WAKIL KETUA DPRD BATAM MENINGGAL

Tangis Keluarga Iringi Pelepasan Jenazah Ruslan Ali Wasyim, Dimakamkan di TPU Sambau

Isak tangis keluarga mengiringi pelepasan jenazah Ruslan Ali Wasyim menuju peristirahatan terakhirnya. Ruslan meninggal setelah sempat dirawat di RSBP

TRIBUNBATAM.id/Hening Sekar Utami
Para pelayat padati rumah duka almarhum Ruslan M Ali Wasyim, iringi pelepasan jenazah, Rabu (20/10/2021). 

Saat sekolah SMP 1 Tanjunguban itu lah Ruslan juga mengenal kehidupan keras di pasar.

Masuk STM

Setelah tamat SMP, Ruslan kemudian melanjutkan jenjang pendidikan ke jenjang SMA. Pilihannya SMA 1 Tanjungpinang di tahun 1985.

Namun orang tuanya meminta Ruslan pindah sekolah ke SMK 1 Batam, yang saat itu jadi SMK pertama dibuka.

Namun tak lama setelah itu, Ruslan pindah ke SMA Kartini Batam. Akhirnya tahun 1988 Ruslan tamat di SMA Kartini.

Setelah tamat SMA, banyak teman-teman Ruslan memilih merantau ke Jakarta, Jogja dan lainnya, namun tidak dengan Ruslan. Ia memilih bekerja di Batam demi adik-adiknya yang masih butuh biaya sekolah.

Hobi Main Bola

Wakil Ketua II DPRD Batam, Ruslan Ali Wasyim juga hobi main bola.

“Dulu, kalau musim kompetisi tiba, saya paling dicari sama bos-bos,” kenang Ruslan mengawali ceritanya bersama Tribun Batam, Rabu (3/2/2021).

Awal karirnya dimulai sekira tahun 1987. Saat itu Ruslan memulainya sebagai pemain antar kampung (tarkam).

Minimnya akses untuk menjadi seorang pesepakbola profesional kala itu, merupakan kendala utama dirinya serta rekan-rekan satu angkatan.

“Zaman dulu yang penting main. Tak seperti sekarang, yang aksesnya sudah luas,” katanya lagi.

Sebagai pemain tarkam, beberapa tim pernah dibelanya. Salah satu tim paling berkesan baginya adalah PS. Batubesar.

Sebab, di tim ini, Ruslan pernah berkesempatan menjelajahi berbagai pulau hanya untuk bermain sepak bola. Mulai dari Pulau Sambu, Pulau Air Raja hingga Tanjunguban.

Pada masa itu, akses transportasi laut masih menjadi primadona di Batam maupun Provinsi Kepri.

“Saya mulai aktif main itu umur 16 tahun. Biasanya cuma dikasih uang jajan sama manager sekira Rp 20 ribu sampai Rp 25 ribu. Zaman itu, nominal segitu sudah besar. Soal bayaran tak terlalu ambil pusing,” tambah dia.

Halaman
123
Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved