Mengenal Sigajang Laleng Lipa, Tradisi Berdarah Pemuda Bugis Selesaikan Masalah, Tarung dalam Sarung
Lewat ritual yang ada di Sulawesi selatan ini, pemuda yang bermasalah akan saling tikam menggunakan badik.
Mengenal Sigajang Laleng Lipa, Tradisi Berdarah Pemuda Bugis Selesaikan Masalah, Tarung dalam Sarung
TRIBUNBATAM.id- Setiap individu pasti pernah memiliki masalah dengan orang lain. Ada banyak cara bagi masing-masing manusia untuk menyelesaikan persoalannya dengan orang lain.
Ada yang selesai dengan berdialog atau membicarakannya empat mata. Namun ada pula yang mungkin lebih suka mendiamkannya hingga masalah dianggap berakhir dengan sendirinya.
Namun, tidak demikian bagi pemuda Bugis.
Bagi mereka, jika suatu masalah tidak bisa diselesaikan dengan berbagai cara, maka mereka memutuskan untuk melakukan ritual atau tradisi Sigajang Laleng Lipa.
Lewat ritual yang ada di Sulawesi selatan ini, pemuda yang bermasalah akan saling tikam menggunakan badik.
Kedua pemuda yang bermasalah tersebut juga akan 'dikurung' dalam satu sarung yang sama.
• 6 Tradisi Ulang Tahun Unik di Berbagai Negara Dunia, Mulai dari Tarik Telinga Sampai Cukur Rambut
• Begini Tradisi Idul Adha di 7 Negara Dunia, Paskitan Beri Hari Libur 4 Hari
• Nora Alexandra Lakukan Tradisi Potong Gigi, Arti Upacara Agama yang Dilaksanakan Pacar Jerinx SID
• Tradisi Mudik Setiap Lebatran Idul Fitri Ternyata Sudah Dilakukan Sejak Zaman Majapahit
Badik sendiri adalah senjata tradisional yang merupakan warisan budaya Bugis.
Namun, menurut beberapa sumber ritual ini konon banyak terjadi di masa lalu.
Khususnya saat sebuah keluarga merasa harga dirinya terinjak, namun, kedua keluarga merasa benar, maka diselesaikan dengan ritual ini.
Awal kemunculannya, adalah pengaruh masyarakat Bugis yang menjunjung tinggi rasa malu, di mana mereka merasa malu ketika harga diri mereka terinjak-injak.
Bahkan mereka rela mempertaruhkan nyawa demi mempertahankan kehormatan mereka, akhirnya ritual ini tercipta.
Meski terkadang hasil akhir dari pertarungan ini adalah imbang, sama-sama meninggal, atau keduanya sama-sama hidup.
• Ramalan Zodiak Asmara Hari Senin 12 Agustus 2019, Scorpio Konflik Orang Ketiga, Leo Emosian
• Sederet Fakta Kasus Video Viral Pemuda Kencingi Bendera Merah Putih, Empat Orang Ditangkap Polisi
• Deretan Fakta Menarik Video Klip 100 Degrees Rich Brian, Ada Ojol hingga Lirik Bahasa Indonesia
• Guru Ikat Siswa SMA di Tanjungpinang lalu Lecehkan, Videonya Disebar
Seiring berjalannya waktu dan kemajuan pendidikan ritual ini mulai ditinggalkan oleh masyarakat Bugis.
• Makan Bawang Putih dan Madu Selama 7 Hari Saat Perut Kosong, Ini Khasiatnya
• Meronta Disembelih, Kambing Kabur ke Atas Atap & Sapi Tendang Pria Hingga Terkapar dan Tersungkur
Meski begitu, ritual ini tidak benar-benar ditinggalkan, melainkan dipentaskan kembali dalam sebuah panggung untuk menjaga kelestarian warisa budaya.
Pementasan ini dimulai dengan pementasan tari, dan ritual bakar diri para penari menggunakan obor.
Namun, para penari tetap tersenyum dan tidak tersengat kepanasan, setelah itu barulah kedua pementas beradu dalam sarung untuk melakukan Gajang Laleng Dipa.
Menurut kepercayaan, ritual ini memiliki makna tersendiri, di mana sarung diartikan sebagai simbol persatuan dan kebersamaan masyarakat Bugis.
Berada dalam sarung berarti menunjukkan, diri merek ada dalam satu tempat dan ikatan yang menyatukan, dalam kata lain ikatan kebersamaan antar manusia.
Meski terkesan brutal dan mengerikan, ritual ini merupakan tradisi dan ciri khas masyarakat Bugis.
• Download Lagu 100 Degrees Rich Brian, Lengkap Lirik Lagu dan Video Klip
• Kolesterol Naik Akibat Makan Daging Idul Adha? Inilah 10 Makanan untuk Menurunkan Kolesterolmu
Ketika perselisihan tak dapat dihindari karena sebuah perselisihan dan menjunjung harga diri yang harus ditegakkan.
Di saat itulah nyawa tak ada artinya, dan konflik berdarah harus dilakukan dalam ritual bernama Gajang Laleng Dipa.
Hal ini tak lain dan tak bukan adalah untuk menjunjung kemulian dan harga diri manusia. (Ade S)
*Artikel ini telah tayang di intisari online dengan judul, “Mengenal Sigajang Laleng Lipa, Tradisi 'Mematikan' Suku Bugis untuk Menyelesaikan Masalah”