Percepat Penurunan Stunting di Kepri Lewat Gerakan Cukup Dua Telur

Percepatan penurunan stunting di Kepri jadi perhatian. TribunBatam.id membahasnya bersama Kepala BKKBN Kepri dan anggota DPRD Kepri.

TribunBatam.id/Ronnye Lodo Laleng
STUNTING DI KEPRI - Manajer Produksi Tribun Batam Alfian Zainal, Nadia bersama dua narasumber yakni Kepala Perwakilan BKKBN Kepri Rohina dan Kakak asuh anak stunting Kepri sekalugus anggota DPRD Kepri, Sirajudin Nur saat Podcast Tribun Batam, Selasa (21/3/2023). 

BATAM, TRIBUNBATAM.id - Stunting di Kepri jadi perhatian serius sejumlah pihak, termasuk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan DPRD Kepri.

Tribun Network menjadi bagian dalam mengedukasi masyarakat khususnya terkait stunting di Kepri.

Kegiatan percepatan penurunan angka stunting dengan program Semesta Mencegah Stunting ini, diawali dengan Kick Off yang akan diselenggarakan di studio Kompas TV Jakarta pada Selasa, 21 Maret 2023, pukul 12.00 – 15.30 WIB.

Program #CukupDuaTelur tersebut dikampanyekan secara serentak di seluruh Indonesia.

TribunBatam.id termasuk bagian dari sosialisasi tersebut.

Khusus di Kota Batam, sosialisasi terkait pencegahan stunting di Kepri dilakukan dalam program Podcast Tribun Batam yang dipandu oleh Manajer Produksi Tribun Batam Alfian Zainal dan Nadia.

Dalam kesempatan ini, dua narasumber hadir yakni Kepala Perwakilan BKKBN Kepri, Rohina dan Kaka asuh anak stunting Kepri sekaligus anggota DPRD Kepri, Sirajudin Nur.

Seperti yang diketahui stunting di Kepri merupakan isu yang paling strategis.

Karena banyak penduduk Indonesia yang mengalami permasalahan stunting tersebut.

Baca juga: Cegah Stunting di Indonesia, BKKBN dan Tribun Network Kampanyekan CukupDuaTelur

Kami dari Tribun Network kemudian terpanggil untuk sama-sama menyuarakan masalah stunting, baik di Kepulauan Riau hingga Indonesia.

Berikut petikan wawancara yang membahas program stunting di Kepri itu:

Keterangan:

T: Tribun Batam
R: Rohina
S: Sirajudin Nur

T: Banyak orang yang belum mengetahui stunting ini. Apa yang dimaksud dengan stunting?

R: Stunting itu adalah proses gagal tumbuh dan kembang anak.

Seorang anak dikatakan stunting ketika mulai dalam rahim ibunya hingga bayi berumur dua tahun, atau lebih dikenal 1.000 hari dalam kehidupan.

Stunting sendiri adalah suatu sumber daya manusia yang tidak berkualitas.

Baca juga: Angka Stunting di Bintan Menurun Jadi 3,41 Persen di 2022, Ini Kata Kepala DP3KB

Foto bersama bahas stunting di Kepri
STUNTING DI KEPRI - Foto bersama (dari kiri) Pimpinan Perusahaan Tribun Batam, Nursomsi; Kakak Asuh Anak Stunting di Kepri, Sirajuddin Nur; Kepala Perwakilan BKKBN Kepri, Rohina dan Pimpinan Redaksi Tribun Batam, Musyafik dalam Tribun Batam podcast membahas stunting di Kepri, Selasa (21/3/2023).

Jangankan 50 persen, 30 persen saja anak yang terlahir stunting maka pada tahun 2035 Indonesia susah untuk berkembang.

Mengingat yang akan dibutuh Indonesia beberapa tahun yang akan datang adalah masyarakat yang sumber daya manusianya berkualitas.

T: Apabila setelah dua tahun, anak tersebut makan makanan bergizi, apakah itu tidak membantu?

R: Yang perlu kita perhatikan adalah bagaimana menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) anak yang berkualitas pada 1000 hari pertama kehidupan.

Masa itu disebutkan masa emas dimana 290 hari dalam kandungan dan 710 hari setelah lahir.

Ketika anak tersebut sudah melewati dua tahun, maka kita hanya memelihara kesehatan, karena otaknya sudah tidak berkembang lagi dan sudah terkunci.

T: Kalau di Kepri sendiri gimana perkembangan stunting tersebut?

R: Untuk di Kepri Alhamdulillah kita di nomor empat terendah di Indonesia. Pada tahun 2021 angkanya berada di 17, 2 persen.

Sementara di tahun 2022 setelah dilaksanakan SSGI lagi secara masif atas semua gerakan oleh Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau, pihak swasta dan masyarakat yang turut berkontribusi sehingga turun lagi diangka 15, 4 persen.

Baca juga: Gubernur Rapat Forkopimda di Lingga Bahas Stunting hingga Sembako Jelang Ramadan

T: Mengapa dengan telur saja bisa menyelamatkan anak dari stunting?

R: Karena di dalam telur mengandung protein yang tinggi.

Jadi telur atau ikan menurut hasil penelitian tenaga kesehatan serta beberapa instansi menyarankan lebih baik konsumsi telur.

T: Di Kepri ini pada umumnya suami istri adalah pekerja, anaknya kemudian dititipkan kepada orang lain apakah ini menjadi problem?

R: Di Kota Batam kemarin sudah kami lihat hasilnya di tahun 2022, ternyata anak di Batam pada saat lahir normal dan pertumbuhan dari nol sampai 10 bulan masih tergolong normal.

Namun setelah 11 bulan anak tersebut terkena stunting. Hal itu disebabkan karena pola asuh.

Jika diasumsikan di sini banyak perusahaan sehingga ibu-ibu yang merasa anaknya sudah mulai besar, mereka memutuskan untuk bekerja dan anak dititipkan kepada orang lain.

Artinya pengawasan tidak seperti biasa akhirnya terjadi stunting pada anak tersebut.

T: Bagaimana ciri-ciri anak terkena stunting?

R: Anak tersebut sering mengantuk, tidak pintar dan pertumbuhan terhambat serta fisiknya tidak normal.

Nah setelah tua orang stunting itu akan terserang penyakit diebet dan sakit jantung.

Sementara anak perempuan yang terlahir stunting 90 persen akan melahirkan anak yang stunting juga.

Untuk itu, kami dari BKKBN benar-benar menginginkan ada kerja sama dan kolaborasi dalam penanganan stunting baik secara langsung pemenuhan gizi, atau masalah kebersihan lingkungan.

T: Untuk Kepri di daerah mana yang paling banyak stunting?

R : Sejak tahun 2022 hingga saat ini stunting yang paling tinggi adalah di Kabupaten Lingga.

Terbaru yang kami lakukan dari 37 persen turun menjadi 15 persen.

Sementara yang naik yakni Kabupaten Natuna sebanyak 0,1 persen.

T: Ada berapa faktor terdapat stunting?

R: Ada empat faktor di antaranya, terlalu tua melahirkan anak, terlalu banyak, terlalu muda di bawah 20 tahun dan terlalu sering.

T: Apa fenomena yang Abang lihat soal stunting di Kepri?

S: Saya tertarik membicarakan tentang stunting, karena menyangkut anak-anak Indonesia.

Persoalan stunting ini berputar pada dua urusan yang paling fundamental yaitu kualitas SDM dan kemampuan ekonomi.

Rasanya sulit kita tuntaskan stunting jika kita hanya berpihak terhadap kasus-kasus yang sudah terjadi.

Baca juga: Angka Stunting di Lingga Turun Hampir 50 Persen, Bupati Nizar Apresiasi TPPS

Untuk itu saya setuju dengan program ini dimana mencegah itu lebih baik daripada mengobati.

Penyelesaian stunting tidak bisa hanya dengan segolan-selogan saja.

Tapi sesungguhnya Pemerintah sendiri berkontribusi atas angka stunting ini.

Sebagai salah satu anggota DPRD saya harus bicara jujur.

Saya tidak mau ikut-ikutan memberikan kabar gembira namun.

Namun saya ingin mengkritik pemerintah Kepri dalam menangani SDM dan peningkatan ekonomi masyarakat.

Kedua ini membuat masyarakat bisa tahu informasi dan bisa hidup sehat mandiri.

Pemerintah yang kita harapkan untuk membuat masyarakat lebih cerdas, namun tidak dilakukan oleh pemerintah saat ini.

Saya mau bilang bahwa kita semua bertanggungjawab terhadap stunting.

Baca juga: Angka Stunting di Karimun Tahun 2022 Terendah se Kepri, Turun Jadi 13,3 Persen

Karena apapun yang terjadi di negara kita adalah kebijakan dari hasil politik.

Untuk itu kita jangan cuci tangan, namun harus ikut membangun.

Bagi pemerintah ketika ingin mengeluarkan aturan harus sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh rakyat.

T: Kalau di DPRD sendiri, seberapa besar isu stunting ini?

S: Cukup besar dan penting. Kami sering cari solusi dan beri edukasi kepada masyarakat.

Saya sudah 58 hari melakukan sosialisasi penyuluhan kesehatan, 37 kali di sekolah dan 21 kali di masyarakat.

Itu semua berbicara mengenai edukasi.

Untuk membantu anak yang mengalami stunting Tribun Network mengajak Tribunners untuk berbagai dan menjadi kakak asuh.

Silahkan bergabung dan bisa menyumbang telur dua butir dalam satu hari, untuk membantu anak penderita stunting di Kepri.

Progam ini kami lakukan selama enam bulan ke depan.

Tidak mesti uang namun sumbangan dalam bentuk telur juga akan diterima.(TRIBUNBATAM.id/Ronnye Lodo Laleng)

Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved