Israel Coba Mediasi Konflik Rusia - Ukraina, Sebelumnya Ikut Mengutuk Invasi Vladimir Putin
Perdana Menteri Israel berbicara dengan Presiden Rusia dan Ukraina. Padahal sebelumnya, Israel ikut mengutuk aksi yang dilancarkan Vladimir Putin.
TRIBUNBATAM.id - Operasi militer khusus yang dilancarkan Rusia ke Ukraina sampai hari ini belum juga berakhir.
Korban jiwa dari kedua negara dilaporkan terus saja bertambah.
Tidak hanya warga sipil, Jenderal Bintang Dua dari negara yang dipimpin Presiden Vladimir Putin itu dilaporkan turut menjadi korban.
Dampak dari konflik Rusia dan Ukraina sebelumnya juga berimbas kepada warga negara Indonesia (WNI) di negara Eropa Timur itu.
Sedikitnya 80 WNI dan 3 warga negara asing berhasil dievakuasi dan tiba di tanah air pada Kamis (3/3/2022) sekira pukul 17.00 WIB.
Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Republik Indonesia melaporkan, mereka harus menempuh perjalanan panjang dari Ukraina menuju Bandara Bucharest, Rumania lewat jalur darat.
Dari Rumania, mereka kemudian melanjutkan perjalanan menggunakan pesawat Garuda Indonesia menuju Arab Saudi - Madinah baru ke Jakarta.
Baca juga: Jenderal Bintang 2 Rusia Paling Disegani Tewas oleh Sniper Ukraina
Baca juga: Rusia - Ukraina Saling Klaim, Viral Tentara Vladimir Putin Menangis Sambil Hubungi Ibunya
Sejumlah negara mengutuk invasi yang diperintahkan oleh Vladimir Putin.
Beberapa negara ada yang telah menerapkan sanksi kepada Rusia.
Namun faktanya, Rusia masih terus melancarkan serangannya ke Ukraina.
Salah satu negara yang mencoba untuk mendamaikan konflik kedua negara ini adalah Israel.
Ini dipertegas dengan 'cuitan' Perdana Menteri (PM) Israel, Naftali Bennett melalui akun media sosial, Twitter.
Bennett mengaku berbicara dengan para pemimpin kedua negara pada Rabu waktu setempat.
Panggilan pertama adalah dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy.
Zelenskiy mengatakan di Twitter mereka berbicara tentang "agresi Rusia."
Melansir Reuters, Kamis (3/3), Kremlin kemudian mengeluarkan pernyataan bahwa Bennett memulai panggilan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Israel sebelumnya ikut mengutuk Rusia karena menginvasi Ukraina pada Kamis (24/2/2022).
Israel menyebut serangan Rusia terhadap Ukraina sebagai pelanggaran tatanan internasional.
Meski demikian, Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid menggarisbawahi hubungan dekatnya dengan Moskwa dan Kiev, sebagaimana dilansir AFP.
"Serangan Rusia ke Ukraina merupakan pelanggaran serius terhadap tatanan internasional," kata Lapid.
Dia menambahkan bahwa Israel 'mengutuk' serangan itu.
Baca juga: China Bersikap Hadapi Konflik Rusia vs Ukraina, Vladimir Putin Minta Pasukan Nuklir Siaga
Baca juga: Presiden Rusia Vladimir Putin Targetkan Kemenangan Pada 2 Maret Atas Ukraina
Tetapi Lapid juga mencatat bahwa Israel memiliki hubungan yang dalam, tahan lama, dan baik dengan Rusia serta Ukraina.
Kremlin mengatakan, Vladimir Putin kepada Bennett mempertimbangkan kepentingan keamanan Moskow adalah salah satu syarat utama untuk menyelesaikan konflik.
Israel memiliki hubungan baik dengan Moskow dan Kyiv.
Sementara itu memilih dengan mayoritas besar di Majelis Umum PBB pada hari Rabu untuk menegur Rusia karena menyerang Ukraina.
Atas permintaan Kyiv, Bennett menawarkan Israel untuk menengahi pembicaraan damai.
Dia juga telah menyuarakan solidaritas dengan Ukraina dan mengirimkannya bantuan kemanusiaan.
Pejabat di kantor Bennett mengkonfirmasi panggilan tersebut tetapi tidak memberikan rincian lainnya.
“Para pemain yang berbeda menginginkan kami di tempat di mana kami dapat mengadakan dialog dengan semua orang,” kata Bennett dalam sebuah wawancara yang ditayangkan pada hari Rabu di Channel 13 Israel.
Israel ingin mempertahankan peringkat dengan sekutu AS-nya dalam krisis. Tetapi juga memperhatikan pengaruh militer Moskow di sebelah Suriah, di mana Israel secara teratur menyerang sasaran Iran.
Kontak Israel-Rusia mencegah mereka saling tembak secara tidak sengaja.
Israel telah berusaha untuk menjaga keseimbangan diplomatik melalui krisis yang semakin dalam.
Amerika Serikat adalah sekutu keamanan utama Israel dan para analis mengatakan, Israel akan menghadapi tekanan yang meningkat untuk bersekutu dengan Barat melawan Moskwa.
Tetapi, Israel juga memiliki hubungan keamanan yang penting dengan Rusia, terutama mengingat kehadiran pasukan Moskwa di Suriah.
Baca juga: Perwira Militer Israel Tewas Ditembak Rekannya Sendiri Ketika Sedang Lakukan Patroli
Baca juga: Ribuan Warga Sipil Ukraina Daftarkan Diri Jadi Tentara Untuk Perangi Tentara Rusia
Para pejabat Israel mengatakan, mereka telah berkoordinasi erat dengan Rusia saat melakukan serangan udara terhadap "target Iran" di dalam wilayah Suriah.
Lapid mengatakan, Israel siap untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada warga Ukraina.
Sebelumnya, sejumlah negara di Eropa tengah pada Kamis mengutuk Rusia karena menyerang Ukraina.
Selain itu, negara-negara sekutu NATO yang berbatasan dengan Ukraina, kecuali Republik Ceko dan Bulgaria, memulai persiapan untuk menerima kemungkinan ratusan ribu orang yang melarikan diri dari Ukraina.
BEDA Sikap
Sikap Israel yang mencoba menjadi juru damai bagi konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina langsung menjadi sorotan.
Salah satu penyebabnya adalah sikap Israel yang masih menekan Palestina.
Berdasarkan catatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) hingga Kamis (3/3/2022), sudah ada 227 warga sipil yang tewas, sementara 525 lainnya terluka akibat konflik Rusia dan Ukraina ini.
Sementara Layanan Darurat Negara Ukraina telah menyajikan angka yang jauh lebih tinggi.
Mereka menyebut lebih dari 2.000 warga sipil telah tewas dalam konflik tersebut.
Merespons invansi itu, satu per satu negara-negara di dunia menjatuhkan beragam sanksi kepada Rusia.
Amerika Serikat misalnya, memberlakukan pembatasan pada dua bank terbesar Rusia dan hampir 90 anak perusahaan lembaga keuangannya di dunia.
AS bersama sekutu utamanya juga memblokir akses bank-bank Rusia tertentu ke SWIFT dan menargetkan hampir 80 persen dari semua aset perbankan di Rusia.
Sementara itu, Uni Eropa sepakat untuk menutup wilayah udara bagi maskapai Rusia dan melarang beberapa media pro-Kremlin.
Baca juga: Israel Bubarkan Salat Jumat Pakai Granat, Jemaah Tersungkur Ditendang Pasukan Zionis
Baca juga: Waspadai Aplikasi Buatan Israel Ini, Data Ponsel atau Laptop Bisa Raib Seketika
Sikap banyak negara yang memberikan sanksi atas Rusia ini membuat beberapa pihak membandingkannya dengan konflik Palestina-Israel.
Sebab, dunia dianggap diam dan menutup mata atas kekerasan yang dilakukan Israel kepada warga Palestina.
Lantas, mengapa dunia merespons dua konflik tersebut secara berbeda?
Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana mengatakan, perbedaan sikap ini bergantung pada Amerika Serikat (AS).
Apabila AS menghakimi serangan itu sebagai sesuatu yang salah, maka banyak negara akan memberi sikap serupa.
"Dalam konteks seperti ini, yang berlaku adalah siapa yang kuat dialah yang menang atau hukum rimba. Sehingga kalau AS mengatakan ini salah, jadi semua mengekor" kata Hikmahanto kepada Kompas.com, Sabtu (5/3/2022).
Karena itu, ia menyebut Indonesia tidak boleh bersikap demikian, yaitu menghakimi benar atau salahnya sebuah serangan.
Baca juga: Operasi Militer Khusus Rusia Hantam Ukraina, Volodymyr Zelensky Minta Warganya Melawan
Baca juga: Negaranya Diserang Rusia, Presiden Ukraina Tolak Tawaran AS untuk Mengungsi
Akan tetapi, Indonesia harus meminta penghentian serangan dalam bentuk dan dalih apa pun.
"Karena dalam Pasal 2 Paragraf 3 dari Piagam PBB mengatakan bahwa kalau ada perbedaan antar-bendera, maka harus diselesaikan secara damai," jelas dia.
Sementara dalam konteks Palestina-Israel, Hikmanto mengatakan bahwa AS menganggap serangan Israel sebagai aksi bela diri.
Menurutnya, AS berdalih bahwa tindakan Israel berdasarkan Pasal 51 Piagam PBB.
"Padahal Rusia mengatakan pakai Pasal 51 Piagam PBB juga untuk invasi Ukraina. Tapi AS bilang tidak boleh. Jadi kan jelas, yang menentukan AS dong," imbuhnya.(TribunBatam.id) (Kontan.co.id) (Kompas.com/Danur Lambang Pristiandaru/Ahmad Naufal Dzulfaroh)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google
Berita Tentang Rusia
Sumber: Kontan.co.id, Kompas.com