BATAM, TRIBUNBATAM.id - Bagi Sewati Laia (49), tanah seluas 6,25 x 12 meter yang ia beli di kawasan Sei Binti, Sagulung, Kota Batam, bukan sekadar sebidang kaveling.
Itu adalah harapan rumah di masa tuanya, tempat berteduh bersama dua anaknya kelak.
Namun semua rencana itu kini tinggal sisa kuitansi, beberapa dokumen tanpa materai dan rasa kecewa.
Sudah lebih dari 2 tahun berlalu sejak Sewati menyerahkan uang Rp35 juta secara tunai ke kantor pemasaran kaveling yang berlokasi di Ruko Genta Plaza, Muka Kuning, Batuaji Kota Batam.
Baca juga: Cerita Sedih Ansel Habiskan Uang Tabungan Demi Beli Kaveling di Batam Ternyata Bodong
Saat itu, ia dilayani oleh seseorang yang dikenalnya sebagai Pak Ferri, admin dari perusahaan PT Eracipta Karya Sejati yang menawarkan kaveling siap bangun di Sei Binti.
"Waktu itu saya bayar lunas, tanggal 25 Februari 2023. Dikasih surat pembelian juga, jadi saya pikir resmi," ujar Sewati saat ditemui Tribun Batam di Kantor Lurah Sei Binti, Minggu (6/7/2025).
Wanita paruh baya yang kini tinggal di kawasan Dapur 12, Sagulung ini membeli kaveling dengan ukuran cukup besar.
Letaknya berdekatan dengan rawa, tetapi ia melihat lokasi tersebut cukup strategis dengan pemukiman di sekitarnya.
"Saat itu saya lihat lahannya memang rawa, tapi beberapa waktu lalu sudah mulai ditimbun tanah. Walaupun belum dipetak-petak, saya sempat senang," katanya, mengenang momen itu dengan mata berkaca-kaca.
Kaveling itu rencananya akan ia bangun secara bertahap. Namun lambat laun progres peralihan dari rawa ke kaveling tak kunjung tampak.
Baca juga: Puluhan Korban Kaveling Bodong di Batam Geruduk Kantor Lurah Sei Binti, Ini Harapan Mereka
"Sudah dua tahun sejak lunas, ya sekarang seperti tak ada progresnya. Untuk rumah saja belum dipetakan. Kan ada untuk kaveling hook, tapak ruko, dan tapak perumahan," lanjutnya.
Ibu dua anak ini membeli kaveling bukan untuk dijual kembali, namun sebagai tempat tinggal permanen.
Tempat ia ingin menghabiskan hari tua, atau paling tidak menjadi peninggalan sederhana untuk kedua anaknya.
"Namanya orang tua pasti pengen punya rumah kan. Ya nanti, kalau bukan untuk saya, ya nanti buat anak-anak. Anak saya 2, yang satu tahun ini masuk SMK, satunya lagi masih SMP kelas 8," ucapnya pelan.
Namun harapan itu mulai runtuh ketika tak ada perkembangan berarti di lahan.