WISATA KEPRI

Melihat 'Hongkongnya' Lingga, Potret Permukiman Etnis Tionghoa Terkenal Akan Nasi Dagangnya

Permukima penduduk di Lingga ini dikenal sebagai Hongkong-nya Lingga. Permukiman penduduk yang khas juga dikenal akan kulinernya yang terkenal.

Penulis: Febriyuanda | Editor: Septyan Mulia Rohman
TribunBatam.id/Istimewa/Dokumentasi Pemkab Lingga
Potret permukiman penduduk di Kelurahan Pancur, Kecamatan Lingga Utara, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri. Lokasi ini biasa disebut Hongkong-nya Lingga. 

"Jadi dimana setiap wisatawan baik lokal hingga mancanegara seperti Singapura dan Malaysia yang berkunjung kesini pasti menikmati lezatnya nasi dagang," ujarnya.

Baca juga: DAFTAR 7 Aturan Prokes di Tempat Wisata Batam saat Libur Natal dan Tahun Baru

Baca juga: Mengenal Kuliner Unik Khas Melayu di Kepri, Paling Nikmat Disantap Bareng Keluarga

Potret permukiman penduduk di Kelurahan Pancur, Kecamatan Lingga Utara, Kabupaten Lingga jadi tempat wisata unik di Lingga.
Potret permukiman penduduk di Kelurahan Pancur, Kecamatan Lingga Utara, Kabupaten Lingga jadi tempat wisata unik di Lingga. (TribunBatam.id/Istimewa/Dokumentasi Pemkab Lingga)

Kabupaten Lingga juga mempunyai destinasi wisata yang sarat akan nilai sejarah.

Lokasinya kini menjadi salah satu pusat keramaian di kabupaten yang dipimpin Muhammad Nizar dan Neko Wesha Pawelloy itu.

Tanjung Buton namanya.

Ia terletak di Daik, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri.

Tanjung Buton tak hanya menjadi pusat wisata kuliner, namun menjadi pusat pelabuhan utama.

Pengunjungnya tak hanya berasal dari wisatawan lokal saja, wisatawan mancanegara tercatat pernah mengunjungi lokasi ini.

Namun dibalik itu semua, Tanjung Buton sendiri mempunyai sejarah singkat pada zaman kerajaan Riau-Lingga.

Pemerhati sejarah dari Staf Dinas Kebudayaan Lingga, Lazuardy menceritakan pada awalnya bersumber dari cerita rakyat, Tanjung Buton memiliki cerita dua versi.

Versi pertama Lazuardi menjelaskan, sebelum nama Tanjung Buton itu berasal dari nama Tanjung Putus, karena pulau di depannya putus dengan pulau yang ada di gerbang pertama memasuki Tanjung Buton.

Selanjutnya versi yang kedua mengatakan, bahwa Tanjung Buton itu diambil karena banyaknya tumbuhan 'Buton' yang berada di tepi-tepi pantai.

"Pohon Buton itu seperti Tapang yang tumbuh di tepi-tepi pantai, buahnya hampir bentuk empat persegi. Jadi banyak ditumbuhi tanaman Buton waktu itu, makanya dinamakan Buton," kata Lazuardy kepada TribunBatam.id, Senin (29/11/2021).

Baca juga: Pulau Ini Menyimpan Sejarah Kerajaan Melayu, Cicip Juga Kuliner Khasnya

Baca juga: 200 Event Pariwisata Akan Digelar di Kepri Tahun 2022, Jika Kasus Corona Terus Turun

Wisata Kuliner Tanjung Buton di Daik, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri menjadi tempat favorit menikmati akhir pekan,
Wisata Kuliner Tanjung Buton di Daik, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri menjadi tempat favorit menikmati akhir pekan, (TribunBatam.id/Febriyuanda)

Lazuardy menjelaskan di zaman Kesultanan Riau-Lingga, Tanjung Buton mempunyai peran penting. Apalagi menjadi tempat lintasan orang dari luar.

Selanjutnya, dia melanjutkan di tahun 1911 terdapat banyak aktivitas di Tanjung Buton.

"Karena di Tanjung Buton itu dijadikan tempat Asisten Residen Belanda, yang sumber lisannya mengatakan bahwa Belanda itu meletakkan Asisten Residen itu tidak lain dan tidak bukan untuk turut memantau gerak gerik Sultan Riau-Lingga pada waktu itu," katanya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved