ANAMBAS TERKINI

Kisah Marsita Juru Masak MBG di Anambas, Bangun Subuh Demi Asupan Gizi Siswa

2309_Anambas_Human Interest_Kisah Marsita Juru Masak MBG di Anambas, Bangun Subuh Demi Asupan Gizi Siswa

Tribunbatam.id/Noven Simanjuntak
Marsita (44) pekerja pengolah menu makanan bergizi gratis (MBG) SPPG Air Asuk, Kecamatan Siantan Tengah, Kabupaten Kepulauan Anambas, Selasa (23/9/2025). 

TRIBUNBATAM.id, ANAMBAS - Siang itu, Selasa (23/9/2025, Marsita duduk lesehan di area dapur basah Sentra Pemberdayaan Pangan Gizi (SPPG) Air Asuk.

Tidak sedang bekerja, ia bersama rekan-rekan ibu-ibu yang lain tengah beristirahat sambil bertukar cerita menunggu masuk waktu bekerja.

Setiap hari kerja, sejak pukul 03.00 WIB dini hari, perempuan berusia 44 tahun itu telah bersiap di dapur

Ia adalah satu dari para ibu yang memasak menu Makanan Bergizi Gratis (MBG) untuk anak-anak sekolah di Kecamatan Siantan Tengah, Kabupaten Kepulauan Anambas.

Program MBG ini melayani tiga desa, yakni Desa Air Asuk, Desa Liuk, dan Desa Lidi.

Marsita bertugas memasak menu harian yang nantinya akan didistribusikan ke sekolah-sekolah tingkat TK/PAUD hingga SMA/SMK sederajat.

Kepada Tribunbatam.id, Marsita  mengaku mulai bekerja di dapur MBG SPPG Air Asuk sejak Februari 2025.

Itu tepat saat penyaluran resmi makanan bergizi gratis diluncurkan di wilayah tersebut.

Ia tercatat sebagai pekerja tertua di antara ibu-ibu lainnya yang juga bertugas memasak.

"Alhamdulillah saya mulai masuk bekerja di sini sejak bulan dua 2025, sampai sekarang," ujar Marsita dengan nada biacaranya yang lembut.

Sebelum bergabung di SPPG Air Asuk, Marsita adalah tenaga kebersihan di SD Negeri Desa Liuk.

Selama lima tahun, ia bertugas menyapu, mengepel, membersihkan pekarangan hingga membantu memasak di lingkungan sekolah tersebut.

Namun, akibat penataan tenaga non-ASN Desember 2024 lalu, posisi Marsita sebagai petugas kebersihan harus dihentikan.

Ia termasuk dalam deretan honorer yang tak lagi diperbolehkan dipekerjakan.

"Sudah lima tahun saya bekerja di SD itu. Tapi setelah penataan non-ASN kemarin, posisi saya kosong karena aturan baru," ungkap perempuan yang telah bersatus nenek dengan dua cucu itu.

Seolah keberuntungan memihak, tak tinggal diam, Marsita pun ikut mendaftar seleksi PPPK tahap kedua dan dinyatakan lulus.

Ia kini tengah menunggu pelantikan dan akan ditempatkan di Puskesmas Siantan Timur (Desa Nyamuk).

Sembari menunggu pelantikan, Marsita memilih bekerja sebagai pengolah menu MBG di SPPG Air Asuk.

Pekerjaan ini ia jalani untuk membantu suaminya memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Kegiatan di dapur SPPG dimulai sejak sore. Marsita dan rekan-rekannya mulai mempersiapkan bahan masakan dari pukul 15.30 WIB hingga sekitar pukul 20.00 WIB.

"Waktu itu kami gunakan untuk motong sayur, bawang, cabai, ayam, tergantung menu harian yang ditetapkan," sebut Marsita.

Selanjutnya, proses memasak dimulai pukul 03.00 WIB subuh. Semua masakan harus selesai paling lambat pukul 06.00 WIB karena makanan akan langsung dikemas.

"Pukul 07.00 WIB, makanan siap didistribusikan ke sekolah-sekolah. Biasanya dimulai dari TK/ PAUD, kemudian dilanjutkan sampai ke SMA/SMK," terangnya.

Meski harus bangun dini hari dan bekerja dengan jadwal yang cukup padat, Marsita mengaku tidak terlalu merasa kelelahan.

Ia menganggap dirinya sudah terbiasa dengan pola kerja seperti ini.

"Kadang ngantuk, tapi tidak terlalu capek karena masih bisa istirahat di sela-sela waktu," tuturnya.

Marsita menerima upah harian sebesar Rp100 ribu per hari kerja. Ia bekerja dari Senin hingga Jumat, dan tidak menerima bayaran apabila tidak masuk kerja.

"Sebagaimana kesepakatan kerja memang begitu. Kalau ditanya BPJS Ketenagakerjaan ya tidak ada, karena kerja harian," ucapnya.

Karena rumahnya berada cukup jauh di Desa Liuk, Marsita memilih untuk tinggal sementara di kawasan SPPG. Ia hanya pulang ke rumah saat akhir pekan, dijemput oleh suaminya.

"Kebetulan di sini ada kamar, saya diberi buat menginap. Kalau hari libur baru saya pulang ke desa. Suami saya yang jemput," katanya.

Bagi Marsita, menjadi bagian dari program makanan bergizi gratis bukan hanya soal penghasilan.

Ia bangga bisa berkontribusi langsung terhadap pemenuhan gizi anak-anak di daerahnya.

"Alhamdulillah ya senang bisa diterima kerja di sini. Apalagi ini masak buat anak-anak sekolah. Untuk memasak ya kita para ibu tentu punya keahlian lah sedikit. Di sini juga ada koki dan pemantaunya," pungkas Marsita. (TRIBUNBATAM.id/Noven Simanjuntak)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved