Tak Yakin Menang di WTO, Ini Alasan China Membawa Kasus Tarif AS ke Pengadilan Internasional
Langkah China untuk mengadu ke WTO yang bermarkas di Jenewa itu sebenarnya diikuti rasa pesimis WTO bisa "menghukum" Amerika Serikat.
Presiden AS Donald Trump memang mengancam akan keluar dari WTO, jadi tidak ada cara untuk memaksa AS untuk melakukan apa pun, bahkan jika China memenangkan kasus ini.
Tetapi keputusan Beijing untuk membawa perselisihan ke WTO mengirim pesan bahwa China menghargai multilateralisme bahkan ketika Trump sedang mengejar unilateralisme.
Langkah itu untuk membantu Beijing meyakinkan seluruh dunia bahwa ia sedang menduduki landasan moral yang tinggi dalam perang dagangnya dengan AS.
Pernyataan Kementerian Perdagangan pada hari Senin menambahkan bahwa China mengajukan pengaduan untuk "secara tegas melindungi kepentingannya yang sah dan dengan tegas mempertahankan sistem perdagangan multilateral dan ketertiban perdagangan internasional".
Di sisi AS, bagaimanapun, telah menyalahkan China karena melakukan praktik-praktik tidak adil sejak awal sengketa perdagangan awal tahun lalu.
AS menggunakan undang-undang domestiknya sendiri untuk berargumen bahwa ia memiliki hak untuk secara sepihak menghukum China sampai memperbaiki sistem ekonominya.
AS menerbitkan pembelaan tertulis pada hari Jumat terhadap keluhan Beijing tahun lalu, dengan alasan bahwa China dan AS telah sepakat bahwa masalah tersebut tidak boleh diselesaikan di WTO, menurut laporan Reuters.
“Tiongkok telah mengambil keputusan sepihak untuk mengadopsi langkah-langkah kebijakan industri yang agresif untuk mencuri atau dengan cara tidak adil memperoleh teknologi dari mitra dagangnya; Amerika Serikat. Telah mengadopsi langkah-langkah tarif untuk mencoba mendapatkan penghapusan kebijakan transfer teknologi yang tidak adil dan terdistorsi di China," kata pernyataan itu, menurut Reuters.
Keputusan China untuk membawa perselisihan ke WTO terjadi ketika diskusi berlanjut mengenai apakah para perunding perdagangan top dari kedua negara akan bertemu di Washington bulan ini.
Sementara Trump dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin telah menyatakan keyakinannya bahwa pertemuan itu akan berlangsung, namun China belum menawarkan konfirmasi resmi.
Editorial People's Daily, media Partai Komunis China pada hari Selasa berpendapat bahwa China selalu berusaha untuk menyelesaikan perselisihan perdagangan dengan AS dengan "ketulusan terbesar" dan mendesak AS untuk membatalkan kenaikan tarifnya untuk membuka jalan bagi pembicaraan lebih lanjut.
Ini menggemakan pernyataan sebelumnya dari Departemen Perdagangan China bahwa AS harus membalikkan keputusannya untuk mengenakan tarif pada semua produk China.
Siap Perang Sampai Akhir

Berbeda dengan Trump yang selalu grasa-grusu melawan China, Presiden Xi Jinping justru terlihat tenang menghadapi tekanan Washington.
Media-media China bahkan menyebut bahwa China siap menghadapi perang ini sampai akhir.