Progres Mengambil Alih Ruang Kendali Udara Kepri Dari Singapura, Berharap Bisa Selesai Tahun Ini

Editor: Eko Setiawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sebanyak 7 pesawat tempur milik Angkatan Laut Perancis jenis Rafale, mendarat darurat di Pangkalan Udara (Lanud) Sultan Iskandar Muda, Aceh Besar, Sabtu (18/5/2019).

TRIBUNBATAM.id, BATAM - Pemerintah masih berupaya mengambilalih ruang kendali udara penerbangan alias Flight Information Regional (FIR) di wilayah Kepri dari tangan Singapura dan Malaysia.

Hal ini ditegaskan kembali Menteri Perhubungan RI, Budi Karya Sumadi saat datang ke Batam, Rabu (14/8/2019).

Budi menargetkan, pengambilalihan FIR bisa terealisasi tahun ini. Dikatakan untuk progresnya, Menko Maritim, Luhut Binsar Pandjaitan sudah melakukan koordinasi soal itu dengan Singapura.

"Kita sudah siapkan proposal. Insya Allah tahun ini selesai," kata Budi.

Advan G2 Pro Dibandrol Rp 1,2 Juta, Ini Spesikasi Lengkapnya

Ibu Luar Biasa, Sendirian Besarkan 16 Anak Hingga Sarjana. Makan Nasi dengan Garam dan Gula

Keluarga Korban KM Sembilang Terbakar Terima Rp 191 Juta dari PT Karimun Marine Shipyard

Mengutip Kompas.com, Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Yuyu Sutisna mengatakan, FIR wilayah Kepri yang masih dikuasai negara lain itu, yakni untuk ruang udara Batam, Tanjungpinang, Karimun hingga Natuna. Daerah ini masuk dalam ruang udara Blok ABC.

Dampak dari penguasaan FIR ini, aktivitas penerbangan di Bandara Hang Nadim Batam maupun bandara yang masuk dalam Blok ABC harus menunggu pemberitahuan (izin) take-off clearance selain dari ATC Batam, juga dari ATC Singapura.

Untuk menunjang pengambilalihan FIR ini, TNI AU juga akan membangun sistem keamanan di Batam.

Keluarga Korban KM Sembilang Terbakar Terima Rp 191 Juta dari PT Karimun Marine Shipyard

BPOM Kepri Amankan Produk Komestik Ilegal Senilai Rp168 Juta, Ditangkap di 2 Tempat di Batam

Pesawat Listrik Pertama Norwegia Nyungsep ke Danau saat Uji Coba

Menurut Yuyu, pihaknya tidak sekadar mengambilalih kendali ruang udara di Kepri, tetapi pihaknya juga harus mampu menjamin keamanannya.

Salah satunya dengan menempatkan pesawat TNI AU dan membangun pangkalan untuk memantau situasi keamanan di ruang udara itu.

Sekadar informasi, ruang udara Batam pernah dimasuki pesawat asing.

Pada Januari lalu, dua pesawat tempur milik TNI F-16 dari Skuadron Lanud Roesmin Nurjadin, menurunkan secara paksa pesawat asing asal Ethiopia di Bandara Hang Nadim Batam.

Pesawat Ethiopia Airlines Boeing B.777F/ET-AVN itu mendarat sekitar pukul 9.32 WIB pada Senin (14/1).

Sebelumnya, Direktur Badan Usaha Bandara Usaha (BUBU) Hang Nadim Batam, Suwarso mengatakan, pesawat tersebut terlihat berputar dua kali di sekitaran Jembatan 6 Barelang.

Pesawat tersebut masuk teritorial Batam, Indonesia.

Diketahui pesawat tersebut berangkat dari Bandara Addis Ababa, Ethiopia dengan rute menuju Hongkong.

Namun entah mengapa, pesawat tersebut justru melintas masuk ke wilayah teritorial Indonesia.

Kinerja Impor Juli 2019 Turun 15,21 Persen Jadi USD 15,51 Miliar

BPS: Juli 2019, Ekspor RI Turun 5,12 Persen Jadi USD 15,45 Miliar

Harga Cengkih Jadi Rp 50 Ribu Per Kg, Begini Reaksi Para Petani Cengkih di Anambas

Sudah Setor Rp 3,4 M Rumah Tak Dibangun, PT Gracia Mandiri Jaya Polisikan Pengembang Green Lake

"Harusnya langsung ke Malaysia saja. Tapi dia terlihat berputar dua kali di Jembatan 6," kata Suwarso di BP Batam.

Lantas pihak terkait segera menghubungi TNI AU, dan dilakukan penggiringan pesawat diperkirakan sekitar pukul 9.10 atau 9.15 WIB.

Suwarso mengatakan, ini merupakan kejadian kali pertama di tahun 2019, pesawat asing masuk teritorial Batam, Indonesia.

"Sebelumnya ada yang hampir mau masuk juga tahun-tahun sebelumnya. Tapi masih berada di daerah perbatasan," kata Suwarso. (wie)

Berita Terkini