Nasib Pengungsi Rohingya di Bangladesh Memprihatinkan. Mandi Sekali Seminggu
Letak geografis yang hanya dipisahkan Sungai Naf menjadikan Banglades sebagai salah satu tujuan utama pelarian orang-orang Rohingya
Selain lingkungan, lanjutnya, layanan kesehatan juga digunakan di luar kapasitas.
"Bahkan fasilitas kesehatan kami begitu terbatas. LSM setempat dan asing menyediakan sebagian bantuan tetapi tak cukup sehingga satu persoalan menimbulkan masalah lain yang kami hadapi," kata Mohammad Ali Hossain di Cox's Bazar.
Perawatan untuk luka di Myanmar
Masalah sanitasi dan kesehatan menjadi prioritas mendesak terutama di musim hujan seperti sekarang.
"Mereka sangat rentan, mereka terusir dari negara lain. Mereka tinggal di penampungan sementara jadi terdapat banyak persoalan kesehatan seperti layanan ibu melahirkan, penyakit-penyakit umum, seperti penyakit kulit, kekurangan air, rumah yang terkontaminasi," kata Koordinator Kesehatan Organisasi Migrasi Internasional (IOM), dr Niranta Kumar Dash.
Di samping itu, lanjut dr Dash, banyak di antara mereka masih perlu perawatan rutin karena luka-luka yang mereka alami di Myanmar.
"Banyak pula yang mengalami cedera akibat berjalan di kawasan perbukitan dan sebagian mengalami luka akibat kekerasan di Myanmar sehingga mereka mengalami luka potong lebih dari satu," jelasnya dalam wawancara di pusat kesehatan kamp pengungsi Leda, Teknaf.
Skala persoalan kesehatan itu terlihat jelas dari jumlah pasien yang mengantre untuk mendapatkan perawatan.
Rata-rata pusat kesehatan IOM yang dijalankan oleh hanya 33 staf, mulai dari tingkat satpam hingga dokter, tersebut menangani 400-500 pasien setiap hari.(*)
* Berita ini juga tayang di KOMPAS.com dengan judul Pengungsi Rohingya Tinggal Berjejalan di Kamp Banglades
