NASIB TRAGIS Trump Jelang Lengser, Orang Dekat Berpaling Tak Bisa Marah-marah di Media Sosial

Pesona Donald Trump memudar di Amerika Serikat, jelang kejatuhan rezim yang ia bangun kurang lebih 2 pekan lagi

AFP/Brendan Smialowski
NASIB TRAGIS Trump Jelang Lengser, Orang Dekat Berpaling Tak Bisa Marah-marah di Media Sosial 

TRIBUNBATAM.id - Nasib Tragis Trump Jelang Lengser, Orang Dekat Berpaling Tak Bisa Marah-marah di Media Sosial.

Pesona Donald Trump memudar di Amerika Serikat, jelang kejatuhan rezim yang ia bangun.

Penyerbuan Gedung Capitol oleh pendukungnya membuat citra Trump runtuh di dalam negeri maupun luar Negeri Paman Sam.

Ditambah, satu per satu orang-orang terdekat Trump mulai menjauh.

Baca juga: Donald Trump Akui Kekalahan di Pemilihan Amerika, Namun Tidak Ucapkan Selamat Pada Joe Biden

Baca juga: Pasca Kerusuhan Gedung Capitol, Akhirnya Donald Trump Akui Kekalahan dari Biden

Baca juga: Pidato Lengkap Donald Trump Setelah Rusuh di Gedung Kongres, Tuding Ada Penyusup

Donald Trump tinggal mempunyai waktu dua pekan sebelum resmi lengser dari jabatannya sebagai Presiden Amerika Serikat (AS).

Pendukung Presiden Amerika Serikat Donald Trump berkumpul di depan Gedung US Capitol di Washington, Amerika Serikat, Rabu (6/1/2021). Hari pengesahan kemenangan presiden terpilih Joe Biden oleh Kongres di Gedung Capitol diwarnai penyerbuan massa pendukung Donald Trump dalam upaya menggagalkan anggota parlemen dari tugas konstitusional mereka.
Pendukung Presiden Amerika Serikat Donald Trump berkumpul di depan Gedung US Capitol di Washington, Amerika Serikat, Rabu (6/1/2021). Hari pengesahan kemenangan presiden terpilih Joe Biden oleh Kongres di Gedung Capitol diwarnai penyerbuan massa pendukung Donald Trump dalam upaya menggagalkan anggota parlemen dari tugas konstitusional mereka. (Kompas.com/(ANTARA FOTO/REUTERS/STEPHANIE KE))

Namun, berbagai gejolak mewarnai politik Negeri Paman Sam jelang kelengserannya, seperti menggugat hasil Pilpres AS dan yang terbaru penyerbuan Gedung Capitol.

Aksi Trump itu awalnya ditanggapi dengan tenang oleh para petinggi AS, tetapi kesabaran mereka belakangan tampaknya sudah habis.

Baca juga: Jack Ma Kian Terjepit, Trump Larang 8 Aplikasi Transaksi asal China Termasuk Alipay

Baca juga: Mencekam, Pendukung Trump Pajat Pagar & Terobos Gedung Capitol, Joe Biden: Ini Pemberontakan

Baca juga: Rusuh di Gedung Capitol Hill, 4 Eks Presiden AS Kompak Hujat Donald Trump

Lindsey Graham, senator senior AS dari South Carolina, mengatakan "Cukup, sudah cukup" di Kongres pada Kamis (7/1/2021) untuk menyelesaikan sertifikasi Joe Biden.

Donald Trump
Donald Trump (Business Insider via Intisari)

Di sekeliling mereka berserakan puing-puing bekas penyerbuan Capitol Hill, seperti pecahan kaca jendela dan peluru dari penembakan yang menewaskan seorang wanita.

Trump terisolasi

Dukungan untuk Trump semakin menipis di Gedung Putih, bahkan Partai Republik berpaling darinya.

Sementara Partai Demokrat lebih tegas.

Baca juga: Media China Sebut Kerusuhan Massa Trump di Capitol Hill Sebagai Pemandangan yang Indah

Baca juga: Donald Trump Dihujat, Demo di Capitol Hill Tewaskan 1 Orang

Baca juga: Donald Trump Akhirnya Akui Kemenangan Joe Biden: Saya Akan Siapkan Transisi Kekuasaan

Mereka mendorong pejabat pemerintah mengaktifkan Amendemen ke-25 yang menyatakan presiden tak lagi mampu menjalankan tugasnya.

"Presiden seharusnya tidak menjabat lagi, satu hari pun," kata Senator Chuck Schumer kemarin, yang akan memimpin Senat ketika mayoritas baru dari Demokrat mulai menjabat.

Aksi ribuan pendukung Donald Trump yang memprotes rencana Kongres mengesahkan hasil Pilpres AS untuk kemenangan Joe Biden, Rabu (6/1/2021).
Aksi ribuan pendukung Donald Trump yang memprotes rencana Kongres mengesahkan hasil Pilpres AS untuk kemenangan Joe Biden, Rabu (6/1/2021). (AFP/JOSEPH PREZIOSO)

Ia meminta Wakil Presiden Mike Pence mengaktifkan Amendemen ke-25 dan segera mendepak Trump.

Schumer berkata, alternatif bagi Kongres adalah berkumpul lagi untuk memakzulkan presiden.

Deretan orang dalam presiden ke-45 AS itu juga mulai mundur satu per satu.

Baca juga: Janji Donald Trump Tinggalkan Gedung Putih Setelah Kemenangan Joe Biden Disahkan, Sikapnya Tetap

Baca juga: Donald Trump: Biden Bisa Masuk Gedung Putih Jika Mampu Buktikan 80 Juta Suara Diperoleh Secara Sah

Baca juga: Bacakan Pidato Natal, Trump: Sampai Jumpa Empat Tahun Lagi

Terbaru, Mick Muvalney, kepala staf Trump, pindah sebagai utusan untuk Irlandia Utara, lapor televisi CNBC.

