LINGGA TERKINI
Tradisi Warga Lingga, Makan Bersama hingga Mandi Safar saat Rabu Terakhir Safar
Warga Lingga jalankan tradisi makan bersama hingga mandi safar, Rabu (13/9) ini pada Rabu terakhir bulan Safar
Penulis: Febriyuanda | Editor: Dewi Haryati
LINGGA, TRIBUNBATAM.id - Tradisi masyarakat Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) saat ini masih dilestarikan.
Satu di antaranya, tradisi makan bersama pada Rabu terakhir bulan Safar.
Pada tahun ini, warga di perkampungan Lingga menyantap hidangan sebagai ucapan syukur karena telah melewati bulan Safar.
Warga percaya, bulan Safar merupakan bulan nahas atau banyak timbul berbagai bala.
Maka dari itu, setelah melewati bulan safar dengan sehat dan ibadah yang cukup, masyarakat menutupnya dengan doa dan makan bersama.
Menariknya, kebanyakan hidangan merupakan ketupat, seperti yang dijumpai pada waktu lebaran.
Hal itu terlihat dari pantauan TribunBatam.id, salah satunya di Desa Sungai Buluh, Kecamatan Singkep Barat, Rabu (13/9/2023) pagi.
Baca juga: Pemkab Lingga Gelar Tradisi Mandi Safar, Jadi Upaya Lestarikan Adat Budaya Melayu
Warga desa ini tinggal di beberapa kampung, sehingga perayaan tradisi ini dilakukan di beberapa masjid atau surau terdekat sekira pukul 06.45 WIB.
"Harapan kita tentu dipanjangkan umur, diberi kesehatan dan juga kebaikan," kata salah satu tokoh agama, Sulaiman saat memimpin doa.
Hidangan yang dibuat pun dimakan bersama pada talam hidangan yang ditutup tudung saji pandan.
Warga tampak menikmati makanan tersebut, sebelum mereka memulai aktivitas bekerja maupun sekolah bagi pelajar.
"Alhamdulillah mantap, pagi ini ada hidangan ketupat, nasi lemak (uduk-red) dan lain-lain. Lauknya pun macam-macam, ayam, udang," tutur seorang warga Dhanang.
Diketahui pada Rabu pertama bulan Safar, mereka terlebih dulu memanjatkan doa menolak bala, agar dijauhkan dari segala mara bahaya.
Baca juga: TRADISI Turun Temurun di Lingga, Makan Ketupat Bareng saat Rabu Terakhir Bulan Safar
Hingga di Rabu terakhir bulan Safar, warga kembali memanjatkan doa sebagai ungkapan syukur karena telah diberikan keselamatan dalam bulan syukur.
Sebagian wilayah lain di Kabupaten Lingga, khususnya di Daik, ditambah adanya mandi safar setelah makan bersama.
Pemerhati Sejarah dan Budaya Lingga, Lazuardi mengatakan, bahwa tradisi mandi Safar ini sudah dilaksanakan turun temurun oleh masyarakat di Kabupaten Lingga.
Hal itu juga sudah bermula sejak zaman terakhir Sultan Riau-Lingga, yakni Sultan Abdulrahman Muazamsyah.
Ia pun mengatakan, tradisi itu masih melekat hingga zaman sekarang oleh masyarakat Lingga dan terus dikembangkan oleh Dinas Kebudayaan Lingga.
"Mandi Safar itu dilakukan pada hari Rabu minggu ke empat atau minggu terakhir bulan Safar," tutur Lazuardi.
Saat ini, kegiatan mandi safar sudah menjadi agenda kegiatan yang dilaksanakan di Dinas Kebudayaan (Disbud) Lingga. (TribunBatam.id/Febriyuanda)
Pembina Posyandu Lingga Mantapkan Penerapan Enam Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan |
![]() |
---|
Diskominfo Lingga Gelar Evaluasi Kinerja Bidang IKP, Kadis Tekankan Profesionalisme Kerja |
![]() |
---|
Ketua Dekranasda Lingga Apresiasi Olahan Sabut Kelapa di Resang Jadi Produk Bernilai Ekonomi |
![]() |
---|
Pj Kades Persiapan di Lingga Ini Keluhkan Anggaran Tak Cair, Kades Induk Ungkap Alasannya |
![]() |
---|
Api Unggun dan Pentas Seni Hangatkan Malam Kemah Pramuka di SMAN 1 Bakung Serumpun Lingga |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.