TRIBUNBATAM.id - Seluruh negara mengimbau penduduknya agar ikut vaksin Covid-19.
Di Indonesia sendiri, sudah tersedia beberapa jenis vaksin, semisal Sinovac dan AstraZeneca.
Vaksinasi dibutuhkan untuk menekan laju pertumbuhan kasus virus corona yang hingga kini belum mereda.
Meski bermanfaat bagi penerimanya, tetapi masih ada saja anggapan salah soal vaksin Covid-19.
Salah satunya adalah vaksin adalah obat dari virus corona.
Padahal, vaksin Covid-19 hanya berfungsing memperkuat imun tubuh dan seseorang yang divaksin masih tetap terjangkit Covid-19.
Baca juga: Manfaat Vaksin Covid-19 di Masa Pandemi, 4 Mitos Ini Diduga Bikin Seseorang Takut Divaksinasi
Baca juga: SIMAK Syarat dan Lokasi Vaksin Covid-19 Moderna, Mulai Diberikan ke Umum
Bahkan Anda yang sudah menerima vaksin Covid-19, sebenarnya masih rentan terinfeksi virus corona.
Maka dari itu, penting bagi Anda untuk mewaspadai beberapa gejala Covid-19.
Namun, bukan berarti Anda bisa mengabaikan vaksin Covid-19.
Vaksin dapat memberikan perlindungan lebih pada tubuh.
Saat terinfeksi pun, efek, gejala, dan risiko kematian akibat virus corona bisa berkurang.
Mengutip dari E Times, gejala Covid-19 yang dialami mereka yang sudah divaksin dan mereka yang belum divaksin cukup berbeda.
Menurut sebuah penelitian, ciri-ciri Covid-19 pada orang yang sudah divaksin adalah sakit kepala, pilek, bersin, radang tenggorokan dan anosmia.
Seperti diberitakan Kontan.co.id, gejala terinfeksi virus corona pada mereka yang sudah divaksin cenderung tidak terlalu parah.
Artinya, kebutuhan perawatan di rumah sakit pun berkurang.
Baca juga: Belum Vaksin? Ini Cara Mendaftar Vaksinasi Covid-19 secara Online
Baca juga: Belum Tercantum Merek Vaksin? Begini Cara Memperbarui Sertifikat Vaksinasi Covid-19
Selain itu, vaksin juga bisa mengurangi risiko transmisi virus corona dari satu orang ke orang lain.
Melansir E Times, hal itu terjadi karena vaksin bisa melemahkan dan mengurangi jumlah virus yang menginfeksi tubuh.
Dengan begitu, risiko penularan bisa lebih berkurang.
Meski sudah divaksin, bukan berarti Anda bisa mengabaikan protokol kesehatan.
Selalu jaga jarak dengan orang lain dan hindari tempat umum.
Biasanya, tempat-tempat dengan risiko penularan tinggi ditandai dengan ventilasi udara yang buruk.
Memakai masker yang sesuai dengan standar bisa jadi salah satu cara penting untuk menghindari infeksi virus.
Tidak berhenti sampai di situ, Anda perlu menjaga kebersihan tangan.
Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Jika tidak ada, Anda bisa menggunakan hand sanitizer.
Dengan melakukan protokol kesehatan tersebut, tubuh Anda semakin terlindungi dari infeksi Covid-19.
Baca juga: STOK Vaksin Terbatas, Rencana Vaksinasi Dosis II di Batam Mulai Dijadwalkan Ulang
Baca juga: Akses vaksin.kemkes.go.id untuk Cek Ketersediaan Vaksin Covid-19 di Daerah
Baca juga: PENTING Sertifikat Vaksin Covid-19 Tak Muncul di Pedulilindungi.id, Ini Solusi dari Kemenkes
Penelitian soal corona
Dilansir dari Phys, Sabtu (21/8/2021)Ahli kimia biofisik komputasi dari University of California San Diego, Rommie Amaro mengembangkan visualisasi terperinci dari protein spike SARS-CoV-2.
Seperti yang telah diketahui, protein spike virus corona adalah senjata virus saat memasuki dan menginfeksi sel tubuh, yang kemudian menyebabkan penyakit Covid-19.
Studi ini dilakukan Amaro dan tim ilmuwan dari berbagai perguruan tinggi, seperti University of Pittsburgh, University of Texas di Austin, Columbia University dan University of Wisconsin-Milwaukee, Amerika Serikat.
Sekarang, para ilmuwan ini telah menemukan bagaimana glycans, yakni molekul yang membentuk residu glukosa di sekitar tepi protein spike, yang mana molekul ini bertindak sebagai gerbang infeksi virus corona SARS-CoV-2 di dalam sel tubuh.
Penemuan 'gerbang' glikan tersebut, menurut para peneliti dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Nature ini, telah memungkinkan masuknya virus corona SARS-CoV-2 memasuki sel inang dalam tubuh manusia.
"Kami pada dasarnya menemukan bagaimana protein spike sebenarnya terbuka dan menginfeksi," kata Amaro, yang juga profesor kimia dan biokimia, serta penulis senior studi tersebut.
Simulasi berbasis superkomputer menggambarkan glycan, molekul residu glukosa pada protein spike yang menjadi gerbang masuknya virus corona SARS-CoV-2 saat menginfeksi sel inang dalam tubuh manusia, sehingga menyebabkan Covid-19.
Baca juga: China Melawan! Tolak Permintaan WHO Selidiki Ulang Asal Usul Covid-19, Ada Apa?
Terra Sztain, Surl-Hee Ahn, Lorenzo Casalino (Amaro Lab, UC San Diego) via PHYS Simulasi berbasis superkomputer menggambarkan glycan, molekul residu glukosa pada protein spike yang menjadi gerbang masuknya virus corona SARS-CoV-2 saat menginfeksi sel inang dalam tubuh manusia, sehingga menyebabkan Covid-19.
"Kami telah membuka rahasia penting tentang cara protein spike menginfeksi sel.
Tanpa gerbang ini, virus pada dasarnya tidak mampu menginfeksi," imbuhnya.
Amaro pun meyakini bahwa penemuan gerbang virus corona tersebut, telah membuka jalan bagi para peneliti untuk mengembangkan terapi baru untuk melawan infeksi virus corona SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19.
Apabila gerbang glikan ini dapat dikunci secara farmakologis dalam posisi tertutup, maka mekanisme virus dalam menginfeksi sel dapat dapat dicegah secara efektif.
Selain sebagai gerbang masuknya virus corona SARS-CoV-2 saat memasuki sel, molekul glukosa pada protein spike, yakni lapisan glycan, inilah yang membantu virus ini menipu sistem kekebalan tubuh manusia, karena mengandung residu glukosa.
Kendati demikian, sebenarnya, teknologi sebelumnya telah mencitrakan struktur molekul tersebut yang menggambarkan molekul glycans protein spike dalam posisi terbuka dan tertutup statis.
Awalnya, penemuan itu pun tidak banyak menarik minat para ilmuwan untuk mengamatinya secara mendalam.
Namun, simulasi superkomputer kemudian memungkinkan para peneliti untuk mengembangkan film dinamis yang mengungkapkan gerbang masuk infeksi virus SARS-CoV-2 yang aktif dari satu posisi ke posisi lain.
Pada akhirnya simulasi ini pun menunjukkan bagian kisah infeksi virus yang belum pernah terjadi sebelumnya.
"Kami sebenarnya bisa menyaksikan opening dan closing-nya.
Itu salah satu hal yang sangat keren yang diberikan simulasi ini—kemampuan untuk melihat film yang sangat detail," kata Amaro dikutip dari Kompas.com.
Lillian Chong, ilmuwan lain dari University of Pittsburgh mengatakan bahwa teknik standar akan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mensimulasikan proses pembukaan gerbang glycans virus SARS-CoV-2.
Baca juga: Hasil Penyelidikan Asal-usul Covid-19 Diragukan AS, Tim Ahli WHO Marah
Baca juga: Dijaga Ketat dan Tertutup, Tim WHO Mulai Selidiki Asal-usul Covid-19 di Pasar Seafood Wuhan
"Tetapi dengan alat simulasi canggih 'ansambel tertimbang' lab saya, kami dapat menangkap proses hanya dalam 45 hari," imbuh Chong.
Simulasi komputasi intensif pertama kali dijalankan di Comet di San Diego Supercomputer Center di UC San Diego dan kemudian di Longhorn di Texas Advanced Computing Center di UT Austin.
Kekuatan komputasi semacam itu telah memberi para peneliti pandangan tingkat atom dari domain pengikatan reseptor protein spike, atau RBD, dari lebih dari 300 perspektif.
Penyelidikan mengungkapkan glycan "N343" sebagai kunci pas yang mencongkel RBD dari posisi "turun" ke "atas" untuk memungkinkan akses ke reseptor ACE2 sel inang. Para peneliti menggambarkan aktivasi glikan N343 mirip dengan mekanisme crowbar molekuler.
Jason McLellan, profesor biosains molekuler di UT Austin dan timnya menciptakan varian protein spike dan mengujinya untuk melihat bagaimana gerbang glikan memengaruhi kemampuan RBD untuk terbuka.
"Kami menunjukkan bahwa tanpa gerbang ini, RBD protein spike (virus corona SARS-CoV-2) tidak dapat mengambil konformasi yang dibutuhkan untuk menginfeksi sel," kata McLellan.
.
.
.
(*/ TRIBUNBATAM.id)