BERITA CHINA
China Saingi Amerika Serikat, Bagikan Potret Planet Mars dari Misi Tianwen-1
China terus bersaing dengan Amerika Serikat soal kemajuan teknologi. Adu kuat teknologi luar angkasa salah satunya.
TRIBUNBATAM.id - China mulai menandingi Amerika Serikat (AS) dalam hal kemajuan teknologi.
Ini setidaknya terlihat saat Badan Antariksa Nasional China atau China National Space Administration (CNSA) membagikan empat foto planet Mars dari misi Tianwen-1.
China menjadi negara kedua setelah Amerika Serikat yang berhasil mendaratkan pesawat ruang angkasanya di Mars.
Penjelajak ruang angkasa China, Zhu Rong yang berarti dewa api mencatatkan untuk mendarat di planet merah ini pada 22 Mei 2021.
Penjelajah ruang angkasa Zhu Rong yang memiliki tinggi 1,85 meter dan berat 240 kilogram itu mengeksplorasi daratan di Mars selama 224 hari.
Baca juga: China Kerahkan 33 Ahli Gesa Proyek Kereta Cepat, Nasib Tenaga Kerja Lokal?
Baca juga: China Kesulitan Penuhi Kebutuhan Warga Setelah Lockdown Kota Berisi 13 Juta Jiwa
Wahana robotik Tianwen-1 pertama kali diluncurkan pada 23 Juli 2020 dan mengorbit di sekitar Mars tujuh bulan kemudian atau sekitar bulan Februari 2021.
Misi dari pesawat luar angkasa China adalah untuk menjelajahi permukaan dan geologi planet itu serta meneliti medan magnetnya, komposisi tanah, dan atmosfernya.
Para peneliti juga mengikutsertakan foto pertama dari misi pengorbit yang diperlihatkan secara utuh pada Sabtu (1/1/2022).
Mereka menggunakan sensor yang dapat dilepas dan dilengkapi dengan dua lensa sudut lebar di dinding luar probe atau pesawat ruang angkasa yang dikendalikan dari bumi.
Foto yang berwarna itu memperlihatkan pengorbit terbang di sekitar Planet Merah dalam orbit yang diidentifikasi CNSA sebagai lapisan es di kutub utara Mars.
Namun, berbeda dengan es di daerah kutub Bumi, es di Mars merupakan campuran dari karbon dioksida beku dan air.
Mengutip laman resmi CNSA, Sabtu (1/1/2022) salah satu peneliti mengungkapkan bahwa Tianwen-1 masih memiliki energi yang cukup, serta dalam kondisi baik.
“Misi Tianwen 1 telah memperoleh dan mentransmisikan hampir 540 gigabyte data,” ujarnya seperti diberitakan Kompas.com.
Dilansir dari TASS, Sabtu (1/1/2022) per 31 Desember 2021, pengorbit Tianwen-1 telah melakukan misinya di orbit selama 526 hari, pada jarak sekitar 350 juta kilometer di atas bumi.
Baca juga: 3 Pria China Bikin Polisi Geleng Kepala, Sewa Taksi Jutaan Tempuh 1.100 Km hanya untuk Curi Ponsel
Baca juga: China Terapkan Cara Ekstrem Hukum Pelanggar Protokol Kesehatan Covid-19
Dikatakan oleh CNSA, butuh waktu selama 19,5 menit untuk mengirimkan gambar tersebut.
Sementara itu, misi Tianwen merupakan sejarah baru bagi program luar angkasa China.
Badan antariksa China mengatakan pengorbit Tiawen-1 dan penjelajah Zhu Rong masih dalam kondisi baik.
Menurut kepala perancang misi Tianwen-1, Zhang Rongqiao, saat ini China sedang mengerjakan misi lainnya.
Kemungkinan besar akan dinamai dengan misi Tianwen-2, dan dimanfaatkan untuk mengumpulkan sampel batuan dari planet merah dan mengembalikannya ke Bumi di tahun 2030 mendatang.
PROYEK Matahari Buatan China
Tidak hanya fokus pada misi Tianwen-1 yang sukses mendokumentasikan planet Mars serta mendaratkan pesawat luar angkasanya.
China sebelumnya juga mencatatkan rekor baru pada proyek 'Matahari' buatannya pada akhir tahun 2021.
Proyek dengan nama Experimental Advanced Superconducting Tokamak (EAST) ini dilaporkan menyala lebih lama pertama kali pada pekan lalu waktu setempat.
Dilansir dari CGTN, Jumat (31/12/2021) saat ini matahari artifisial itu diklaim mampu menyala selama 1.056 detik atau sekitar 17 menit pada suhu plasma tinggi.
EAST adalah reaktor fusi nuklir yang disebut-sebut akan menjadi sumber energi di masa depan.
Baca juga: China Makin Berani Klaim Laut Natuna Utara, Indonesia Gandeng Amerika Serikat
Baca juga: China, Singapura dan Malaysia Pasar Utama, Ekspor Pertanian Sumbang Rp 1,4 Triliun
Matahari buatan ini memanfaatkan medan magnet untuk bisa menghasilkan plasma panas dari fusi nuklir.
Apa yang dibuat China sebelumnya disampaikan Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Putin mengungkap jika China sedang mengembangkan senjata berteknologi canggih.
Rusia bahkan menjalin kerja sama dengan China salah satunya pada bidang keamanan.
Putin menyebut angkatan bersenjata China sebagian besar dilengkapi dengan sistem persenjataan paling canggih.
Rusia menurut Putin bekerja sama dengan China di bidang luar angkasa, khususnya pada area pesawat.
Menurut dia, kerja sama antara angkatan China dan Rusia meliputi latihan bersama, partisipasi dalam latihan perang internasional bersama, patroli bersama di laut dan di udara.
Putin menambahkan, Rusia dan China memiliki kemitraan strategis yang benar-benar komprehensif.
Vladimir Putin menyebut China akan melampaui AS untuk setiap aspek perekonomian dalam 30 tahun ke depan.
Menurut China National Nuclear Corp, matahari buatan yang menggunakan hidrogen dan gas deuterium sebagai bahan bakar itu akan menciptakan fusi nuklir seperti matahari serta menghasilkan energi yang bersih dan stabil.
Baca juga: China Catat Rekor Kasus Covid-19 Sejak Maret 2020, Lockdown Kota Tak Mempan Tekan Corona?
Baca juga: China Pamer Infrastrukturnya, Resmikan Jalan Tol Lintas Gurun Pertama
Berbeda dengan bahan bakar fosil termasuk batu bara, minyak, maupun gas alam yang terancam habis dan mencemari lingkungan, bahan mentah yang dibutuhkan untuk matahari artifisial, atau matahari buatan China ini sangat tak terbatas.
Oleh karena itu, energi fusi dianggap sebagai 'energi pamungkas' yang ideal di masa depan.
Kompas.com memberitakan jika EAST pada Mei 2021 pernah menyala selama 101 detik pada suhu 120 juta derajat Celsius.
Kemudian, peneliti kembali menguji EAST di bulan Juni 2021, dimana perangkat ini menghasilkan suhu 160 juta derajat Celsius, suhu yang 10 kali lebih panas daripada matahari.
Saat ini EAST telah mencapai ketiga target yang telah ditentukan oleh para peneliti yakni menghasilkan arus sebesar 1 juta ampere dalam durasi 1.000 detik, dan suhu 100 juta derajat Celsius.
Para peneliti menuturkan, misi terakhir matahari buatan dari perangkat EAST yang dikembangkan China ini adalah mencapai semua target tersebut dalam sekali percobaan.
Baca juga: China Ngotot Taiwan Masuk Wilayahnya, China Harus Dipersatukan Kembali
Baca juga: Petenis China Bikin Pengakuan Mengejutkan, Sebelumnya Seret eks Wakil Pemimpin PKC
Direktur ASIPP, Song Yuntao mengatakan lembaganya telah berkolaborasi dengan peneliti ilmiah internasional untuk mewujudkan matahari buatan menggunakan perangkat besar ini.
Para peneliti mengumumkan kabar ini dan mengatakan bahwa EAST akan melewati pengujian oleh Institute of Plasma Physics yang berada di bawah naungan Chinese Academy of Sciences (ASIPP).
"Kali ini, operasi plasma bertahan selama 1.056 detik pada suhu mendekati 70 juta derajat Celcius, menaruh padatan ilmiah dan eksperimental ini menuju berjalannya reaktor fusi," ujar peneliti di Institute of Plasma Physics, Gong Xianzu, Jumat (31/12/2021).(TribunBatam.id) (Kompas.com/Zintan Prihatini)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google
Berita Tentang China
Sumber: Kompas.com