Mengenal Pasukan X, Komando Rahasia Yahudi, Pahlawan Tak Terlihat Perang Dunia II

Orang-orang Yahudi yang tak terhitung jumlahnya ternyata mengambil peran pada Pedang Dunia II (PD II), dengan bergabung ke militer Amerika dan Inggris

LA Times
Ilustrasi - Mengenal Pasukan X, Komando Rahasia Yahudi, Pahlawan Tak Terlihat Perang Dunia II 

Dengan pelatihan itu, orang-orang yang sebelumnya dihina sebagai pengungsi tanpa kewarganegaraan, setelahnya muncul sebagai pasukan komando yang keras.

Merekalah yang akan terus memainkan peran penting dalam kekalahan Nazi.

Kisah yang terungkap

Sebelum perang, George Lane (nama lahir Lanyi Gyorgi), dijuluki "Pria Hongaria" karena telah menjadi pengganti tim polo air Olimpiade Hongaria.

Sebagai X Trooper, dia dikirim dalam misi rahasia ke Perancis pada pekan -pekan sebelum D-Day.

Di sana, dia mengumpulkan intelijen yang memungkinkan kepemimpinan sekutu melanjutkan pendaratan sesuai rencana.

Baca juga: Trah Yahudi Dikenal Cerdas, Apa Sebenarnya yang Diajarkan Sekolah di Israel?

Lane tertangkap pada misi berikutnya dan diinterogasi oleh Field Marshal Rommel, yang tidak pernah menduga bahwa tentara Inggris ini sebenarnya adalah seorang Yahudi dari Budapest.

Salah satu rekan X Troopers Lane adalah Ian Harris (Hans Ludwig Hajos), seorang Yahudi Jerman yang diasingkan.

Dia pernah seorang diri menangkap seluruh resimen Jerman hanya dengan "Tommy Gun".

Dia senang melawan Nazi dan menerima Medali Militer Angkatan Darat Inggris, karena membunuh sejumlah SS Pemuda Hitler yang fanatik selama penyeberangan Rhine.

Peter Masters (Peter Arany) adalah seorang anak laki-laki artistik dari Wina.

Dia terpilih untuk mendarat di D-Day sebagai bagian dari 'Pasukan Sepeda'.

Setelah "digunakan" untuk menarik keluar sarang senapan mesin Jerman, Masters adalah salah satu tentara Sekutu pertama yang berhasil mencapai Jembatan Pegasus, tujuan utama dalam kampanye awal Normandia.

Tapi mungkin salah satu yang paling luar biasa dari semuanya adalah kisah Manfred Gans, seorang Yahudi ortodoks dari Borken, Jerman.

Gans berada di garis depan pendaratan D-Day.

Dia membunuh, menangkap serta menginterogasi Nazi yang tak terhitung jumlahnya.

Dia juga merebut pertahanan pantai Jerman yang penting.

Gans memiliki banyak luka yang mengancam nyawa di Normandia, namun berhasil bertahan hidup.

Seperti dilansir dari kompas.com, dia bertempur di Jerman, Belgia dan Belanda.

Baca juga: Inilah Sejarah Yahudi Identik dengan Israel hingga 12 Suku Keturunan Abraham

Pada hari-hari memudarnya perang, ia memimpin sebuah jip dan melaju menerobos "neraka apokaliptik" Nazi Jerman di kamp konsentrasi Theresienstadt.

Di sini dia berhasil menyelamatkan orangtuanya sendiri.

Rahasia yang terkubur

Itu hanyalah beberapa dari kisah luar biasa dari pasukan komando rahasia X Troop.

Banyak lagi yang tidak akan pernah diketahui, karena dari delapan puluh tujuh orang yang berhasil dalam tugas, lebih dari setengahnya terbunuh, terluka atau menghilang tanpa jejak.

Namun bahkan dengan tingkat eksploitasi yang luar biasa kepada pasukan ini, diketahui hingga kini mereka belum mendapatkan haknya.

Setelah perang, sebagian besar Pasukan X yang masih hidup mempertahankan "nom de guerre" (nama samaran).

Banyak yang tidak memberi tahu anak-anaknya tentang akar Yahudi mereka, atau membocorkan bahwa mereka telah kehilangan keluarga mereka dalam Holocaust.

Alasan keheningan ini beragam, dan menyoroti konflik status dari banyak Pasukan X.

Masalahnya, mereka mengangkat senjata untuk Inggris, tetapi tidak dinaturalisasi sampai bertahun-tahun setelah perang.

Mereka sebagian besar berasal dari latar belakang sekuler dan banyak yang memiliki satu orangtua non-Yahudi.

Beberapa orangtua mereka mengubah anak-anak mereka menjadi Kristen, untuk mencoba dan menjaga mereka tetap aman selama kebangkitan Nazisme.

Ada juga alasan lain yang sama tragisnya, terkait mengapa banyak veteran X Troop enggan mengungkapkan identitas mereka kepada publik.

Baca juga: Begini Kisah Wanita Arab Ini Menerima Donor Ginjal dari Pria Yahudi

Banyak pasukan komando bergulat dengan rasa tidak aman yang mendalam tentang apakah mereka bisa menjadi orang Inggris dan Yahudi.

Mereka merasakan tekanan untuk menjadi lebih Inggris daripada Inggris asli.

Ada juga yang dimotivasi oleh rasa takut akan antisemitisme yang masih ada di masyarakat Inggris.

.

.

.

(*/ TRRIBUNBATAM.id)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved