Kisah Korban Bom Hotel JW Marriot Saat Bertemu Pelaku. Ingin Siram dengan Air Cuka, Tapi Tak Jadi

Saya caci maki, dia diam, malah menangis. Terus saya bilang 'Kenapa teroris bisa nangis?' Akhirnya saya terenyuh pada ketulusannya untuk hijrah

Tribunnews.com/Fitri Wulandari
Fifi, salah satu korban bom JW Marriot tahun 2003 menceritakan trauma dan kisah pahitnya setelah bom. 

Saat itu, Fifi mengaku ingin menyiram wajah Ali Fauzi dengan garam dan cuka agar Ali Fauzi bisa merasakan kepedihan yang dialaminya dan para korban bom lainnya.

Saat melihat bagaimana rupa Ali Fauzi, perempuan berhijab itu menangis.

Pendaftaran P3K Ditutup 17 Februari, Pemko Batam Belum Dapat Jawaban Dari Kemenpan

Emak-emak di Tanjungpinang Nekat Kejar Jambret, Terekam CCTV dan Videonya Langsung Viral

Tangisan itu terjadi pula dalam momen kali ini, saat ia bertemu dengan mantan teroris lainnya, Ali Imron, yang hadir dalam acara peluncuran buku karya Kepala BNPT itu.

Suaranya parau. Ia terlihat tidak bisa membendung air matanya yang jatuh saat mengenang peristiwa pertemuan tersebut.

Namun, itu menjadi titik pergolakan batinnya yang akhirnya membuatnya memutuskan bahwa dirinya harus ikhlas menerima apa yang telah ia alami.

Suhardi Alius

"Dan titik di mana saya merasa ikhlas itu saya bertemu dengan Ali Fauzi, mungkin (dia) tidak ada di sini. Pertama kali saya bertemu dengan Bang Ali (Fauzi) itu saya nangis. Saya ingin sekali melihat muka beliau dan saya kasih garam, saya kasih cuka, supaya dia merasakan bagaimana perihnya saya dan teman-teman," ujar Fifi.

Di hadapan Ali Fauzi, Fifi langsung melontarkan berbagai umpatan untuk melampiaskan kekesalannya kepada para teroris.

Namun, pertemuan itu juga membuatnya merasa bahwa dirinya harus mengikhlaskan apa yang telah terjadi.

Saat dirinya mencaci, Ali Fauzi hanya bisa menangis dan meminta maaf.

Ia dan para korban lainnya pun akhirnya memaafkan apa yang telah dilakukan Ali Fauzi.

Karena menurutnya, Ali Fauzi telah bertobat dan tulus mengakui kesalahan serta tidak akan mengulangi tindakan radikal tersebut.

"Pada saat itu saya caci maki, beliau (Ali Fauzi) diam, malah menangis. Terus saya bilang 'Kenapa teroris bisa nangis?' Akhirnya saya terenyuh pada ketulusan beliau untuk hijrah, untuk tobat. Saya dan teman-teman pun akhirnya bisa menerima," kenang Fifi.

Gagal Menikah

Perempuan berhijab itu mencoba menata kalimatnya dan intonasi suaranya di hadapan audiens yang hadir dalam peluncuran dan bedah buku tersebut.

Mengenakan maxi dress bewarna ungu dipadukan jilbab yang memiliki detail corak, perempuan tersebut menyampaikan, hal yang paling berat dalam hidupnya setelah bom itu merusak sebagian anggota tubuhnya.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved