Merapi dan Puluhan Gunung Api di Dunia Sedang Aktif, Begini Bahayanya Bagi Kehidupan Manusia

Begitu seringnya letusan gunung berapi, dan sejarah menunjukkan terjadi letusan dahsyat yang memporak-porandakan peradaban masyarakat.

KTLA 5 News
Letusan gunung api Kilauea Hawaii yang laharnya bak air mancur. 

Piroklastik terdiri dari longsoran batu, abu, dan gas yang mengalir dengan sangat cepat, dan bisa mencapai suhu 700 Celcius.

Alirannya menghancurkan semua yang dilewatinya, dan dipastikan akan menyebabkan kematian bagi siapa saja yang berada di dekatnya.

Pada tahun 79 Masehi, aliran piroklastik mengubur kota Pompeii di zaman Romawi kuno itu.

Tak hanya di kota Pompeii, aliran piroklastik ini juga telah menimbulkan korban jiwa hampir 30.000 orang yang tinggal di Martinique, pulau Karibia pada tahun 1902.

Badan Survei Geologi AS merilis foto lava dari Gunung Kilauea di Jalan Hookapu, Leilani Estates, Hawaii, pada Sabtu (5/5/2018).
Badan Survei Geologi AS merilis foto lava dari Gunung Kilauea di Jalan Hookapu, Leilani Estates, Hawaii, pada Sabtu (5/5/2018). (AFP)

Lahar bisa berisi bebatuan, pohon dan bahkan rumah.

Semua itu bisa terbentuk sebagai hujan, salju, atau es yang mencair dan menyapu endapan abu dari lereng gunung berapi dan lembah sekitarnya dengan kecepatan tinggi.

Pada tahun 1985 sekitar 25.000 orang tewas akibat oleh lahar di Nevado del Ruiz, Kolombia.

Dalam letusan dahsyat, abu vulkanik bisa terbang ratusan atau bahkan ribuan kilometer.

Abu vulkanik ini bisa dengan cepat mengubur berbagai kawasan dan mengganggu transportasi serta layanan-layanan penting.

Abu vulkanik ini dalam sejarah menyebabkan kelaparan dan berbagai penyakit, gagal panen, sedangkan abu dan gas yang ditimbulkan bisa menyebabkan perubahan sementara dalam iklim.

Gunung berapi Kilauea meletus, setelah mengalami serangkaian gempa bumi.
Meskipun, tidak dapat dihentikan, letusan gunung berapi tidak semestinya menimbulkan kematian dan bencana.

Letusan gunung Kilauea yang dilaporkan hanya menyebabkan satu orang terluka di Hawaii adalah bukti kerja yang baik dari para ilmuwan observatorium dan badan penanggulangan bencana, serta sistem pemantauan yang sangat baik.

Sayangnya, tidak semua gunung berapi di belahan dunia bisa dipantau dengan baik seperti Kilauea, dikarenakan sumber daya yang terbatas.

Pemantauan satelit memungkinkan pengamatan beberapa gunung berapi di daerah yang paling terpencil, tetapi hanya sekitar 20% dari gunung berapi di dunia memiliki pemantauan di darat.

Dan kira-kira dalam setiap dua tahun ada gunung berapi yang tak tercatat letusannya.

Ini bisa menjadi yang paling berbahaya, karena periode dormansi yang lama dapat berakhir dengan letusan yang lebih eksplosif dan orang-orang yang tinggal di dekatnya tidak mempersiapkan diri.

Warga melihat awan asap akibat letusan Gunung Kilauea di Hawaii, Kamis (17/5/2018).
Warga melihat awan asap akibat letusan Gunung Kilauea di Hawaii, Kamis (17/5/2018). (AFP / MARIO TAMA)

Namun demikian, observatorium gunung berapi, peneliti, dan organisasi internasional bekerja tanpa lelah untuk merespon keadaan darurat dan meramalkan peristiwa, sehingga puluhan ribu nyawa bisa diselamatkan.

Tentu saja, gunung berapi tidak semestinya mematikan, karena bisa menimbulkan dampak yang signifikan, seperti evakuasi orang-orang, mata pencaharian menjadi hilang, pertanian hancur, dan kerugian ekonomi bisa mencapai miliaran.

Kita harus lebih bijak untuk terus mengawasi gunung berapi di berbagai belahan dunia ini, bahkan ketika gunung-gunung berapi itu tampak seperti tidur. (bbc indonesia)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved