China Kerahkan Pesawat Pengebom di Laut Natuna Utara Hingga Sebar Ranjau Laut

China sebelumnya ngotot jika Laut Natuna Utara merupakan wilayah kedaulatannya. Armada militer dikerahkan hingga memasang ranjau laut di sana.

TribunBatam.id/Istimewa
Laut Natuna Utara 'memanas' setelah armada militer China mengerahkan pesawat membawa bom. Foto KN Nipah 321 menghalau dan mengusir kapal Coast Guard China yang kedapatan berkeliaran di ZEEI Laut Natuna Utara yang merupakan wilayah yurisdiksi Indonesia, Sabtu (12/9/2020). 

TRIBUNBATAM.id - Laut Natuna Utara atau yang masih disebut sebagian pihak sebagai Laut China Selatan begejolak.

Armada militer milik Beijing dalam hal ini Tentara Pembebasan China (PLA) H-6J jadi penyebabnya.

Mereka dilaporkan menggelar latihan militer secara intens di sana.

Pesawat tersebut diketahui juga menjatuhkan bom pada sejumlah pulau serta meletakkan ranjau laut.

China sebelumnya masih bersikeras jika Laut Natuna Utara merupakan wilayahnya.

Yang terbaru, mereka bahkan mengirim surat resmi ke Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Republik Indonesia serta meminta aktivitas pengeboran minyak dan gas (migas) untuk dihentikan.

Potensi migas di Laut Natuna Utara memang tak bisa dianggap remeh.

Baca juga: China Punya Obat Covid-19, Klaim Tekan Risiko Rawat Inap hingga Kematian

Baca juga: BUMN China Indonesia Bangun Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung di Tengah Risiko Utang

Laporan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat jika cadangan minyak bumi di Laut Natuna Utara sebesar 92,63 juta standar barel atau milion stock tank barrel (MMSTB).

Sementara itu, cadangan potensial minyak bumi di Laut Natuna Utara adalah 137,13 MMSTB.

Cadangan potensial itu terdiri dari cadangan harapan sebesar 88,90 MMSTB dan cadangan mungkin 48,23 MMSTB.

Di sisi lain, cadangan gas bumi terbukti di Laut Natuna Utara adalah 1.045,62 juta kaki kubik atau billions of standard cubic feet (BSCF).

Sedangkan cadangan gas bumi potensial di Laut Natuna Utara sebesar 1.605,24 BSCF yang terdiri dari 1.083,61 BSCF cadangan harapan dan 521,63 BSCF cadangan mungkin.

Sementara itu dalam skala nasional, cadangan minyak bumi di Indonesia sebesar sebesar 3.774,6 MMSTB dan gas bumi sebesar 77,29 triliun kaki kubik atau trillions of standard cubic feet (TSCF)

Pemerintah Republik Indonesia mengatakan ujung selatan Laut China Selatan tersebut zona ekonomi eksklusifnya menurut Konvensi PBB tentang Hukum Laut.

Indonesia menamai wilayah tersebut dengan Laut Natuna Utara pada 2017.

Baca juga: China Peringatkan AS Soal Boikot Olimpiade Beijing 2022, Siap Ambil Tindakan Tegas

Baca juga: Cadangan Migas Laut Natuna Utara yang Diklaim China, Singapura Sempat Dibuat Pusing

Dengan payung hukum itu, Indonesia memiliki kewenangan penuh untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam di sana.

Dilansir dari Global Times seperti diberitakan Tribunnews.com, armada militer China H-6J berpartisipasi dalam latihan tembak-menembak di Laut China Selatan.

Pesawat tersebut juga menjatuhkan bom di pulau-pulau dan meletakkan ranjau laut.

H-6J diketahui berafiliasi dengan salah satu unit penerbangan PLA yang berbasis di Provinsi Hainan.

Pada hari Jumat (3/12), CCTv melaporkan bahwa latihan melibatkan bom udara berdaya ledak tinggi dan ranjau dasar laut.

Beberapa unit H-6J lepas landas pada malam hari dan langsung membentuk formasi udara.

Semuanya tiba di wilayah laut yang ditentukan saat fajar.

Kondisi cuaca saat itu dilaporkan cukup kompleks, ditandai dengan adanya awan tebal.

Pesawat pertama-tama menjatuhkan ranjau laut, kemudian menjatuhkan bom di beberapa titik.

Bom yang dijatuhkan memiliki radius ledakan yang besar dan berhasil mengenai sasaran di pulau-pulau dan terumbu karang.

Setelah pengeboman gelombang pertama selesai, rombongan H-6J kembali ke pangkalan untuk menerima pemeriksaan menyeluruh dan melakukan pengisian ulang amunisi dan bahan bakar sebelum kembali lagi untuk gelombang kedua.

Selain bom dan ranjau laut, unit pesawat H-6J yang ditugaskan kali ini juga membawa rudal anti-kapal YJ-12 di bawah sayapnya.

Baca juga: China Punya Jebakan Utang Bikin Inggris Waspada, Indonesia Bagaimana?

Baca juga: Penjara Super Ketat China Kebobolan oleh Orang Ini Hanya Hitungan Menit, Siapa Dia?