Menurut Muvalney, satu per satu kepergian orang dekat Trump bisa diikuti eksodus lainnya sebelum pelantikan Biden pada 20 Januari.

Presiden AS Donald Trump membuat larangan terbaru untuk 8 aplikasi dari China, Selasa (5/1/2021) termasuk AliPay
Presiden AS Donald Trump membuat larangan terbaru untuk 8 aplikasi dari China, Selasa (5/1/2021) termasuk AliPay (AFP/MANDEL NGAN)

Sebelumnya pada Rabu (6/1/2021), Wakil Penasihat Keamanan Nasional Matt Pottinger sudah mengundurkan diri, diikuti Stephanie Grisham, juru bicara ibu negara Melania Trump.

Trump sendiri tidak bisa marah-marah di media sosial seperti biasanya karena diblokir Facebook, Twitter dan Instagram.

Baca juga: Aksi Demo Pendukung Donald Trump Rusuh Setelah Terobos Gedung Capitol, Anggota Parlemen: Memalukan!

Baca juga: Setelah TikTok, Donald Trump Kini Teken Larangan untuk 8 Aplikasi dari China Lainnya Termasuk AliPay

Baca juga: Rekaman Donald Trump Minta Suara Viral, Pejabat Georgia Dipaksa Terima Telepon Ubah Hasil Pilpres AS

Baru kali ini ada presiden dengan kasus begitu.

Sampai 20 Januari, Trump masih memegang semua kendali di AS, mulai dari kode rudal nuklir hingga tombol merah di meja Oval Office untuk memanggil kepala pelayan membawakan Diet Coke kesayangannya.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat menemui pendukungnya tidak jauh dari Gedung Putih Rabu, 6 Januari 2021 sebelum terjadi kerusuhan di Capitol Hill Gedung Kongres AS.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat menemui pendukungnya tidak jauh dari Gedung Putih Rabu, 6 Januari 2021 sebelum terjadi kerusuhan di Capitol Hill Gedung Kongres AS. (AFP/Brendan Smialowski)

Dalam dua pekan ke depan, sebagaimana dianalisis AFP, kekacauan demi kekacauan masih berpeluang terjadi.

Seperti yang sudah digembar-gemborkan Trump sejak kalah Pemilu AS pada November lalu, dia tidak benar-benar percaya harus angkat kaki dari Gedung Putih.

Baca juga: Usai Kalah dalam Pilpres AS, Donald Trump Dikabarkan Jadi Lebih Pendiam

Baca juga: George Bush Hingga Donald Trump, Ini Daftar Presiden Amerika Serikat yang Cuma Menjabat 1 Periode

Baca juga: Termasuk Menantu Donald Trump, Inilah 7 Pewaris Paling Tajir di AS, Berapa Kekayaannya?

Lalu, jika memang dia harus lengser, Trump kerap "mengancam" akan balas dendam pada Pilpres Amerika Serikat 2024.

Potensi Trump 2.0 ini membuat capres lain dari Partai Republik jadi khawatir karena pebisnis yang pernah main film Home Alone itu pastinya akan jadi yang terdepan.

Para pendukung Donald Trump berunjuk rasa di luar Gedung Kongres Georgia di Atlanta pada Sabtu, 21 November 2020.
Para pendukung Donald Trump berunjuk rasa di luar Gedung Kongres Georgia di Atlanta pada Sabtu, 21 November 2020. (Channel News Asia)

Padahal, senjata-senjata politik yang dilancarkannya akhir-akhir ini berbalik menyerangnya sendiri.

Terlepas dari kerusuhan Capitol Hill, ada fakta memalukan lainnya bahwa Trump gagal mencegah dua calon Senat Republik kalah di Georgia, sehingga harus merelakan kendali Kongres jatuh ke tangan Demokrat.

Baca juga: Masih Tak Terima Kekalahan, Trump Tuntut Penghitungan Ulang Suara di Georgia

Baca juga: Joe Biden Marah, Pemerintah Donald Trump Tutup Akses Informasi Kasus Covid-19; Keterlaluan Dia!

Baca juga: Menolak Kalah, Pendukung Garis Keras Donald Trump Gelar Demo di Washington

Namun, dalam mentalitas Trump yang berapi-api, itu bukan akhir segalanya.

"Ini bukan lagi Partai Republik mereka.

Donald Trump saat menggelar kampanye di Florida
Donald Trump saat menggelar kampanye di Florida (AFP)

Ini adalah Partai Republik Donald Trump," kata putranya, Donald Trump Jr, kepada massa pro-Trump yang berunjuk rasa.

Menurut survei Axios-SurveyMonkey pekan ini, 62 orang Republik masih tidak terima Biden menang pada Pemilu Amerika Serikat.

Baca juga: Pemilu AS Trump Vs Biden, Klaim Kemenangan Petahana Picu Ketakutan Kiamat Publik Amerika Serikat

Baca juga: CIA Identifikasi Pejabat Rusia Peretas Data Pemilu AS dan Menangkan Trump, Inikah Identitasnya?

Baca juga: Nah Kejadian! Facebook Khawatir Kontennya Benar Pengaruhi Hasil Pemilu AS, Menangkan Trump

.

.

.

Baca berita menarik TRIBUNBATAM.id lainnya di Google

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Nasib Pilu Trump: Senjata Makan Tuan dan Orang-orang Dekat yang Berpaling

(*)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved