Sepak Terjang Tito Karnavian Tumpas Teroris, Bomber Dokter Azhari hingga Noodin M Top Tak Berkutik
Sosok Tito Karnavian pernah disegani dan ditakuti nama-nama besar jaringan teroris di Indonesia seperti Dokter Azhari dan Noordin M Top
TRIBUNBATAM.id - Sepak Terjang Tito Karnavian Tumpas Teroris, Bomber Dokter Azhari hingga Noodin M Top Tak Berkutik.
Sosok Tito Karnavian pernah disegani dan ditakuti nama-nama besar jaringan teroris di Indonesia seperti Dokter Azhari dan Noordin M Top.
Jauh sebelum menjadi Kapolri dan kini menjabat Menteri Dalam Negeri (Mendagri), sepak terjang Tito Karnavian menumpas teroris di Indonesia patut diacungi jempol.
Tahun 2004, ketika Densus 88 Antiteror dibentuk untuk membongkar jaringan terorisme di Indonesia, Tito Karnavian yang saat itu berpangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) memimpin tim terdiri dari 75 polisi.
Unit antiteror ini dibentuk oleh Kapolda Metro Jaya waktu itu yang dijabat Irjen Firman Gani.
Baca juga: Pernah Diburu Tito Karnavian, Densus 88 Ringsus Penerus Dokter Azhari, Upik Lihat Rakit Bom & Senpi
Tito juga termasuk polisi yang mendapat kenaikan pangkat luar biasa saat tergabung dalam tim Densus 88 Antiteror, yang melumpuhkan teroris Dr Azahari dan kelompoknya di Batu, Malang, Jawa Timur, 9 November 2005.
Densus 88 Antiteror juga berhasil menangkap 19 dari 29 warga Poso yang masuk dalam DPO di Kecamatan Poso Kota, 2 Januari 2007.
Tito dan sejumlah perwira Polri lainnya juga sukses membongkar konflik Poso dan meringkus orang-orang yang terlibat di balik konflik tersebut.
Terbongkarnya jaringan terorisme di Indonesia saat itu, termasuk pengepungan teroris di Solo pada 17 September 2009 yang menewaskan empat orang, termasuk satu di antaranya Noordin Moch Top melambungkan nama Tito Karnavian.
Baca juga: Bentak dan Usir Polisi dari Rumahnya, Istri Bule Bawa Tongkat Bisbol: Saya Kenal Pak Tito Karnavian
Kejeniusan Tito dalam mengendus keberadaan Noordin inilah yang membuat Tito Karnavian mendapat promosi.
Tito langsung menjadi orang nomor satu dalam Densus 88, detasemen antiteror Mabes Polri.
Tito yang berpangkat AKBP memimpin unit kecil antiteror kala itu, kemudian berkembang menjadi detasemen khusus.
Calon tunggal Kapolri
Komisaris Jenderal Tito Karnavian (51) diajukan Presiden Joko Widodo sebagai calon tunggal Kepala Kepolisian Republik Indonesia.
Tito akan menggantikan Jenderal (Pol) Badrodin Haiti yang memasuki masa pensiun akhir Juli 2016.
Tito yang kala itu menjabat Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dianggap kombinasi antara polisi yang menguasai lapangan dan polisi intelektual.
Tito Karnavian adalah penerima bintang Adhi Makayasa (lulusan Akpol terbaik tahun 1987) dan menerima Bintang Cendekiawan sebagai lulusan terbaik Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian Jakarta tahun 1996.
Menilik ke usia dan angkatannya, Tito memang relatif muda saat diusulkan sebagai Kapolri.
Lumpuhkan Dokter Azahari dan Noordin M Top
Sejak pengeboman Hotel JW Marriott di Jakarta tahun 2003 dan serangan bom Bali II pada 1 Oktober 2005, nama Dokter Azahari dan Noordin Mohammad Top sering disebut-sebut sebagai otak peledakan bom.
Tito yang berpangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (2004-2005) memimpin Detasemen 88 Antiteror Polda Metro Jaya, (yang dibentuk Kapolda waktu itu Irjen Firman Gani) dan memimpin tim 75 polisi.
Baca juga: Terduga Teroris di Batam Seorang Kuli Bangunan, Densus 88 Sita Sejumlah Alat Pembuat Bom
Tim Densus 88 yang dipimpin Tito itu yang melumpuhkan teroris Dokter Azahari dan kelompoknya, setelah menggerebek sebuah rumah di Jalan Flamboyan Raya II, Kelurahan Songgokerto, Kota Batu, Jawa Timur, Rabu, 9 November 2005.
Dalam penggerebekan itu, dua orang, satu di antaranya Dokter Azahari, tewas.
Sebelumnya terjadi baku tembak tim Densus 88 pimpinan Tito dengan kelompok teroris pimpinan Dokter Azahari (Kompas, Kamis, 10 November 2005).
Tim yang terlibat penggerebekan di Batu yang berujung pada tewasnya salah satu gembong teroris, Dokter Azahari, menerima kenaikan pangkat luar biasa, termasuk Tito.
Baca juga: Beda Sikap Menteri Agama Fachrul dan Tito Karnavian Soal Perpanjangan Izin FPI
Tito juga terlibat dalam penyergapan gembong teroris Noordin M Top pada September 2009 di Solo.
Buronan teroris warga negara Malaysia itu tewas dalam penyergapan yang dilakukan tim polisi antiteror di Kampung Kepuhsari, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Solo, dari Rabu, 16 September malam, hingga Kamis, 17 September pagi.
Baku tembak terjadi dari subuh hingga pukul 06.00. Polisi menemukan jenazah Noordin M Top dalam posisi meringkuk miring menghadap kiri di pojok kamar mandi yang berada di belakang rumah kontrakan milik Susilo dan senjata api jenis Baretta di samping jenazahnya.
Polisi juga menemukan senjata M-16 di salah satu sudut kamar mandi rumah itu.
Noordin M Top mengalami luka tembak di bagian kepala, rusuk kanan, dan paha kiri.
Kepala belakangnya pecah, diduga terempas ketika tim antiteror meledakkan tembok belakang kamar mandi (Kompas, Jumat, 18 September 2009).
Kepiawaian Tito menguber Noordin M Top ini membuat Tito kembali mendapat promosi.
Pada 2010, Tito menerima kenaikan pangkat luar biasa dari komisaris besar ke brigjen.
Tahun 2005, Tito menjabat Kapolres Serang di Banten.
Setelah itu, Tito lebih banyak berkecimpung dalam tugas-tugas antiteror sebagai Kasubden Bantuan Densus 88 Antiteror Polri (2005), Kasubden Penindak Densus 88 Antiteror Polri (2006), Kasubden Intelijen Densus 88 Antiteror Polri (2006-2009), Kadensus 88 Antiteror Polri (2009-2010), serta Deputi Penindakan dan Pembinaan BNPT (2011-21 September 2012). Tito dipromosikan sebagai Kapolda Papua (21 September 2012-2015) dan Kapolda Metro Jaya (2015-2016). Setelah menjabat Kepala BNPT, Tito diajukan sebagai calon tunggal Kapolri.
Penerus Dokter Azhari diringkus di Lampung
Penerus Dokter Azhari berjuluk profesor yang lihai merakit bom dan senjata api, Upik Lawanga, berhasil diringkus Tim Densus 88 Antiteror Polri.
Hidup nomaden atau kerap berpindah-pindah, Upik Lawangan ternyata dikenal sebagai pedagang bebek ditangkap di Lampung.
Saat ditangkap Densus 88 menyita sejumlah senjata api rakitan hingga bunker diduga menjadi tempat menyembunyikan senjata atau bahan peledak.
"Dia pindah-pindah dalam bersembunyi.
Kemarin ada di Lampung, jualan bebek.
Bisa mengumpulkan uang, dibelikan rumah," kata Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Argo Yuwono dalam keterangannya, Jumat (18/12/2020).
Baca juga: Geledah Rumah Terduga Teroris di Batam, Densus 88 Sita Senpi Rakitan, Terkait Penangkapan di Sumbar
TB alias Upik Lawanga diringkus Densus 88 Antiteror di Lampung pada 23 November 2020 lalu.
Upik Lawangan merupakan Jaringan Islamiah yang terkenal sebagai penerus dokter Azhari.
Karo Penmas Humas Polri Brigjen Awi Setiyono mengatakan Upik Lawanga memang telah menjadi buruan Polri sejak diterbitkan dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) sejak 14 tahun lalu.
Baca juga: Kasus Teroris MIT Mencuat Menjalang Pergantian Kapolri, Akankah Komjen Boy Rafli Amar Berpeluang
"Penangkapan DPO tindak pidana terorisme TB alias Upik Lawanga.
Upik Lawanga ini telah jadi DPO oleh Densus Anti Teror mulai tahun 2006.
Jadi sejak saat itu sudah diterbitkan DPO-nya.
Alhamdulillah pada 23 November 2020, pada pukul 14.35 WIB di Jalan Raya Seputih Lanyak di Provinsi Lampung Tim Densus 88 berhasil menangkap TB alias Upik Lawanga," kata Awi di Bareskrim Polri, Jakarta, Senin (30/11/2020).
Ia menyampaikan wajah terpidana telah banyak berubah sejak buron 14 tahun yang lalu.
Baca juga: Kontroversi Emmanuel Macron, Presiden Prancis Sebut Islam Teroris Hingga Karikatur Nabi Muhammad SAW
Dia mengatakan Upik Lawanga merupakan aset penting bagi jaringan Jamaah Islamiyah.
Bukan tanpa sebab, Upik Lawanga masuk ke dalam daftar orang yang paling dilindungi oleh jemaah Islamiyah.
Dia telah dianggap sebagai penerus Dokter Azhari yang tewas meledakkan diri dalam sebuah penyergapan kelompok Detasemen Khusus 88 di Kota Batu.
"Ini merupakan aset yang berharga JI. Karena dia penerus Dokter Ashari.
Makanya yang bersangkutan disembunyikan oleh kelompok JI.
Di JI sendiri ada bidang Toliyah yang betugas mengamankan aset dan orang JI yang dilindungi," jelasnya.
Selama buron sejak 2006 di Poso, Upik Lawanga sempat berada di Makassar, Surabaya, Solo hingga akhirnya menetap di Lampung. Selama di Lampung, dia disembunyikan oleh jaringan Jamaah Islamiyah.
"Densus 88 Antiteror Polri juga telah menyelidiki anggota JI yang lain yang telah sengaja menyembunyikan Upik Lawanga sebagai DPO.
Baca juga: Densus 88 Tangkap Terduga Teroris di Cirebon, Pelaku Berperan Sebagai Pengkader di Jamaah Islamiah
Maka dilakukan penegakan hukum sesuai dengan peraturan Undang-undang yang berlaku," jelasnya.
Dalam aksinya, Upik Lawanga diketahui pernah terlibat dalam pelatihan militer kepada pemuda muslim Poso pasca konflik Poso pada 2001 lalu.
Total, dia melakukan pelatihan militer sebanyak tiga angkatan pemuda muslim Poso.
Dia juga merupakan peserta pelatihan militer yang dipimpin oleh Abu Tolud, Herlambang, Hasanuddin dan Dokter Agus.
Saat itu, Upik Lawanga dibaiad oleh Dokter Agus yang merupakan jamaah Islamiyah asal Jawa Timur.
"UL dan Icang alias Tengku itu diutus ke Jawa oleh JI wakalah Poso pimpinan Hasanudin untuk mempelajari ilmu pembuatan bom eksplosif kepada Azhari.
Sehingga UL yang saat ini kita tangkap adalah penerus dokter Ashari," jelasnya.
Setelah memiliki kemampuan membuat bom dan kemampuan militer seperti menembak, Upik Lawanga mulai melakukan aksi amaliyah di daerah Sulawesi Tengah.
Dari hasil penyidikan Densus 88, kasus besar tindak pidana terorisme yang melibatkan Upik Lawanga di Sulawesi Tengah.
Pada tahun 2004, dia terlibat dalam pembunuhan Helmi Tembiling istri Anggota TNI AD, penembakan dan pengeboman Gereja Anugrah pada 12 Desember 2004.
Selain itu, pengeboman GOR Poso 17 Juli 2004, bom Pasar Sentral 13 November 2004.
Pada tahun 2005, bom Pasar Tentena, Bom Pura Kandangan, Bom Pasar Mahesa.
Kemudian pada 2006, bom termos nasi Tengkura, bom center kaus hingga, penembakan sopir angkot.
Lalu pada 2020, Upik Lawanga membuat senjata api rakitan dan membuat bunker.
.
.
.
Baca berita menarik lain di Google
Artikel ini dikompilasi dari Upik Lawanga, Terduga Teroris Penerus Dokter Azhari Dikenal Sebagai Penjual Bebek di Lampung, Tito Karnavian Sukses Lumpuhkan Noordin M Top dan Azahari serta Tito Karnavian, Kombinasi Polisi Lapangan dan Polisi Intelektual
(*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/batam/foto/bank/originals/tito-jenderal-pemburu-teroris.jpg)