Dampak Virus Corona

New Normal! Fase Baru Hidup di Masa Pandemi

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

DUDUK - Seorang porter/buruh angkut mengenakan masker duduk di depan lorong pintu masuk keberangkatan Pelabuhan Domestik Telaga Punggur, Senin (27/04/2020). Pandemi virus corona berdampak pada sepinya volume penumpang di pelabuhan ini

TRIBUNBATAM.id, JAKARTA - Virus corona atau Covid-19 yang muncul kali pertama di Wuhan, China akhir 2019 lalu hingga kini mewabah seantero dunia.

Wabah ini mengakibatkan dunia "mati suri". Beberapa negara menerapkan aturan ketat aktivitas masyarakat. Siapa pun tak boleh keluar rumah.

Di Indonesia, beberapa daerah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Pandemi ini membuat ekonomi lumpuh. 

Memasuki pertengahan tahun, tak ada satu pun dunia yang berani terang-terangan mengklaim telah menemukan vaksi dari virus ini.

Pun demikian, negara-negara yang telah terpapar, tak ada yang muncul mengklaim telah bebas dari pandemi. 

Bandara Raja Haji Fisabilillah Tanjungpinang Masih Sepi, Hanya ada 2 Penerbangan Selama Sepekan

Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmita mengatakan Indonesia bahkan dunia, belum dapat menjawab kapan pandemi Covid-19 akan berakhir.

Ia mengatakan sampai sekarang belum ditemukan vaksin mengobati virus ini.

Kendati demikian, beberapa ahli dan pakar dunia tengah berlomba menemukan ramuan yang tepat untuk mengobati virus SARS-CoV-2, yang utamanya menyerang paru-paru manusia.

“Seluruh dunia juga tidak tahu, karena virus ini untuk vaksinnya belum ditemukan.

Jadi kita harus bisa selalu berhadapan dengan virus ini,” ungkap Wiku dalam dialog di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta (12/05/2020).

Dalam masa-masa krisis kesehatan seperti yang dialami Indonesia dan beberapa negara di dunia, penerapan protokol kesehatan menjadi metode paling dianjurkan menghadapi Covid-19.

Pandemi Corona Pukul Pelayaran di Karimun, Sejumlah Rute Ditutup, Pelayaran Antar Pulau Ikut Sepi

Ia mengulang imbauan agar masyarakat rutin mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir, menggunakan masker, menjaga jarak dan beraktivitas di rumah demi memutus rantai penyebaran virus virus.

Selain itu, beberapa kebijakan telah diambil oleh beberapa negara, seperti penarapan lockdown, karantina wilayah, pembatasan wilayah dan sebagainya.

Pemerintah Indonesia sendiri juga telah mengambil kebijakan sendiri dengan mengeluarkan aturan PSBB, yang hingga saat ini masih diterapkan dan diberlakukan hingga waktu yang belum ditentukan.

Penerapan PSBB tersebut berlaku bagi seluruh kalangan namun ada pengecualian.

Dalam peraturan PSBB telah disebutkan bahwa mereka yang ‘diizinkan’ keluar batas wilayah tertentu adalah bagi yang mengantongi surat izin dinas dari atasan.

Selain itu juga bagi mereka yang sedang ditimpa kemalangan, pun harus menyertakan beberapa dokumen yang disyaratkan.

"Keadaan seperti itu harus dipahami bersama-sama, bahwa pada akhirnya masyarakat Indonesia harus bisa berdaptasi dengan keadaan yang baru.

Di mana ada beberapa hal baru yang harus ditegakkan di tengah rutinitas yang selama ini dikerjakan," ujarnya melalui keterangan tertulis.

Usaha Dekorasi Pernikahan Sepi Peminat, Ranky Banting Setir Jadi Pembuat Peti Jenazah Covid-19

Dalam kesempatan sama ia menambahkan, tidak semua aktivitas dilarang, namun dikurangi atau diganti penerapannya.

Termasuk tidak ada sekolah di ruang kelas, namun diganti belajar di rumah. Tidak ada bekerja di kantor, namun bekerja dari rumah.

Beberapa bentuk perubahan atau transformasi baru ini kemudian melahirkan istilah “New Normal”.

