HUMAN INTEREST

Kisah Rasidi Asal Kiabu Anambas, Puluhan Tahun Melaut Hasil Tangkapan Tak Cukup untuk Biaya Hidup

Editor: Dewi Haryati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Rasidi (61) nelayan asal Desa Kiabu, Kecamatan Siantan Selatan, Anambas. Ia ikut memperjuangkan keberlangsungan hidup nelayan setelah kapal cantrang masuk ke wilayah tangkapan ikan di Anambas

Jika menjual ikan ke penduduk, harga yang ditawarkan sangat murah sekali. Untuk per kantong ikan jenis selayang, bisa dijual seharga Rp 5 ribu, jumlah ikan dalam kantong sekitar 8 ekor.

Sementara jika dijual ke Tarempa, di pasar ikan, harga yang diperoleh sedikit lebih mahal. Ia bisa menjual ikan seharga Rp 15 ribu.

"Kalau ke warga, saya jual ikan tidak bisa mahal. Sebab mata pencaharian mereka juga nelayan. Kalau jual mahal nanti tidak ada yang beli," katanya.

Hasil tangkapan Rasidi tidaklah menentu setiap harinya. Kadang cukup, kadang tidak.

Rasidi biasanya pergi melaut seorang diri. Ia berangkat menggunakan kapal kayu miliknya yang mempunyai bobot 2 Gross Tonase (GT), dan hanya bisa membawa ikan dengan berat belasan kilo saja menggunakan fiber.

Selain Rasidi, lebih kurang ada 90an nelayan lainnya di daerah Kiabu yang menggantungkan hidupnya dari melaut.

"Harapan saya mudah-mudahan kapal cantrang itu disingkirkan, agar kami bisa melaut dengan tenang, hasil tangkapan ikan juga banyak tidak seperti sekarang ini makin berkurang. Itu saja keinginan saya," ujarnya.

(Tribunbatam.id/Rahma Tika)

Berita Terkini