BERITA CHINA
China - AS Saling 'Serang' Buntut KTT Demokrasi, Singgung Senjata Pemusnah Massal
Ketegangan China dengan Amerika Serikat (AS) semakin menjadi saat KTT Demokrasi yang digelar selama dua hari secara virtual di Negeri Paman Sam.
TRIBUNBATAM.id - Perseteruan China dengan Amerika Serikat (AS) semakin menjadi.
Negeri yang dipimpin Xi Jinping itu bahkan berani menyebut demokrasi di Amerika Serikat sebagai senjata pemusnah massal.
China menyampaikan sikap kerasnya itu setelah Negeri Paman Sam menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Demokrasi.
Perseturuan berawal dari dikeluarkannya China dari KTT yang digelar secara virtual selama dua hari itu.
Menyusul sejumlah negara lain termasuk Rusia dan Hongaria.
Baca juga: China Tetap Lirik Indonesia Buat Investasi, Menko Luhut: Sampai Gak Dapat Hotel
Baca juga: Amerika Serikat Desak China Berhenti Buat Masalah di Indo-Pasifik
Perwakilan negara yang marah lantas menuduh Presiden Joe Biden memicu perpecahan ideologis era Perang Dingin.
Ketegangan antara China dan Amerika Serikat ini bukan yang pertama terjadi.
Amerika Serikat bahkan berani memboikot diplomatik Olimpiade Beijing 2022.
Sikap AS ini diikuti sejumlah negara lain seperti Inggris, Kanada dan Australia.
China meradang dengan sikap sejumlah negara itu.
Amerika Serikat juga mengkritik sikap China dalam memuluskan kepentingan nasionalnya.
"Demokrasi sejak lama menjadi 'senjata pemusnah massal' yang digunakan oleh AS untuk mencampuri negara lain," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China dalam pernyataan online dikutip dari AFP.
Kemlu China juga mengklaim KTT itu diselenggarakan oleh AS untuk menarik garis prasangka ideologis, memperalat dan mempersenjatai demokrasi, serta menghasut perpecahan dan konfrontasi.
Baca juga: China Deteksi Kasus Pertama Covid-19 Varian Omicron, Kepri Malah Cetak Rekor
Baca juga: China Kerahkan Pesawat Pengebom di Laut Natuna Utara Hingga Sebar Ranjau Laut
Sebaliknya, Beijing bersumpah dengan tegas menolak dan menentang semua jenis demokrasi semu.
Menjelang KTT, China meningkatkan serangan propaganda yang mengkritik demokrasi AS sebagai korup dan gagal.