SIAL! China Tak Kebagian, Proyek Jor-joran di Indonesia Tak Libatkan Pengusaha Tiongkok, Ada Apa

Dalam proyek Indonesia ke depan tak ada investor China yang terlibat di dalamnya, di mana RI dikatakan tampak mengecualikan Negeri Panda

Biro pers setpres
SIAL! China Tak Kebagian, Proyek Jor-joran di Indonesia Tak Libatkan Pengusaha Tiongkok, Ada Apa. Foto Presiden Jokowi dan Presiden China Xi Jinping bersalaman 

TRIBUNBATAM.id - Sial! China Tak Kebagian, Proyek Jor-joran di Indonesia Tak Libatkan Pengusaha Tiongkok, Ada Apa.

China merupakan investor asing terbesar kedua terbesar di Indonesia pada tahun 2020.

Tahun lalu Negeri Panda berinvestasi sebanyak 4,8 miliar dollar AS atau sekira Rp67 triliun.

Namun sepertinya Beijing akan dikecualikan dalam "proyek" baru Indonesia untuk proyek-proyek ambisius.

Investor China disebut-sebut tak ada satu pun yang ikut dalam rencana proyek tersebut.

VIRAL 153 TKA China Masuk dari Soetta, Padahal RI Perpanjang Larangan Masuk WNA, Ini Penjelasannya

TKA China Berduyun-duyun ke PT BAI Bintan, Benarkah Tak Prioritaskan Pekerja Lokal?

Surat kabar China, South China Morning Post memberitakan pada Senin (8/2/21),

bahwa ada dana baru yang disebut Indonesia sebagai Investment Authority (INA) sedang dihimpun.

Foto smelter PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI). PT VDNI adalah perusahaan multinasional pengolah nikel asal Tiongkok.
Foto smelter PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI). PT VDNI adalah perusahaan multinasional pengolah nikel asal Tiongkok. Ilustrasi (Instagram/virtuedragon)

Dana ini akan digunakan untuk proyek infrastruktur ambisius Presiden Joko Widodo (Jokowi),

untuk pembangunan jalan, pelabuhan, jembatan dan bandara.

Tak main-main, RI berencana menghimpun dana untuk INA,

yang diharapkan beroperasi pada kuartal pertama tahun ini.

Terjawab 325 TKA China Bisa Masuk Bintan di Masa Pandemi COVID, Sudah Punya Izin, Mahasiswa Protes

500 TKA China Akan Datang Akhir Juni 2020, Jubir Luhut: Mereka Dibutuhkan untuk Bangun Smelter

Dengan modal awal 5 miliar dollar AS (Rp70 triliun),

di mana 1 miliar dollar AS (Rp14 triliun) berasal dari APBN.

Sisanya, 4 miliar dollar AS (Rp56 triliun),

akan diperoleh dari pengaluhan ekuitas dan aset perusahaan milik negara.

Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved