KONFLIK DI REMPANG

Curhat Pilu Warga Rempang Batam, Tidur Malam Tak Nyenyak Sejak Investor Masuk

Satu tahun lebih warga Rempang khususnya warga Sembulang, Batam harus bergantian tugas jaga malam setiap hari sejak investor masuk ke kampung mereka.

TribunBatam.id/Pertanian Sitanggang
KONFLIK DI REMPANG - Warga Rempang, Kecamatan Galang, Kota Batam, Provinsi Kepri berkumpul di Sembulang Hulu setelah insiden penyerangan 8 warga terjadi bentrokan. Foto diambil beberapa waktu lalu. 

TRIBUNBATAM.id, BATAM - Sudah satu tahun lebih warga Rempang khususnya warga Sembulang, Kecamatan Galang, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) harus bergantian bertugas jaga malam setiap hari di kampung mereka, yang mereka sebut sebagai warisan nenek moyang sekaligus tanah adat bagi mereka.

Tepatnya setelah kabar rencana investasi bernama Rempang Eco City oleh PT Makmur Elok Graha (MEG) mengusik kampung mereka.

Hujan badai atau apapun itu bentuk cuacanya mereka seolah tidak peduli. 

Hampir setiap malam secara bergantian warga berjaga di pos yang mereka buat untuk berjaga dari investor yang katanya sudah mendapat alokasi aliss restu dari pemerintah.

Mereka berjaga di kampung agar rumah mereka dan juga kebun yang mereka miliki tidak dirusak oleh pengusaha.

Warga Rempang sudah lama tahu jika pengembang kawasan itu mendapat hak oleh pemerintah untuk menyiapkan lahan di Rempang yang direncanakan oleh pemerintah sebagai proyek Strategis Nasional yang dikenal dengan Rempang Eco-City.

Baca juga: Ketua DPRD Batam Tandatangani 6 Poin Mahasiswa Soal Konflik Rempang, Sempat Bersitegang

Warga berjaga di pos sepanjang malam sementara siang hari warga bekerja seperti biasa, baik berkebun, melaut mencari ikan dan lain sebagainya.

Saat siang hari, warga yang tinggal di kampung terus mendapat intimidasi yang berkedok sosialisasi investasi di pulau Rempang.

Warga diminta untuk menyerahkan tanah dan rumah mereka.

Mereka diminta untuk pindah ke tempat yang sudah disediakan oleh pemerintah.

Meski warga menolak, namun pengusaha dan juga pemerintah setempat terus datang menemui warga agar rela pindah dari kampung mereka dengan alasan investasi.

"Kami ditakut-takuti, kami juga dibilang akan dipenjara," ungkap Mia, seorang warga Sembulang kepada Tribun Batam.

Baca juga: Tangis Mahasiswi Warga Rempang Pecah: Kami Hidup di Bawah Tekanan

Bahkan setiap hari tidak ada hentinya pihak perusahaan dan juga pemerintah terus datang melakukan intimidasi berkedok sosialisasi.

Mia mengaku meski mereka sudah terus melakukan penolakan namun terus saja datang ke komplek mereka.

Yang paling sedihnya dirasakan warga dimana tanah kebun mereka dipatok oleh orang yang mengatakan sebagai pemilik lahan yang sudah mendapat alokasi dari pemerintah.

Halaman
12
Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved