AP : Permasalahannya mungkin karena kurangnya kesiapan untuk membuka hingga menjalankan bisnis coffee shop tersebut. Sama halnya di Sendari Kopi, awal-awal merintis juga susah karena belum tahu orang-orangnya atau pangsa pasar. Tapi seiring waktu dengan upaya kita menarik mereka akhirnya sekarang lancar-lancar saja.
Lebih khusus tantangannya mungkin segi inovasi dan kratifitasnya yang juga kurang menarik kalau tidak pas ya bisa jadi tutup.
Nah kalau pilihan lokasi gak terlalu signifikan sih pengaruhnya. Karena, waktu kita buka Rimbun di lokasi yang kurang strategis tetap ada pelanggannya juga, malah di saat pandemi pun masih juga ada.
Jadi balik lagi, ini tinggal bagaimana kita mencari pangsa pasar dan pelanggan tetap dan mempertahankannya lewat konsisten rasa.
TB : Apakah bisnis kopi ini akan tetap berkembang?
AP : Menurut saya tetap, karena kopi ini pengetahuannya sangat luas kayak ada kopi senggala rijin tuh beragam jadi di tiap daerah itu ada kopi senggala rijinnya.
Nah anak-anak muda sekarang sudah pasti tuh ingin belajar tentang kopi karena kayak kopi ini karakteristiknya itu banyak banget. Belajarnya itu dari segi rasa, cara penyajiannya, karena setiap kopi itu karakteristiknya berbeda-beda. Barista pun nyeduh kopi itu dengan bahan yang sama tapi pasti rasanya beda-beda. Jadi kopi ini menarik lah untuk dipelajari.
TB : Tren kopi gula aren itu kalau gak salah hits di tahun 2023 dan Sendari Kopi juga ada. Nah kalau sekarang tren kopi saat ini apa?
AP : Untuk saat ini di wilayah Batam yang paling tren itu ya es kopi susu. Jadi yang kayak saya jelasin tadi kopi single origin itu tidak terlalu karena belum banyak yang tahu.
Di Batam ini kan dulunya banyak pasaran kopi tiam gitu, sekarang kan sudah ada namanya kopi single origin cuma untuk di Batam belum terlalu hits.
TB : Ok Bar. Apa pendapat kamu melihat persaingan bisnis coffee shop yang saat ini sudah mulai menjamur?
AP : Pandangan saya justru bagus ya, semakin banyaknya coffee shop saat ini justru semakin mempermudah orang untuk mencari banyak pilihan baik segi tempat maupun rasa. Kalau dibilang persaingan kita gak menafikan itu, cuma kita optimis kok lewat rasa, karena kita percaya diri kalau racikan kopi kita lebih enak.
TB : Kami melihat dengan semakin menjamurnya bisnis coffee shop saat ini, modal awalnya sebenarnya ringan apa berat gak sih?
AP : Kalau untuk modal sih tergantung ya, lihat juga pilihan tempatnya dimana terus kayak nominal modalnya bisa di angka kisaran Rp 250 - 450 juta untuk satu coffee shop.
Tapi semakin ke sini anak-anak ada juga yang bisnis kopi model gerobak-gerobak gitu. Kalau itu bisa dibilang modalnya gak terlalu besar lah kisaran bisa Rp 10 - 15 juta sudah minuman kopi sama gerobaknya.
TB : Itu ada tipsnya juga gak sih bagi pemula yang ingin membuka bisnis kopi kekinian saat ini?
AP : Tips sederhananya itu satu kepala saja untuk satu tujuan. Maksudnya bagaimana cara kita dan partner atau teman-teman itu satu visi dan misi, kita buka coffee shop ini untuk apa, kalau berbeda-beda pendapatnya kan agak susah ya. Jadi pastikan lah, misal kita akan kembangkan untuk bangun coffee shop lagi ya capai target itu sama-sama.
TB : Ok. Balik lagi nih, kalau bisnis kopi kekinian ini modalnya cepat balik gak sih, atau nunggu berapa lama baru balik?
AP : Pasti cepat kembali, setahun saja udah balik kok modalnya. Itu umumnya yang modal Rp 200 jutaan tapi itu juga kalau pengunjungnya konsisten. (TRIBUNBATAM.id/Novenri Simanjuntak)
Baca berita Tribun Batam lainnya di Google News