HUMAN INTEREST

Kisah Perantau Anambas, Mulyanto Raup Untung Jualan Roti Bakar

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Hampir 10 tahun sudah Mulyanto (42) mengadu nasib di Kepulauan Anambas Provinsi Kepulauan Riau.

ANAMBAS, TRIBUNBATAM.id - Hampir 10 tahun sudah Mulyanto (42) mengadu nasib di Kepulauan Anambas Provinsi Kepulauan Riau.

Berbekal tekad dan keyakinan, Mulyanto (42) pria asal Tasik, Jawa Barat merantau ke Anambas dengan berjualan roti bakar.

Sudah hampir 10 tahun lamanya Mulyanto (42) berjualan roti bakar di pertigaan jalan pasar Tarempa.

Dengan gerobak seadanya, setiap sore hingga malam hari ia asik memanggang roti untuk para pembeli yang singgah di tempat jualannya.

Awalnya, Mulyanto tidak tahu seperti apa kondisi di Kepulauan Anambas.

Gambaran yang diberikan saudaranya membuat dirinya tertarik untuk merantau ke Anambas.

"Saya ke Anambas itu tahun 2020, kemudian langsung buka usaha ini. Alhamdulillah anak istri sudah saya bawa ke sini semua," ujar Mulyanto, pada Minggu (21/2/2021).

Baca juga: Kisah Mahasiswa Tanjungpinang Berprestasi di Tengah Pandemi, Bentuk Komunitas Samalayar

Di Tarempa, yang menjual roti bakar hanya Mulyanto seorang diri.

Cukup unik sekali, mulai dari pembuatan roti hingga roti itu ia jual tidak ada campur tangan dari luar.

Bahan roti pun ia buat sendiri, tidak dipesan dari luar.

"Karena di sini ngga ada yang jual roti seperti di Jawa, akhirnya saya inisiatif bikin roti sendiri, daripada ambil dari Tanjungpinang kan lama pastinya cepat berjamur juga, saya bikin sendiri roti tawar ini," kata Mulyanto.

Keterbatasan alat saat pembuatan roti tidak membuat ia putus asa.

Mulyanto saat itu juga langsung memesan ke penempa yang ada di Solo untuk dibuatkan. Untuk loyang pembuatan roti ia datangkan langsung dari Solo.

"Di Jawa saya juga jualan roti juga, tapi beli langsung ke agennya, cuma kan di Anambas ngga ada yang bikin roti seperti ini, akhirnya saya buat sendiri," ungkapnya.

Dalam satu hari Mulyanto bisa menghabiskan 8 kilogram tepung terigu, dengan menghasilkan 80 biji roti.

Baca juga: Kisah Ationg, Jadi Korban PHK di Batam Kini Urus Usaha Ikan Asin Keluarga di Karimun

Harga roti bakar yang ia jual bervariasi dengan rasa yang berbeda-beda, mulai dari Rp 10 ribu hingga Rp 20 ribu.

Selama berjualan, kendalanya yang sering ia alami ada pada bahan pembuatan roti.

Seperti tepung dan telur, mengingat cuaca di wilayah Kepulauan Anambas yang tidak menentu membuat beberapa kebutuhan sembako telat masuk, bahkan bisa kosong selama beberapa hari.

"Ya kayak telur kan sering kosong, kadang gelombang nya tinggi, kapal yang bawa telur ngga masuk, ya saya kadang ngga jualan, itu saja sih kendala nya kalau jualan roti di sini," sebutnya.

Ia mengaku selama pandemi Covid-19 tidak berdampak pada jualan roti bakarnya. Sebab ia masih bisa menghabiskan stok roti dalam sehari.

"Biasanya kalau lagi ramai, saya bisa jual 140 roti sehari, tapi alhamdulilah walaupun Corona tidak ada pengaruh sekali dengan jualan saya, karna kan ini dibungkus dibawa pulang, mungkin beda dengan rumah makan yang makan di tempat gitu," katanya.

Ayah tiga orang anak ini mengaku betah berjualan di Kepulauan Anambas, sebab wilayahnya masih belum banyak yang berdagang roti bakar dan kini ia memboyong anak istrinya untuk tinggal di Anambas.(Tribunbatam.id/Rahma Tika)

Berita Terkini