"New Normal" adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal namun ditambah menerapkan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan virus corona.

“Prinsip yang utama harus bisa menyesuaikan pola hidup.

Secara sosial, kita pasti akan mengalami suatu bentuk new normal, atau kita harus beradaptasi dengan beraktifitas, dan bekerja, dan tentunya harus mengurangi kontak fisik dengan orang lain, dan menghindari kerumunan, dan bekerja, dan sekolah dari rumah,” jelas Wiku.

Penjual Bunga di TPU Sei Panas Ikut Terkena Dampak Corona, Peziarah Sepi, Bunga pun Tak Laku

Secara sosial disadari bahwa hal ini juga akan berpengaruh.

Sebab ada aturan yang disebutkan dalam protokol kesehatan untuk menjaga jarak sosial dengan mengurangi kontak fisik dengan orang lain.

Lantas sampai kapan masyarakat harus hidup secara “New Normal” ini?

Profesor Wiku menjelaskan bahwa kehidupan dapat kembali normal setelah vaksin ditemukan dan dapat dipakai sebagai penangkal virus corona jenis baru itu.

"Transformasi ini adalah untuk menata kehidupan dan perilaku baru, ketika pandemi, yang kemudian akan dibawa terus ke depannya sampai tertemukannya vaksin untuk Covis-19,” kata Wiku.

Menurut Wiku, beberapa ahli dan pakar dunia telah memastikan bahwa kemungkinan paling cepat ditemukan vaksin itu adalah tahun depan.

Artinya kemungkinan terbesar masyarakat harus hidup secara “New Normal” sampai tahun depan, bahkan bisa lebih.

Sepi Penumpang, Speedboat Tanjunguban-Punggur Berangkat Tiap 1,5 Jam Sekali

Dalam hal ini, pemerintah pastinya berharap agar vaksin itu tidak sampai harus dikonsumsi untuk mengobati Covid-19 yang dijangkit oleh masyarakat Indonesia.

Dengan kata lain, pemerintah berharap bahwa penularan virus corona jenis baru di tengah masyarakat itu dapat diputus sebelum vaksin itu ditemukan.

Oleh sebab itu, perubahan perilaku menjadi kunci optimisme dalam menghadapi Covid-19 ini.

Yakni tetap menjalankan kehidupan sehari-hari ditambah dengan penerapan protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah atau didefinisikan sebagai “New Normal”.

Di sisi lain, Pemerintah juga berharap bahwa sebelum vaksin di temukan, masyarakat dapat kembali hidup “normal” setelah menerapkan “New normal” dengan disiplin tinggi dan bergotong-royong agar terbebas dari virus.

"Tapi, kita harus berpikiran positif, karena Indonesia ini punya kapasitas yang besar dan gotong royong, nah, marilah kita gotong royong untuk mengubah perilaku bersama,” jelas Wiku.

SEPI, Beginilah Penampakan Mega Mall Batam Center Akibat Dihantam Wabah Covid-19 

Pengendalian Ekonomi

Berbicara Covid-19 tak melulu soal medis (kesehatan).

Dampak dari pandemi ini membuat ekonomi rontok.

Tim Pakar Ekonomi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI) DR Beta Yulianita Gitaharie mengatakan, menyelamatkan nyawa dan menekan angka pertumbuhan penularan Covid-19 menjadi penting.

Akan tetapi kegiatan kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat juga harus tetap berjalan.

“Memang kalau kita amati Covid-19 ini telah membawa pengaruh terhadap sendi-sendi kehidupan ekonomi dan masyarakat,” ungkap Beta.

Dampak Berlakukan MCO Saat Wabah Covid-19 Merebak, Malaysia Rugi Rp 223 Triliun

Beta melihat bahwa hal itu juga memperburuk keadaan suatu kehidupan ekonomi masyarakat apabila hanya berpaku pada pengendalian kesehatan saja.

Dua hal antara kesehatan dan ekonomi masyarakat harus berimbang.

Selama pandemi, kemerosotan ekonomi dapat dibilang gamblang di depan mata.

Mengutip data Kementerian Ketenagakerjaan per tanggal 20 April 2020, sedikitnya ada dua juta pekerja yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Sebanyak 62 persen ada di sektor formal dan sisanya, yakni 26 persen berada di sektor informal dan UMKM.

Hal itu kemudian semakin buruk ketika angkanya menjadi enam juta pekerja yang di-PHK oleh perusahaannya, karena imbas pandemi dalam satu bulan terakhir.

Akibat Lockdown, Malaysia Perkirakan Kerugian Rp 8,5 Triliun per Hari

Dari data tersebut, Beta mengemukakan bahwa masyarakat harus tetap melakukan aktivitasnya untuk menggerakkan roda perekonomian di tengah pandemi.

Sebagai solusi adalah dengan tetap menerapkan disiplin “New Normal” sebagai fase yang sudah mulai dijalani oleh masyarakat sekarang ini.

“Masyarakat masih tetap bisa melakukan aktivitas, gitu ya.

Tetap melakukan aktivitas dengan tadi seperti yang Pak Wiku sampaikan, juga tetap disiplin dalam memerhatikan atau melakukan protokol pencegahan,” jelas Beta.

Dalam hal ini, Beta juga menyoroti data Gugus Tugas yang menyebutkan risiko kematian pasien usia 60 tahun ke atas mencapai 45 persen.

Data tersebut kemudian diikuti kelompok usia 46-59 tahun dengan risiko kematian 40 persen.

Selain itu, data Gugus Tugas juga meyatakan bahwa ada faktor penyakit penyerta atau komorbiditas hipertensi, diabetes, jantung dan penyakit paru-paru, yang memperburuk kondisi pasien hingga meninggal dunia.

Batam Diambang Gelombang PHK, 6 Perusahaan Merugi Akibat Corona, Ini Solusi Disnaker

Artinya usia di bawah 45 tahun menjadi lebih stabil dan aman dibanding mereka yang menginjak usia di atasnya.

Kemudian kasus kematian Covid-19 sudah jelas dipengaruhi faktor komobiditas.

Lebih lanjut, ketika menengok data Badan Pusat Statistik (BPS), Beta menemukan fakta bahwa sebanyak 130 jiwa dengan usia produktif di bawah 45 tahun menyumbang kontribusi yang tinggi terhadap perekonomian.

Beta kemudian melihat bahwa pekerjaan di bidang kesehatan, pangan, makanan dan minuman, energi, komunikasi teknologi, keuangan, logistik, konstruksi, industri strategis, pelayanan dan utilitas publik serta industri yang ditetapkan sebagai objek vital nasional, atau objek tertentu, dan sektor swasta yang melayani kebutuhan sehari-hari menjadi gambaran bahwa mereka yang bergerak di bidang itu dapat melakukan aktivitas sebagai penyokong perekonomian.

"Tentunya dalam hal ini harus memerhatikan beberapa faktor seperti usia dan tetap menerapkan protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah, termasuk patuh terhadap anjuran PSBB," jelasnya.

Hingga Akhir April, 766 Karyawan di Batam Kena PHK, 325 Perusahaan Terdampak Covid-19

Menyambung dengan pernyataan Profesor Wiku sebelumnya, bahwa harapan masyarakat untuk kembali hidup normal sangat besar.

Akan tetapi ada syarat yang harus dipenuhi untuk kembali menjadi normal, yakni mematuhi aturan pemerintah.

Persoalan menanti vaksin kemudian harus diimbangi dengan sikap legowo dan menerima bahwa memang dunia sedang mencoba hidup melawan Covid-19.

Maka, selagi berjuang menuju kemenangan melawan virus corona jenis baru, mulailah menengok jati diri bangsa Indonesia bahwa perilaku gotong royong selalu memberikan harapan baru.

“Kita semuanya di dunia bisa mendapatkan vaksinnya, sehingga kita bisa menangani atau mengalahkan virus ini, kalau ketemu vaksinnya.

Tapi, kita harus berpikiran positif, karena Indonesia ini punya kapasitas yang besar dan gotong royong.

Nah, marilah kita gotong royong untuk merubah perilaku bersama,” pungkas Wiku.(*)

Berita Terkini