Muslim Digambarkan Teroris atau Orang Jahat, 'Virus China' Ikut Jadi Target Rasisme: Buruk Sekali !

Tingginya angka rasisme ke Muslim dan China di Australia dianggap menggelisahkan dan menimbulkan dampak nyata bagi kelompok minoritas Ngeri Kangguru

AFP
Muslim Digambarkan Teroris atau Orang Jahat, 'Virus China' Ikut Jadi Target Rasisme: Buruk Sekali ! Foto ilustrasi warga Muslim di luar negeri 

"Jelas ada hubungan antara kurangnya keberagaman dalam jurnalisme Australia dan bagaimana isu ras, agama dan budaya diliput di negara ini," kata juru bicara MEAA, Adam Portelli kepada ABC.

"Kami percaya ruang redaksi harus berubah untuk lebih mencerminkan keberagaman audiens yang mereka layani."

Mahasiswa dan staf University of Technology Sydney menggelar aksi demo mengecam tindakan rasis yang dialami empat mahasiswi berjilbab, 23 Mei 2017.
Mahasiswa dan staf University of Technology Sydney menggelar aksi demo mengecam tindakan rasis yang dialami empat mahasiswi berjilbab, 23 Mei 2017. (Kathleen Calderwood/ABC News)

"Upaya untuk meningkatkan keberagaman di media tidak boleh bersifat tokenistis dan hanya akan benar-benar efektif jika mereka yang berada dalam posisi pengambilan keputusan editorial juga mencerminkan kondisi warga yang beragam."

Terlepas dari gambaran negatif tentang perempuan Muslim dan diskusi apakah penggunaan cadar wajib atau tidak di kalangan umat Muslim sendiri, Nayma memilih untuk tetap memakainya.

"Saya merasa sangat tercerahkan ketika saya melihat perempuan Muslim ditampilkan di media dan menggunakan simbol-simbol yang melambangkan Islam di media,

semakin nyaman dan kami merasa semakin tercerahkan dan diberdayakan," kata Nayma yang bercita-cita menjadi dokter ahli bedah.

Baca juga: Sebelum jadi Tersangka Rasisme, Tri Susanti Jelaskan Kronologi Aksi Massa di Surabaya

"Orang-orang sekarang melihat saya karena keterampilan, kemampuan, dan pengetahuan saya."

"Saya merasa di saat pandemi Covid-19 dan semua orang harus memakai masker, mereka mengerti bahwa saya masih dapat berkomunikasi baik dengan orang lain.

Sementara Rona mengatakan perlu adanya perubahan di media.

"Kaum muda tidak merasa terwakili di media.

Pengalaman hidup kami yang beragam tidak terwakili dalam apa yang menurut media layak diberitakan," kata Rona.

Bobby Jayanto datang ke Kantor Polres Tanjungpinang untuk menjalani pemeriksaan sebagai tersangka kasus rasis, Senin (26/8/2019) siang. (TRIBUNBATAM.id/Endra Kaputra)
Bobby Jayanto datang ke Kantor Polres Tanjungpinang untuk menjalani pemeriksaan sebagai tersangka kasus rasis, Senin (26/8/2019) siang. (TRIBUNBATAM.id/Endra Kaputra) (TRIBUNBATAM.id/Endra Kaputra)

"Saya pikir pandangan kita mulai bergeser dan orang-orang muda memiliki cara pandang yang sangat berbeda tentang dunia, pemahaman tentang diri kita, dan tentang warga Aborigin, non-Pribumi atau orang kulit berwarna," tambahnya.

"Tapi, saya pikir media belum cukup menggambarkan perubahan itu," pungkasnya.

Baca juga: Bobby Jayanto Minta Maaf Terkait Kasus Rasis, Berat Badan Turun 5 Kg

Baca juga: Sebelum jadi Tersangka Rasisme, Tri Susanti Jelaskan Kronologi Aksi Massa di Surabaya

Baca juga: Cerita Irfan Bachdim Alami Rasis di Belanda Karena Berdarah Indonesia: Tua Nanti Saya Tetap di Sini

.

.

.

Baca berita lain di Google

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Muslim, China dan Aborigin adalah Kelompok Minoritas yang jadi Target Rasisme

(*)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved