Tumirah, Ibu Luar Biasa yang Lahirkan Dua Gubernur Kepulauan Riau, Muhammad Sani dan Isdianto
Masa kecil Isdianto sangat berliku. Ia harus membantu mencari uang, namun kini ia menjadi Gubernur Kepuluan Riau
Menurut Isdianto, getah yang dipotong itu pun bukan milik keluarganya.
Ayah Subakir, kerjanya 'motong getah' di kebun orang. Selesai memotong getah, barulah Isdianto berangkat ke sekolah. Berjalan kaki. Tanpa pernah menghitung berapa kilometer dia melangkah pulang dan pergi.
Memotong getah dan bersekolah, rutin dilakukan Isdianto. Tanpa pernah menanam mimpi besar tentang masa depan. Seperti yang diamanahkan pada hari ini.
Aktivitas Isdianto kemudian berubah. Setelah selesai sekolah dasar, Isdianto melangkah ke Kijang. Dia sekolah di SMP PGRI Kijang. Tak tamat memang. Hanya sampai kelas 2.
Isdianto kemudian ke Pekanbaru. Dia melanjutkan pendidikan di SMP 3 Pekanbaru. Isdianto kemudian melanjutkan pendidikan di SMPP 49 Pekanbaru.
Tunak belajar dan memegang teguh pesan kedua orang tua untuk selalu menjalankan perintah agama.
Setamat SMA, Isdianto mengikuti jejak almarhum H Muhammad Sani, abang kandungnya masuk ke Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN). Jejak-jejak keberuntungan M Sani seakan diulangi oleh Isdianto.
Isdianto, seperti juga Sani, langsung mengabdi di Kepri. Jika Sani menjadi staf di Kantor Camat Kijang, Isdianto menjadi Staf di Kantor Pembangunan Desa Kabupaten Kepulauan Riau pada 1983-1991.
Langkah karir Isdianto pun berputar-putar di Provinsi Kepulauan Riau sampai hari ini.
Menjadi Lurah, Camat pernah dilakoni Isdianto. Sebagai mana jejak si Untung Sabut, gelar yang melekat pada H Muhammad Sani. Karir Isdianto sebagai Birokrat terus menanjak.
Ayah tiga anak ini pun seperti menjadi kisah untung sabut episode lain. Ada keberuntungan yang juga menyertai.
21 bulan setelah kakak kandungnya berpulang ke Rahmatullah, Isdianto mendapat amanah sebagai Wakil Gubernur Kepri. Pada 11 Juli 2019, amanah untuk Isdianto terus membesar. Dia diamanahkan sebagai Pelaksana Tugas Gubernur Kepri.
Dalam perjumpaan silaturahmi dengan masyarakat, istilah-istilah dalam pohon kelapa mengemukan dari Isdianto. Kalau almarhum H Muhammad Sani dengan sabut kepala, Isdianto selalu dengan lidi kelapa.
Di sini, persatuan dan kebersamaan yang ditekankan Isdianto. Dengan bersama semua akan bisa. Dengan bersatu pembangunan bisa diteruskan untuk Kepri semakin maju.
Konsep bersatu pun selalu diilustrasikan Isdianto dengan sapu lidi. Jika seribu batang lidi diikat dalam kesatuan, kata Isdianto, dia akan menjadi kuat dan mampu menyelesaikan berbagai persoalan.