Suka Duka Relawan Covid-19 di Natuna, Agung: Orang Pikir Kami Dapat Banyak Duit

Mereka baru saja rampung memakamkan jenazah pasien Covid-19 di Pemakaman Umum Taman Bahagia, Air Lakon Kelurahan Ranai Kota, Kecamatan Bunguran Timur

Penulis: Thom Limahekin | Editor: Thom Limahekin
TRIBUNBATAM.id/Jaliyah
RELAWAN COVID-19 - Relawan Covid-19 di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau tengah menggotong peti jenazah pasien Covid-19 menuju ke tempat pemakaman umum. 

Editor: Thomm Limahekin

TRIBUNBATAM.id, KEPRI - Peluh tampak bercucuran di wajah-wajah relawan Covid-19 Natuna. Hari itu, mereka baru saja rampung memakamkan jenazah pasien Covid-19 di Pemakaman Umum Taman Bahagia, Air Lakon

Kelurahan Ranai Kota, Kecamatan Bunguran Timur, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Di balik rapatnya hazmat yang membungkus tubuhnya, masih tampak jelas jika mereka kelelahan. Pakaian hazmat berwarna putih itu pun kotor karena terkena tanah kuburan.

Kendati demikian, matanya masih memancarkan semangat. Mereka bekerja dengan protokol ketat, lengkap dengan masker medis yang dipakai double alias bertumpuk.

Kostum yang begitu rapat ini membuat tubuhnya bermandikan keringat. Belum lagi cuaca Natuna yang begitu terik siang itu.

Baca juga: Razia Protokol Kesehatan di Karimun, Tak Pakai Masker Langsung Rapid Antigen

BAGIKAN MASKER - Satlantas Polresta Barelang Bagikan Masker Dan Brosur Patuhi Protokol Kesehatan di Batam Indo. Selasa, (27/7/2021).
BAGIKAN MASKER - Satlantas Polresta Barelang Bagikan Masker Dan Brosur Patuhi Protokol Kesehatan di Batam Indo. Selasa, (27/7/2021). (TribunBatam.id/Istimewa)

Meskipun bermandikan peluh dan sengatan matahari, mereka justru tak mengeluh. Sesekali terdengar canda tawa menyeruak di antara rombongan relawan Covid-19 itu.

Ravi Kumar dan Tri Agung Prawira adalah dua di antara para relawan pemakaman Covid-19 Natuna. Mereka melakukan pemulasaran jenazah Covid-19 secara rutin setiap harinya.

Ravi yang berprofesi sebagai anggota Kepolisian Polres Natuna ini justru sangat menikmati pekerjaannya sebagai relawan Covid-19.

"Dalam tugas Kemanusiaan yang kita emban ini sebagai relawan, kita juga beribadah, jadi tak peduli seperti apapun panas yang kita rasakan, '' ujar Ravi sambil sesekali mengipasi dirinya dengan tangan, di TPU Taman Bahagia, Senin (30/08/2021).

Sengatan matahari siang itu tak ayal membuat Ravi kegerahan. Apalagi dia harus bekerja dengan balutan hazmat yang tebal. Di samping Ravi, Agung pun melakukan hal serupa.

Baca juga: NEWS WEBILOG: PPKM dan Penurunan Kasus Covid-19 di Kepri

NEWS WEBILOG - TRIBUNBATAM.id menghadirkan ketiga narasumber, Kepala BTKL PP Batam, Budi Santoso; Pakar Epidemiologi, Asep Zaenal Mustofa dan Kepala Dinkes Provinsi Kepri, Mohammad Bisri dalam News Webilog bertama
NEWS WEBILOG - TRIBUNBATAM.id menghadirkan ketiga narasumber, Kepala BTKL PP Batam, Budi Santoso; Pakar Epidemiologi, Asep Zaenal Mustofa dan Kepala Dinkes Provinsi Kepri, Mohammad Bisri dalam News Webilog bertama "PPKM dan Penuran Kasus Covid-19". (TRIBUNBATAM.id/Thomm Limahekin)

Dia mencari sedikit angin segar dengan mengipasi tubuhnya yang bermandikan keringat. Baginya, bekerja dengan mengenakan baju hazmat jauh lebih panas.

"Panas sekali, seperti di sauna," ujar Ravi.

Ravi bercerita, dia pernah tumbang usai melakukan pemakaman jenazah pasien covid-19 di pemakaman khusus Covid di Puak kelurahan Ranai kota.

"Saking panasnya, kak. pernah kami berempat langsung tumbang, pitam, karena tak tahan dengan uap panas di dalam baju hazmat," kata Ravi.

Namun, rasa panas dan gerah itu kini bak telah akrab dengan tubuhnya. Dia masih tetap gagah dan semangat meski gerah dengan keringat.

Di sisi lain, kedua relawan ini mengaku kerap merasa sedih akan tudingan dari sejumlah orang. Tak jarang mereka dituding mendapatkan anggaran khusus untuk pemakaman Covid-19.

Agung yang sehari-hari bekerja sebagai PNS pun angkat suara. Dia menegaskan jika sejak dirinya bergabung sebagai relawan Covid-19, tak ada sepeserpun uang yang dia terima.

Segalanya dia lakukan dengan ikhlas dan rela untuk membantu jenazah bisa dimakamkan dengan benar dan layak.

"Sering ada yang menuduh seperti itu, katanya kami besar dapat duit Covid, ya aku kadang cuma senyumin aja. Nyatanya sampai sekarang lillahitaala, belum pernah menerima sepeserpun," tutur Agung.

Baca juga: PPKM Diperpanjang hingga 6 September 2021, Ini Syarat Naik Pesawat dan Kapal

RAZIA PROKES - Seorang warga Batam terjaring razia protokol kesehatan karena tak pakai masker, Kamis (3/6/2021)
RAZIA PROKES - Seorang warga Batam terjaring razia protokol kesehatan karena tak pakai masker, Kamis (3/6/2021) (Tribunbatam.id/Istimewa Humas Pemko Batam)

Hal itu juga dibenarkan oleh Ravi. Bahkan Ravi kerap menjawab tuduhan seperti itu dengan mengajak langsung orang- orang untuk turun menjadi relawan covid-19.

"Saya sering ajak, ayoklah gabung jadi relawan, masih ada lowongan. Biar mereka tahu seperti apa kondisi kami relawan ini yang sebenarnya," timpal Ravi.

Sebagai relawan tak jarang mereka harus turun tengah malam atau dinihari untuk mengurus pemulasaran jenazah pasen covid.

Mereka bertugas menggotong jenazah dari kamar isolasi, membawanya ke kamar mayat, memandikan, mengkafani, hingga melaksanakan sholat jenazah.

Tugas final mereka adalah mengantar jenazah hingga ke peristirahatan terakhirnya. Mereka mengangkut peti berisi jenazah itu ke pemakaman hingga selesai.

"Berat memang, tapi niatkan semua karena ibadah dan kemanusiaan, insha Allah, semua akan terasa ringan," kata Ravi.

Baca juga: 5 Protokol Kesehatan Wajib saat Isolasi Mandiri agar Tidak Menulari Orang Lain

PPLM MIKRO DI BATAM - Patroli pengawasan protokol kesehatan di beberapa pusat kuliner Kota Batam, Sabtu (26/6/2021).
PPLM MIKRO DI BATAM - Patroli pengawasan protokol kesehatan di beberapa pusat kuliner Kota Batam, Sabtu (26/6/2021). (ist)

"Saya hanya ingin, kerja yang saya lakukan sekarang , kelak akan dibalas Allah dan orang lain, semoga nanti saya juga mendapatkan balasan atas keiklasan yang saat ini kami laksanakan," imbuh Agung.

Sehari-hari bergulat dengan jenazah Covid-19 membuat mereka tak luput dari rasa cemas. Keduanya mengaku takut tertular, bahkan membawa pulang virus untuk keluarga mereka.

Namun, niat mereka lebih besar dari rasa cemas itu. Mereka sebisa mungkin mengantisipasi penularan virus dengan tetap menjaga protokol kesehatan saat pulang ke rumah.

"Makanya kalau pulang saya kadang lewat pintu belakang, langsung lepas pakaian, mencuci pakaian dan mandi, sebelum berkumpul dengan keluarga," tutp Ravi dan Agung kompak. (TRIBUNBATAM.id/Thomas Tonek Thomlimah Limahekin)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved