DEMAM BERDARAH DI NATUNA
KLB DBD di Midai Natuna, Kasus Baru Tak Ada, Namun Alat Kesehatan Masih Jadi Kendala
Kejadian Luar Biasa DBD di Midai Natuna, Dinkes sebut kasus mulai turun meski harus merujuk pasien ke RSUD Natuna akibat keterbatasan alat kesehatan
Penulis: Birri Fikrudin | Editor: Dewi Haryati
NATUNA, TRIBUNBATAM.id - Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Natuna, Hikmat Aliansyah, memberikan keterangan terkini mengenai penanganan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Midai.
Dari awal Februari 2025 hingga hari ini, tercatat 19 kasus DBD di wilayah tersebut, dengan 16 pasien sempat dirujuk ke RSUD Natuna. Dua pasien di antaranya masih dirawat, sementara sisanya telah pulih, dan satu orang meninggal dunia pada awal bulan ini.
Kondisi darurat itu memaksa penetapan status Kejadian Luar Biasa (KLB) di Kecamatan Midai oleh Bupati Natuna pada Jumat (14/2/2025) lalu.
Hikmat menyebut, salah satu tantangan utama dalam penanganan kasus DBD adalah ketiadaan alat hematologi analyzer di Puskesmas Midai, yang vital untuk pemeriksaan trombosit dan hematokrit.
Baca juga: Cegah Penularan DBD, Disdik Natuna Tetapkan Siswa di Midai BDR hingga Akhir Februari 2025
Alat itu diperlukan guna memastikan diagnosis dan mencegah komplikasi akibat perdarahan DBD.
"Ketiadaan alat ini membuat Puskesmas Midai harus merujuk pasien ke RSUD Natuna sebagai langkah antisipasi agar tidak terjadi komplikasi yang lebih berat. Sebenarnya, alat ini penting dimiliki oleh puskesmas, tidak hanya untuk DBD, tetapi juga pemeriksaan laboratorium rutin lainnya," ujar Hikmat kepada Tribunbatam.id, Kamis (20/2/2025).
Menurutnya, usulan pengadaan hematologi analyzer sudah diajukan pihaknya ke Kementerian Kesehatan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) pada 2024 lalu.
Namun, hingga kini alat tersebut belum tersedia di Puskesmas Midai.
"Pengadaan alat kesehatan sekarang langsung diajukan kepada Kemenkes sesuai kebutuhan," tambahnya.
Untuk menekan kasus DBD di Midai, Dinas Kesehatan telah melakukan berbagai langkah pengendalian, termasuk fogging di lokasi yang menjadi sarang nyamuk.
Fogging dilakukan dua kali dalam selang waktu satu pekan untuk memastikan nyamuk dewasa, dan larvanya dapat dibasmi sesuai siklus hidup nyamuk.
"Selain itu, pemberian Abate di rumah warga dan dibagikan kepada masyarakat juga telah dilakukan, diiringi dengan kampanye Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)," ucap Hikmat.
Langkah-langkah tersebut dinilai efektif karena kini kasus DBD di Midai sudah mulai menurun, dan tidak ada laporan kasus baru dalam beberapa hari terakhir.
Menurutnya, jika tidak ditemukan kasus baru dalam waktu dua pekan, status KLB di Midai akan dicabut.
Lebih lanjut, Meski Puskesmas Midai harus merujuk pasien ke RSUD Natuna, akses transportasi tidak menjadi kendala.
Baca juga: Kasus DBD Meningkat, Pemkab Natuna segera Tetapkan Status KLB di Kecamatan Midai
Puskesmas telah dilengkapi dengan Puskesmas Keliling Perairan (Puskel) yang biayanya ditanggung oleh Pemerintah Daerah, selain itu, transportasi kapal penumpang juga berjalan lancar.
"Sejauh ini, proses rujukan berjalan baik, dan semua pasien mendapatkan penanganan yang dibutuhkan. Dan kami harap tren penurunan kasus ini bisa berlanjut hingga status KLB di abut," tutup Kepala Dinas Kesehatan itu. (TRIBUNBATAM.id/Birri Fikrudin)
Baca berita Tribunbatam.id lainnya di Google News
Cegah Penularan DBD, Disdik Natuna Tetapkan Siswa di Midai BDR hingga Akhir Februari 2025 |
![]() |
---|
DBD di Midai Natuna Meningkat, 2 Orang Meninggal, Dinkes Galakkan Fogging dan 3M |
![]() |
---|
DBD di Midai Natuna Kepri Makan Korban, sudah Dua Anak Meninggal Dunia Tahun Ini |
![]() |
---|
Dinkes Natuna Ungkap 3 Kasus DBD di Awal Tahun 2025, Ingatkan Bahaya Demam Berdarah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.