"Saya sempat di bilang anak manja," ujarnya dengan sedikit ketawa kecil.
Ia yang sudah sangat sayang akan kehadiran sosok Ibu tidak memperdulikan apa yang dikatakan orang lain dan terus selami kehidupan bersama ibunya.
Namun, pada bulan September tahun lalu, Zulhamsyah kehilangan ibu tercinta.
Meski duka begitu mendalam, semangat berbagi yang ibunya tanamkan tidak pernah padam.
Bagi Zulhamsyah, kepergian ibunya bukanlah akhir, tetapi justru menjadi titik tolak bagi semangat baru untuk melanjutkan perjuangan berbagi kepada sesama.
"Ibu selalu mengajarkan saya untuk berbagi, untuk tidak mengharapkan imbalan. Ia adalah pahlawan saya," katanya dengan suara bergetar.
Gerakan "Razia Perut Lapar" yang ia ciptakan muncul dari kepedulian Zulhamsyah terhadap mereka yang kesulitan makan.
Di tengah padatnya tugas kepolisian, ia merasa panggilan untuk berbagi tidak bisa ditunda lagi.
Razia Perut Lapar yang disingkat dengan RPL hadir di tengah kesulitan masyarakat pada masa Pandemi Covid-19.
Kala itu Zulhamsyah sedang bertugas di Polsek Pelabuhan yang berlokasi di depan Pelabuhan Sri Bintan Pura.
Dirinya yang berjiwa sosial, melihat kondisi sekitaran yang banyak sekali masyarakat berjuang melawan kerasnya kehidupan.
Gerakan hati yang kecil menjadi besar membuat dirinya bergerak cepat dan dengan langkah yang tepat dikala itu.
RPL menjadi opsi tepat dalam pikiran Zulhamsyah.
"Jika kita bisa sedikit berbagi, kenapa tidak?"
"Saya merasa jika tidak dimulai sekarang, kapan lagi?" ujarnya dengan penuh semangat.