Nizar Buktikan Mimpinya Jadi Kenyataan, Dari Anak Guru Ngaji Kini Bupati Lingga
Nizar kecil pernah bermimpi jadi orang besar. Mimpi itupula yang mengantarkan anak nelayan dan guru ngaji di Desa Kelombok ini menjadi Bupati Lingga
Penulis: Febriyuanda | Editor: Dewi Haryati
Cuma sampan aja, orang lain itu sudah ada, cuma keluarga saya yang tidak ada.
TB: Waktu kecil itu bagaimana pola belajarnya, ada jam-jam tertentu untuk belajar?
MN: Kalau masalah belajar masuk pagi pulang siang, tapi yang namanya ngaji, belajar agama setelah pulang sekolah atau selesai Salat Zuhur itu langsung belajar di rumah. Rata-rata anak kampung belajar di rumah, karena orangtua ngajar ngaji atau ngajar agama.
Jadi saya kuliah D2, karena disuruh saya ngangguk saja. Keluarga semuanya kuliah D2, tidak ada yang S1 karena keterbatasan.
Jadi waktu di Pekanbaru, saya berdiskusi sama keluarga sama Pak Armia yang saat ini jadi Kepala Dinas Pendidikan.
Baca juga: Nizar Buka Turnamen Sepak Bola di Lingga, Ramadhan Sananta Ikut Hadir di Lapangan
Saya bilang mau ambil S1 jurusan Ilmu Politik. Sampai tiba di sana modalnya Rp 2 juta pada tahun 2001, itu pun dari jual cincin dari dua kakak saya, dari uang itulah yang dipakai selama kuliah.
Jadi untuk kehidupan selama kuliah, kerjalah yang halal. Dari tukang parkir, jaga sekolah, kerja bangunan, kemudian tebas kebun orang, semua itu pernah dijalani karena keinginan yang kuat.
Jadi untuk pembelajaran, kalau kita punya niat jalankan dengan ikhlas, tulus, dan jangan lupa berdoa bermohon kepada yang maha kuasa itu harus dibarengi.
TB: Waktu dilantik jadi Bupati, bapak masih ada?
MN: Beliau sudah meninggal, bahkan saya jadi anggota DPRD bapak sudah meninggal.
TB: Saat ini kita berada di Museum Linggam Cahaya, kalau boleh tahu ini, nama Lingga ini ada hubungannya dengan Gunung Daik ga sih sebenarnya?
MN: Lingga ini memang ada beberapa catatan yang menyampaikan bahwa Lingga itu ada histori cerita dengan Gunung Daik.
Ceritanya itu salah satu tertuang dalam buku yang berjudul Histori Notes on Indonesian and Malay.
Jadi cerita dalam buku itu menyampaikan bahwasanya kata Lingga itu berasal dari "Ling" yang berati naga dan "Ge" itu gigi, jadi Lingga Gigi Naga.
Kemudian ada pelancong dari Cina, mereka sampai di Daik pada saat itu melihat gunung seperti gigi Naga, kalau Cina bilangnya Lengge, ada juga yang nyampaikan seperti tanduk naga.
