DEMO HONG KONG
Menangis, Carrie Lam Minta Demo Dihentikan: Apakah Kita Akan Bawa Hong Kong ke Jurang Kematian?
Mari kita kesampingkan perbedaan dan menghabiskan satu menit untuk melihat kota dan rumah kita. Bisakah kita tidak mendorongnya ke jurang kematian?
Mereka membatalkan atau menunda perjalanan mereka keluar-masuk Hong Kong, pada pukul 1 siang pada hari Selasa.
Di antara mereka yang terlantar adalah Nelson Cevallos dari Ekuador, yang telah dijadwalkan untuk terbang dari Hong Kong ke Shanghai menggunakan Spring Airlines pada pukul 17.50 pada hari Senin. "Itu bencana," katanya.
Merusak Reputasi Hong Kong
Seorang penumpang Brasil yang hanya memberikan nama keluarga Pires mengatakan dia harus mengeluarkan banyak uang untuk kamar hotel setelah penerbangannya di Shanghai dibatalkan. Dia tidak bisa naik pada penerbangan Selasa dan harus dijadwal ulang untuk terbang pada hari Rabu.
"Saya tahu ini bukan kesalahan maskapai, tetapi saya benar-benar ingin pulang," kata Pires, yang tinggal di Shanghai. Apalagti, maskapai dan otoritas setempat tidak memberinya akomodasi.
Lillian Kok, seorang pensiunan dari Tai Po, yang tiba enam jam lebih awal untuk penerbangan jam 3 sore ke Malaysia, mempertanyakan taktik pengunjuk rasa. Apa yang dilakukan pendemo hanya merusak reputasi Hong Kong.
“Saya tidak keberatan dengan protes; tidak apa-apa untuk memiliki tuntutan," katanya. “Ketika kami masih muda, kami duduk selama berjam-jam di Victoria Park tetapi kemudian pulang. Tapi bandara adalah gerbang kota. Apa yang akan orang pikirkan ketika mereka tiba dan melihat ini?"
Cathay Pacific Airways mengatakan, protes hari Senin telah merusak status Hong Kong sebagai pusat penerbangan internasional karena secara serius mengganggu perjalanan ribuan penumpang.
"Kami ingin membuat pernyataan sangat jelas bahwa kami tidak memaafkan perilaku seperti itu," kata juru bicara maskapai yang sebelumnya sudah memecat tiga karyawannya karena terlibat aksi unjuk rasa.
Maskapai terbesar di Hong Kong ini mengatakan, pihaknya sedang bekerja sama dengan otoritas bandara setempat dan Departemen Penerbangan Sipil daratan untuk meminimalkan gangguan penerbangan.
Hong Kong Airlines, yang dikendalikan oleh konglomerat China daratan, HNA Group, bahkan memasang iklan di surat kabar yang mengecam tindakan kekerasan dan menyatakan dukungannya untuk pemerintah dan polisi kota.
Mereka mendesak pemerintah dan polisi Hong Kong untuk "menenangkan semua kerusuhan dan melindungi Hong Kong".
Setelah pemerintah menangguhkan RUU ekstradisi, yang akan memungkinkan tersangka kriminal dikirim kembali ke daratan, para pemrotes telah mencoba untuk mengambil perhatian internasional.
Tuntutan mereka berkembang menjadi lima. Selain penarikan penuh RUU tersebut, kemudian mendesak penyelidikan independen terhadap penggunaan kekuatan polisi pada saat demonstrasi, serta hak pilih universal yang murni.
Namun, aksi para pendemo yang semakin brutal akhir-akhir ini --termasuk cara berdemo di bandara-- sepertinya tidak akan mendapat dukungan internasional karena menimbulkan citra buruk.
Beberapa penumpang terlibat adu mulut dengan para demonstran berpakaian hitam ini.
Ancaman China
Kerusuhan telah mengguncang Hong Kong selama 10 minggu, membuat liburan musim panas ini ini menjadi mimpi buruk terhadap negara semiotonomi itu.
"Luangkan waktu sebentar untuk melihat kota kita, rumah kita," kata Kepala Eksekutif Carrie Lam kepada pendemo yang menentangnya.
"Bisakah kita tahan untuk mendorongnya ke dalam jurang dan melihatnya hancur berkeping-keping?" tambah wanita ini dengan suaranya bergetar.
Carrie Lam saat ini memang dalam posisi sulit karena warganya terbelah dalam isu politik yang tidak jelas oleh para kelompok garis keras.
Ia telah menunda pembahasan RUU ekstradisi tersebut, meskipun tridak menarik penuh, namun ia berkali-kali mengatakan bahwa "RUU itu telah mati."
Namun, RUU ekstradisi sebenarnya hanya pintu masuk bagi para demonstran untuk melakukan perlawanan yang lebih berorientasi pada sikap anti-China.
Aksi demo Hong Kong sudah berubah menjadi medan pertempuran antara kelompok demonstran garis keras dengan kepolisian dalam dua minggu terakhir.
Polisi bersenjatakan gas air mata, sementara pendemo membalas dengan lemparan batu, katapel, hingga bom molotov.
Tidak surutnya aksi demo di Hong Kong membuat pemerintah China gusar dan memperingatkan bahwa aksi kekerasan pengunjuk rasa sudah menunjukkan "tanda-tanda terorisme".
Yang Guang, juru bicara Kantor Urusan Hong Kong dan Makau (HKMAO) di bawah Dewan Negara, membacakan pernyataan keras kepada media Hong Kong di Beijing pada Senin sore.
Guang mengatakan, kota itu telah mencapai "momen kritis" dan bersumpah untuk menindak kejahatan dengan kekerasan dengan "tangan besi", lapor South China Morning Post.
Secara khusus, juru bicara itu mengutuk serangan bom bensin yang gegabah terhadap kantor polisi oleh pengunjuk rasa yang menyebabkan seorang petugas terluka pada hari Minggu.
"Dalam beberapa hari terakhir, pengunjuk rasa radikal Hong Kong telah berulang kali menyerang polisi dengan alat yang sangat berbahaya. Itu merupakan kejahatan berat dan mulai menunjukkan tanda-tanda terorisme," kata Yang dalam jumpa pers tanpa tanya jawab tersebut.
"Tidak ada tempat di dunia ini yang akan mentolerir kekejaman keji dan ekstrem ini," kata kantor penghubung. "Jika kita membiarkan jenis kegiatan teroris ini berlanjut, maka Hong Kong akan meluncur ke jurang maut."
Konferensi pers HKMAO yang singkat merupakan peringatan ketiga menanggapi aksi protes Hong Kong, namun belum ada ungkapan, apakah China akan mengerahkan pasukan untuk mengambil-alih situasi.

Seperti diketahui, China memiliki belasan ribu pasukan tentara rakyat (PLA) di Hong Kong, namun bersifat pasif.
Pekan lalu, 12 ribu pasukan anti-huru-hara menggelar latihan di Shenzhen, kota yeng berbatasan langsung dengan Hong Kong.
Pernyataan pada hari Senin datang setelah kekerasan meningkat pada hari Minggu, dengan bentrokan yang tegang antara pengunjuk rasa dan polisi di Tsim Sha Tsui, Sham Shui Po, Wan Chai dan Kwai Chung,.
Polisi menembakkan gas air mata di di berbagai titik itu, termasuk di stasiun MRT yang tertutup, di Kwai Fong.
Para pemrotes membalas dengan lemparan batu dan bom molotov dengan strategi "hit and run".
Adegan bentrokan pada hari Minggu memperlihatkan bahwa tidak adanya tanda-tanda aksi demo akan surut dan saat ini sudah memasuki minggu ke-10.
Duduki Bandara Hing Kong
Puncaknya, Senin, lebih dari 5.000 demonstran berpakaian hitam membanjiri Bandara Internasional Hong Kong dan merupakan aksi hari keempat di bandara tersebut.
Berbeda dengan tiga hari sebelumnya, para demonstran menghentikan seluruh penerbangan dari Bandara Internasional Hong Kong.
Seluruh penerbangan dari Bandara Internasional Hong Kong dibatalkan sepanjang Senin (12/8/2019) akibat ribuan demonstran duduki bandara sejak pagi hingga sore.
Pembatalan seluruh penerbangan di Bandara Internasional Hong Kong belum pernah terjadi sebelumnya.
Ribuan demonstran anti-pemerintah menduduki gedung terminal bandara, menyusul bentrokan dengan polisi akhir pekan.
Jika tiga hari sebelumnya demonstran hanya menduduki ruang kedatangan sehingga tidak mengganggu penerbangan, namun pada Senin, baik ruang keberangkatan maupun kedatangan diblokade seluruhnya oleh pendemo.
Jumlah mereka terus bertambah hingga siang sehingga petugas keamanan bandara yang sebelumnya sangat ketat memeriksa setiap tamu di areal keberangkatan menjadi terdesak.
Para pendemo mencegah penumpang masuk ke gerbang keberangkatan dan mengusir seluruh petugas keamanan bandara.
