Warga Batam Kekeringan, Air di Dam Tambesi Melimpah Ruah, Ada Solusi Tapi ATB Tak Bisa Berkerja

Masyarakat Kota Batam bingung menghadapi krisis air di Kota Batam. Sejauh ini, saat ditanyakan pemerintah terus berlindung dibalik faktor alam

Editor: Eko Setiawan
TRIBUNBATAM.ID/ISTIMEWA Dok ATB
Kondisi level air baku di waduk Duriangkang yang makin surut, saat ini lever air baku berada di level -3,06 meter dari permukaan bangunan pelimpah. 

Sementara bila air telah menyentuh level -5,0 meter, maka seluruh IPA Duriangkang dengan kapasitas 2.200 liter juga akan berhenti beroperasi. Pada akhirnya, akan ada 228.900 sambungan pelanggan yang tak akan mendapat pelayanan air bersih. Perlu diketahui, saat ini level air di waduk konsisten mengalami penurunan sebesar 2 cm.

“Mari sama-sama berharap agar pemerintah sebagai pemilik waduk memiliki langkah antisipatif jangka pendek dan jangka panjang. Jangan sampai Batam lumpuh karena tidak ada air,” tegas Maria.

Bencana Terburuk

Kondisi waduk Duriangkang saat ini merupakan yang terburuk sejak waduk tersebut beroperasi. Apalagi, setiap hari level air di waduk turun 2 cm. Batam semakin dekat dengan ancaman krisis air baku.

Batam sebenarnya pernah melewati krisis air. Tepatnya Saat El Nino menerpa Batam tahun 2015 silam. Saat itu, Waduk Nongsa mengalami penyusutan paling kritis dan disusul oleh Waduk Sei Harapan. El Nino memperpanjang masa kemarau tahunan yang terus dialami Kota Batam di awal tahun.

Namun krisis itu mampu dilewati dengan berbagai skema penggiliran. Dampak bisa diminimalisir, karena Waduk Duriangkang sebagai penyuplai air terbesar di Kota Batam masih bisa diandalkan untuk mengantisipasi hal terburuk.

Kini, waduk yang menjadi andalan kota Batam itu yang terancam tumbang. ATB telah memberikan masukan kepada pemerintah sejak tahun 2015, agar segera mengambil langkah antisipatif guna meminimalisir potensi krisis.

“Kami sudah melihat bahwa kita akan mengalami potensi krisis air sejak 5 tahun lalu. Kami juga telah memberikan masukan. Sayangnya, belum ada langkah strategis yang dilakukan untuk menjaga ketersediaan air baku,” jelas Maria.

ATB sendiri tidak memiliki kewenangan di waduk dan Daerah Tangkapan Air (DTA). Karena kedua wilayah tersebut adalah milik pemerintah.

Kendati demikian, ATB tak tinggal diam dan berpangku tangan. ATB secara rutin melakukan penanaman pohon di sekitar DTA melalui kegiatan tahunan bernama ATB Festival Hijau.

ATB bersinergi bersama pemerintah dan seluruh elemen masyarakat untuk menanam dan memelihara bibit pohon sebagai langkah konkrit untuk mengatasi persoalan deforestasi hutan serta memelihara catchment area (daerah resapan air).

ATB juga aktif memberikan edukasi kepada masyarakat melalui berbagai program. Tujuannya untuk menanamkan budaya bertoleransi dalam hal penggunaan air, dan dalam hal penggunaan air seperlunya. (*)

Artikel ini telah tayang di tribunbatam.id dengan judul Optimal Antisipasi Krisis Air di Batam, Apa yang Dilakukan ATB?, https://batam.tribunnews.com/2020/03/10/optimal-antisipasi-krisis-air-di-batam-apa-yang-dilakukan-atb?page=all.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved