Nizar Buktikan Mimpinya Jadi Kenyataan, Dari Anak Guru Ngaji Kini Bupati Lingga

Nizar kecil pernah bermimpi jadi orang besar. Mimpi itupula yang mengantarkan anak nelayan dan guru ngaji di Desa Kelombok ini menjadi Bupati Lingga

Penulis: Febriyuanda | Editor: Dewi Haryati
tribunbatam.id/Febriyuanda
Wawancara eksklusif Manajer Digital Tribun Batam, Agus Tri Harsanto dengan Bupati Lingga, Muhammad Nizar baru-baru ini di Museum Linggam Cahaya, Daik, Kabupaten Lingga. 

Nah jauh sebelum sampai posisi hari ini, memang orangtua hanya sebagai nelayan kemudian sebagai guru ngaji. Berangkat dari orangtua yang memang hari itu berharap kepada anaknya, pendidikan lah yang salah satu harus ditanamkan.

Makanya untuk di Desa Kelombok tempat kelahiran saya Kecamatan Lingga, untuk pendidikan menjadi pondasi awal agar meraih suatu cita-cita dan harapan itu.

Jadi tidak ada yang bisa merubah kecuali diri kita sendiri melalui pendidikan itu. Memang di kampung sendiri menjadi contoh untuk anak-anak yang lain agar dapat melakukan perubahan melalui pendidikan.

Baca juga: Bupati Lingga Muhammad Nizar Serahkan 10 Gerobak ke Pelaku Usaha Kuliner

Nah pada posisi sekarang ini, saya dari kecil sudah pernah bermimpi, tapi bukan bermimpi mengejar cita-cita, tapi pernah mimpi dalam tidur. Saya tak pernah cerita tentang mimpi ini.

TB: Jadi baru kali ini ingin diceritakan mimpi itu?

MN: Iya baru kali ini, biasanya cerita itu sama keluarga besar dan sahabat dekat saja. Jadi ini untuk memberikan motivasi saja. Niat kita memang harus ikhlas, tulus kemudian jangan jauh dari agama, bermohon dan bermunajat.

Jadi kelas 5 SD saya pernah mimpi dan orangtua sedang shalat tahajud malam, memang rutinitasnya seperti itu dan saat itu saya tidur di sebelah Almarhum bapak saya.
Kurang lebih pukul 01.30 WIB, saya terbangun dan sadar orangtua sedang salat tahajud, itu saya sedang terbangun dari mimpi.

Pagi baru diceritakan setelah salat subuh berjemaah di masjid Kelombok.

Jadi saya bertanya ke bapak saya yang panggilan biasanya 'wak'.

Saya ceritakan ke almarhum kalau saya mimpi naik ke matahari, dalam mimpi itu jarak kurang lebih 1 meter, di situ ada pohon yang rindang dan saya berada di bawah situ, di atasnya matahari, dan saya baring duduk, lihat sebelahnya ada satu perempuan.

Saat itu tak terasa panas sekali, teduh aja. Dan saya merasa nyaman sambil tertidur dan duduk lagi, itu cukup lama.

Jadi kata wak saya cakap "mudah-mudahan nanti akan jadi orang besar, jangan ceritakan mimpinya" itu maknanya dan pesannya.

Dan saya simpan pesan itu dan hari ini baru saya ceritakan karena sudah di posisi ini.

Bisa diceritakan, ini untuk motivasi saja, saya pun tak menyangka bisa jadi sarjana dan jadi seperi ini.

Satu-satunya keluarga nelayan yang tak punya pompong orangtua saya di kampung.

Sumber: Tribun Batam
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved