Wapres Jusuf Kalla: Melayu dan Bugis Bagai Dwi Tunggal

JK menjelaskan, sejak dulu, Melayu dan Bugis sudah berpikir soal kebangsaan yang besar.

Penulis: Thom Limahekin |
Tribunbatam.id/ist
Wakil Presiden Jusuf Kalla berjalan beriringan dengan Gubenur Kepri Nurdin Basirun ketika menghadiri kegiatan Tamadun Melayu di Kabupaten Lingga, Minggu (19/11/2017). 

TRIBUNBATAM.id, LINGGA - Wakil Presiden HM Jusuf Kalla menegaskan bahwa budaya dan tamadun Melayu yang tinggi memberi andil yang besar bagi bangsa ini. Walaupun penduduknya tidak besar, bahasa Melayu menjadi bahasa nasional.

“Melayu adalah pemersatu bangsa ini,” kata Jusuf Kalla dalam kunjungan kerjanya ke Daik Lingga, Ahad (19/11). 

Kalla ke Daik Lingga sempena perhelatan memuliakan Tamadun Melatu Antarabangsa dan Syukuran Sultan Mahmud Riayat Syah sebagai pahlawan nasional.

Baca: Wapres Jusuf Kalla Dianugerahi Gelar Sri Perdana Mahkota Negara

Baca: Sultan Mahmud Riayat Syah: Siapakah Dia?

Baca: Setelah Resmi Ditahan. Setya Novanto Akan Tempati Ruangan Tahanan Seperti Ini di KPK

Dalam kunjungan itu, JK dianugerahi gelar Sri Perdana Mahkota Negara dari Lembaga Adat Melayu Kepri. Istri JK juga mendapat gelar Sri Puan Hj Mufiddah Jusuf Kalla.

Soal bahasa pemersatu ini, JK menegaskan tidak banyak negara bisa seperti ini.

Banyak negara yang memiliki dua dan lebih bahasa, karena menahan ego masing-masing. 

Pada kesempatan itu, JK juga menyebutkan soal Sumpah Setia Melayu Bugis.

Menurut JK dia banyak belajar soal hal ini. Dia berpesan agar masyarakat memegang sumpah setia itu.

JK menjelaskan, hal itu menunjukkan bahwa sejak dulu, Melayu dan Bugis sudah berpikir soal kebangsaan yang besar. Bukan soal ego kelompok sendiri. Saat itu, ketika ada konflik dengan bangsa asing, Melayu-Bugis selalu bersatu.

Baca: Sultan Mahmud Riayat Syah: Strategi Gerilya Laut dalam Perang

JK yang memang berasal dari Bugis mengaku persebatian itu. Jika masuk ke Makassar melalui pelabuhan, maka daerah yang diinjak untuk pertama kali adalah Kampung Melayu, bukan Kampung Bugis.

Ini menunjukkan sudah lama orang Melayu ada di tanah Bugis. Mereka menemoatu banyak jabatan strategis seperti di kesyahbandaran.

Demikian juga dengan orang Bugis yang berada di tanah Melayu sejak abad ke-16.

Mereka ada yang sebagai nelayan, sebagai lanun atau tentara yang membela setiap jengkal negeri ini.

“Melayu dan Bugis bagai dwi tunggal yang menjaga agar adat tidak ditinggal,” kata JK. Menurut JK hubungan ini harus terus dijaga.

Baca: Sultan Mahmud Riayat Syah: Diaspora Menjaga Marwah

Demikian juga dengan semua suku bangsa lainnya di nusantara dan dunia.

JK menyebutkan bahwa Lingga menjadi bagian yang penting dalam kehidupan berbangsa. Apa yang diharapkan Gubernur Nurdin Basirun, Bupati Alias Wello untuk kemajuan negeri ini harus diupayakan terwujud.

“Kemajuan itu terwujud dengan upaya bersama. Upaya pemerintah dan masyarakat,” kata JK. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved