TRIBUNBATAM.ID, SAN FRANCISCO - Ketika Tracy Goh pindah dari Malaysia ke San Francisco pada tahun 2012, ia tidak mengenal siapa pun di kota tersebut.
Sebagai warga baru, ia mencoba mengundang warga di flatnya makan malam untuk mencari teman di lingkungan tempat tinggalnya yang baru itu.
Tapi apa yang dimulai sebagai pertemuan sosial kecil itu, dari awalnya beberapa orang, segera tumbuh menjadi acara dengan 20 hingga 60 orang.
Ternyata, makanan khas Melayu yang dihidangkannya, laksa, mulai mendapatkan penggemar dan menjadi buah-bibir sehingga ia kembali memasaknya.
• Kulit Bakau Jadi Bahan Kertas Kualitas Tinggi, Segini Harga Kulit Bakau Per Kg di Karimun
• VIRAL Warga Palestina Turut Rayakan HUT RI di Gaza, Ungkap Hal Mengharukan DIbaliknya
• Ribuan Pasukan Payung Kembali Padati Victoria Park Hong Kong. Polisi Hindari Bentrok
Melihat bahwa ini sebuah peluang, Goh segera memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya sebagai seorang marketing di sebuah perusahaan dan mulai memasak penuh waktu.
Pada tahun 2017 dan 2018, ia melayani lebih dari 1.000 mangkuk laksa di restoran sewaan di sekitar tempat ia tinggal, seperti dilansir TribunBatam.id dari South China Morning Post.
Laksa, mi dengan kuah atau kari yang cukup pedas buatan Tracy Goh mulai menjadi pembicaraan di San Francisco.
"Idenya adalah untuk mendorong sebanyak mungkin orang untuk mencobanya," kata wanita 37 tahun ini. "Saya selalu ingin mendapatkan berita tentang laksa di luar sana, membuat orang berbicara dan belajar lebih banyak tentang hal itu."
Bola Nasi Kanematsu
Kisah yang sama juga dialami oleh Ken Kanematsu di kawasan industri digital AS yang terkenal dengan Silicon Valley itu.
Setelah pindah dari Tokyo ke San Francisco pada tahun 2006, ia tidak dapat menemukan makanan favoritnya, onigiri (bola nasi), makanan ringan yang ditemukan di setiap toko serba ada di Jepang.
“Ketika saya datang ke AS, saya sangat terkejut dan bersemangat tentang keragaman di sini,” kata Ken Kanematsu, “Tapi saya mengalami masalah dengan makanan.”
Kanematsu kemudian berhenti dari pekerjaannya sebagai pengembang aplikasi seluler untuk menjadi pengusaha makanan.
Dia mulai dengan menjual onigiri sebagai makanan jalanan yang kemudian berkembang dan saat ini telah memiliki beberapa restoran Jepang.
Pria 41 tahun itu mengatakan, "Saya ingin berkontribusi pada negara ini dengan menyebarkan makanan sehat, terjangkau, dan enak seperti onigiri di Jepang."
Boom teknologi di Silicon Valley telah mendorong masuknya imigran, terutama dari Asia, menciptakan peluang unik bagi pengusaha seperti Tracey Goh dan Kanematsu untuk memenuhi permintaan akan masakan Asia otentik di Bay Area.