Pesawat jenis ini baru diumumkan secara resmi oleh Kementerian Pertahanan China tahun lalu.

Menurut pakar militer yang dihubungi Global Times, latihan ini menunjukkan bahwa H-6J masih mempertahankan kemampuan pengeboman tradisionalnya.

Meskipun ia juga dapat dipersenjatai dengan senjata anti-kapal dan rudal jelajah serangan darat.

Secara umum, bom dinilai lebih efisien dan lebih murah daripada rudal.

Penggunaan bom juga akan sangat efektif apabila pesawat pembom tidak terancam oleh tembakan musuh.

POTENSI Laut Natuna Utara

Pemerintah China sebelumnya melayangkan protes ke Indonesia karena melakukan pengeboran minyak dan gas (migas) di wilayah perairan Kepulauan Natuna.

Wilayah maritim tersebut memang diklaim kedua negara.

Sebuah surat dari Diplomat China kepada Kementerian Luar Negeri Indonesia dengan jelas mengultimatum Indonesia untuk menghentikan pengeboran di rig lepas pantai untuk sementara waktu karena lokasinya berada di wilayah yang dianggap milik China.

Indonesia mengatakan ujung selatan Laut Cina Selatan adalah zona ekonomi eksklusifnya di bawah Konvensi PBB tentang Hukum Laut.

Indonesia menamai wilayah tersebut dengan Laut Natuna Utara pada 2017, di mana sebelumnya disebut Laut China Selatan.

Sebenarnya potensi apa yang terkandung di Laut Natuna?

Peneliti Ahli Utama Bidang Oseanografi Terapan & Manajemen Pesisir, Kementerian Kelautan & Perikanan Widodo S. Pranowo mengibaratkan Laut Natuna adalah taman bunga yang selalu menghasilkan serbuk sari.

Baca juga: China Usik Laut Natuna Utara Kepri, Desak Indonesia Stop Pengeboran Migas

Baca juga: Janji China Bantu Negara di Afrika Terkait Covid-19, Vaksin hingga Investasi Fantastis

"Sehingga banyak lebah yang akan datang karena mencium bau harum nektar dari bunga-bunga tersebut yang dihembuskan oleh angin hingga mencapai jarak yang jauh," ujarnya.

Mengapa diibaratkan demikian?

Proses pembentukan secara geologi dari basin Laut Natuna (Utara) dan Laut China Selatan selama ratusan jutaan tahun yang lalu, menimbulkan cekungan-cekungan jebakan minyak dan gas bumi di bawah dasar Laut Natuna (Utara) dan Laut China Selatan.

Akibat pembentukan geologi basin tersebut, Laut Natuna (Utara) memiliki kedalaman yang dangkal, yang menyambung ke batimetri basin yang dalam dari Laut China Selatan.

Basin tersebut kemudian membangkitkan pola sirkulasi arus laut yang unik, yakni Viet Nam Jet Current (VJC) dan Natuna Off-Shelf Current (NOC).

"Sebenarnya VJC dan NOC ini merupakan satu kesatuan polas irkulasi di Laut China Selatan," tambah Anggota Dewan Pakar Ikatan Sarjana Kelautan Indonesia (ISKINDO) itu.

Viet Nam Jet Current adalah sirkulasi arus yang mengalir dari arah Samudera Pasifik Barat Laut China Selatan dengan kecepatan tinggi.

Sirkulasi arus itu menyusur tebing Laut China Selatan di sisi barat-laut/utara yang melewati Viet Nam.

Kemudian berbalik arah ketika mendekati tebing Laut Natuna (Utara) sehingga kemudian disebut sebagai Natuna Off-Shelf Current (NOC).

Baca juga: China Usik Laut Natuna Utara Kepri, Desak Indonesia Stop Pengeboran Migas

Baca juga: China Punya Obat Covid-19, Klaim Tekan Risiko Rawat Inap hingga Kematian

Widodo menambahkan, Sungai Mekong yang bermuara di pesisir Viet Nam, memasok nutrien atau zat hara dari darat mengalir ke dasar Laut China Selatan.

Adanya Viet Nam Ject Current dan Natuna Off-Shelf Current tersebut mengangkat zat hara dari dasar perairan menuju ke atas (upwelling).

"Kemudian perairan menjadi sangat subur menyediakan khlorofil dan oksigen yang digunakan oleh ikan dan biota laut ekonomis tumbuh dan berkembang biak," ujar Widodo yang juga sebagai 3. Anggota Dewan Pakar Ikatan Alumni Program Habibie (IABIE).

Khlorofil dan oksigen tersebut juga tersebar dengan merata dan baik di seluruh perairan pesisir di Laut China Selatan dan Laut Natuna (Utara).

Sehingga tidak heran satelit Vessel Monitoring System yang disajikan oleh Global Fishing Watch mendeteksi sangat banyak kapal penangkap ikan di sana.

Bahkan aktivitas kapal penangkapan ikan secara terus menerus hampir sepanjang tahun.

Kapal-kapal tersebut ada yang memiliki identitas/izin penangkapan, dan banyak pula yang tidak memiliki identitas/izin penangkapan.(TribunBatam.id) (Tribunnews.com/Malvyandie Haryadi)

Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google

Berita Tentang China

Sumber: Tribunnews.com

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved