Puncak Kecewa NOVEL BASWEDAN Bicara Nyaris Buta hingga Hinaan Luar Biasa

Novel Baswedan matan polisi yang beralih bekerja di lembaga antirasuah KPK tak seperti biasa saat tak bisa menahan emosi berbicara soal hinaan padanya

Tri bunnews/Irwan Rismawan/Wisnu Agung/Beritagar.id
Kolase foto Novel Baswedan (tengah) dan dua pelaku penyiraman air keras yang ternyata anggota Polri saat menjalani persidangan, beberapa waktu lalu 

"Bisa dibayangkan, saya dari anggota Polri, bahkan saya lulusan Akabri, kemudian yang kariernya harusnya sangat luar biasa, banyak diharapkan orang untuk bisa berkarier di sektor kepolisian dengan melalui Akabri, tapi kemudian saya tinggalkan," bebernya dilansir WartaKotalive.com berjudul Novel Baswedan: Hampir Buta tapi Malah Dihina Luar Biasa, Saya Tidak Hanya Dapat Rezeki dari KPK Kok.

KPK, kata Novel, baginya kesempatan berjuang demi bangsa dan negara untuk kepentingan masyarakat, salah satunya dengan memberantas korupsi di Indonesia.

"Saya mau menggunakan kesempatan yang saya punya untuk berjuang membela kepentingan negara memberantas korupsi."

Baca juga: Kabar Novel Baswedan Diberhentikan dari KPK, Firli Bahuri Angkat Bicara

"Tapi yang terjadi upaya membungkus kebusukan seolah-olah adalah, ayo kita lawan, ada radikalisme talibanisme yang mau merusak NKRI," ucapnya.

Novel menduga para koruptor membungkus narasi adanya talibanisme dan radikalisme di KPK, untuk mendapatkan simpati masyarakat.

Nantinya, kata Novel, narasi tersebut membuat masyarakat membiarkan pelemahan dan penyerangan terhadap KPK.

Padahal, narasi ini merupakan buatan para koruptor untuk dapat simpati masyarakat.

"Yang terjadi koruptor ini sepertinya belajar, mungkin dia riset."

"Dia bungkus kebusukannya untuk berbuat korupsi dengan cara seolah-olah mengatakan bahwa di KPK itu banyak radikalisme."

Penyidik KPK Novel Baswedan tiba di gedung KPK, Jakarta, Kamis (22/2/2018). Novel kembali ke Indonesia setelah sepuluh bulan menjalani operasi dan perawatan mata di Singapura akibat penyerangan air keras terhadap dirinya
Penyidik KPK Novel Baswedan tiba di gedung KPK, Jakarta, Kamis (22/2/2018). Novel kembali ke Indonesia setelah sepuluh bulan menjalani operasi dan perawatan mata di Singapura akibat penyerangan air keras terhadap dirinya (KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG)

"Ketika berbicara radikalisme itu berbicara sekitar 2017 atau 2016."

"Itu awal mula disebutkan radikalisme talibanisme dan lain-lain," bebernya.

Novel menuturkan, upaya koruptor melemahkan KPK selalu gagal, karena dukungan dan penolakan masyarakat.

Itulah kenapa, katanya, para koruptor mencari cara mendapatkan simpati masyarakat, seiring melemahkan KPK.

Caranya, kata Novel, menggunakan isu radikalisme dan talibanisme yang ada di KPK.

Namun, ia meyakini masyarakat sudah cerdas memahami pola-pola pelemahan KPK yang dilakukan koruptor.

Baca juga: Novel Baswedan Dilaporkan ke Bareskrim, Deputi KPK Irjen Karyoto Pasang Badan: Dia Itu Anggota Saya

Baca juga: FAKTA Febri Diansyah Mundur dari KPK dan Harapan NOVEL BASWEDAN Situasi Segera Berubah

Baca juga: FAKTA Febri Diansyah Mundur dari KPK dan Harapan NOVEL BASWEDAN Situasi Segera Berubah

.

.

.

Baca berita menarik TRIBUNBATAM.id lainnya di Google

(*/ TRIBUNBATAM.id)

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved