangunan masjid ini didapat dari sumbangan para penjual karet. Setiap penjualan karet akan dipotong dan disimpan oleh amir yang berkuasa pada masa itu.

Menariknya dalam sejarah pembangunan permanen ini, tukang yang memimpin pekerjaan tersebut bernama Jonsit, seorang lelaki berasal dari etnis Tionghua.

Sedangkan arsitekturnya berasal dari orang keling yang didatangkan dari Singapura.

Model arsitektur masjid ini didesain dengan berciri arsitektur kolonial yang mengambil gaya bangunan Benua Eropa.

Setelah Pembangunan permanen yang memakan waktu sekitar lima tahun tersebut, pemimpin saat itu mengubah namanya menjadi Mesjid Raya Tarempa.

Tepat pada tahun 1925, masjid ini diresmikan oleh Amir Abd. Hamid dan disaksikan penghulu Tarempa bernama H. M. Yusuf.

Diperkirakan pada tahun 1925 M juga, dr. Abdul Satar dari Pulau Sumatera menghadiahi Masjid Raya Tarempa sebuah mimbar yang dibuat dari Jepara.

Sampai saat ini, mimbar tersebut masih berdiri kokoh dan anggun di mihrab Masjid Besar Baiturrahim Tarempa.

Tak hanya itu, cerita para orangtua yang masih melekat di masyarakat sampai saat ini, saat invasi perang Negara Jepang.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved