FEATURE
Kisah Hidup Alang Warga di Bintan, Teruskan Usaha Suami Jahit Bendera Sendiri
Warga di Bintan tetap semangat meneruskan usaha suaminya menjual bendera yang dijahit sendiri meski usianya tak lagi muda. Berikut kisahnya.
Penulis: ronnye lodo laleng | Editor: Septyan Mulia Rohman
Saat itu, ia tidak berhenti menjahit, Alang pun tetap sibuk dengan jahitannya, salah satunya adalah bendera merah putih dengan ukuran 100x70 cm.
Kini ia tidak terlalu banyak berharap, dirinya menjahit bendera ini, sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Termasuk meneruskan warisan usaha jahit bendera yang dirintis Young Chi Bu suaminya.
"Saya ingin terusin usaha suami saya. Suami meninggal kurang lebih 5 tahun lalu. Dari jualan bendera, saya gunakan untuk beli kebutuhan sehari-hari,” tutur wanita tua itu.
Sementara ketiga anaknya, sudah mampu menghidupi diri mereka masing-masing.
Alang kini punya pelanggan tetap, mulai dari warga Bintan, Kota Tanjungpinang, termasuk pemilik kapal yang ada di Provinsi Kepulauan Riau.
Baca juga: Hafizha Rahmadhani Kagum Kemampuan Siswa SD di Bintan
Menjelang 17 Agustus setiap tahunnya, banyak warga yang datang beli bendera merah putih.
Sampai dirinya tak bisa penuhi permintaan dari konsumen, karena hanya dia yang menjahit bendera.
Setiap bendera, ia jual dengan harga bervariasi.
Ukuran 100 x 70 cm dia jual dengan harga Rp 50 ribu per bendera.
Sementara ukuran 50x36 cm seharga Rp 25 tibu.
Serta ukuran 56x36 cm Rp 10 ribu.
Ukuran kecil 24x16 cm dijual Rp 5 ribu per bendera.
Lalu ukuran 35x23 cm seharga Rp 7 ribu.
"Hari biasa tidak banyak yang beli, namun di bulan Agustus, orang-orang pada datang beli dari berbagai tempat, kadang dari Batam juga ada," ucapnya.
Untuk menjaga pelanggan, soal kualitas bendera ia paling utamakan, termasuk hasil jahitan Alang sangat bagus, dan rapi jika dibandingkan dengan bendera yang ada di lokasi lain di Tanjungpinang dan Bintan.
"Meski banyak yang jual namun kualitasnya berbeda dengan kain saya," katanya.
Alang mengakui, profesi ini tetap ia lakoni hingga tidak bisa bekerja lagi.
"Saya tetap menjahit, dan tetap ingin mencari rejeki menjadi penjual bendera merah putih. Ini adalah cara saya untuk cari uang sejauh ini. Dan belum tahu sampai kapan saya harus berhenti total," ujar Alang, mengakhiri obrolan.(TRIBUNBATAM.id/Ronnye Lodo Laleng)
Di Tengah Tren Kekinian, Griya Jamu Batam Rintisan Ayna Bertahan dengan Ramuan Tradisional |
![]() |
---|
Kampung Tua Bakau Serip, Nasib Si Sabuk Hijau di Ujung Nongsa yang Sunyi |
![]() |
---|
Cerita Petugas Damkar Bintan, Disambut Warga Bak Pahlawan Setelah Respons Cepat Kebakaran |
![]() |
---|
Sekolah di Anambas Raup Cuan dari Pisang Usai Sulap Lahan Kosong Jadi Kebun Produktif |
![]() |
---|
Sosok Idrus M Tahar, Sastrawan yang Kini Diabadikan Jadi Nama Perpustakaan Natuna |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.