IDI Datangi Kantor Polisi Imbas Dokter Sunardi Tersangka Kasus Terorisme

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mendatangi kantor polisi setelah dokter Sunardi berstatus tersangka kasus terorisme.

TribunBatam.id via TribunSolo.com
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sukoharjo, Arif Budi Satria saat ditemui Jumat (11/3/2022). (TribunSolo.com/Septiana Ayu Lestari) 

TRIBUNBATAM.id - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) bersikap terkait status tersangka dokter Sunardi dalam kasus terorisme.

Mereka mendatangi Polres Sukoharjo, Sabtu (12/3/2022).

Dokter Sunardi yang dilaporkan berumur 54 tahun ini diketahui tewas oleh tindakan tegas dan terukur polisi saat Densus 88 Antiteror Mabes Polri berusaha menangkapnya di jalan Bekonang, Sukoharjo, Jawa Tengah pada Rabu 9 Maret 2023 sekira pukul 21.15 WIB.

Sempat terlibat aksi kejar-kejaran menggunakan mobil sebelum akhirnya polisi mengambil tindakan tersebut.

Mobil yang dikendarai dokter Sunardi bahkan sempat menghantam pagar rumah milik Dwi Puji (35) yang berlokasi di jalan Bekonang-Sukoharjo, Cendana Baru, Sugihan, Sukoharjo.

Sebelum mendapat timah panas anggota Densus 88 Antiteror, tersangka dilaporkan menabrakkan mobil ke arah petugas Densus 88 serta kendaraan petugas masyarakat yang sedang melintas.

Baca juga: Densus 88 Tembak Mati Dokter Sunardi Tersangka Terorisme, Begini Reaksi Warga Sekitar

Baca juga: Mabes Polri Tegaskan Dokter Sunardi Sudah Berstatus Tersangka Terorisme Sebelum Ditangkap

Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan mengatakan, bagian punggung atas dan bagian pinggul kanan bawah Sunardi terkena timah panas polisi hingga ia meninggal dunia.

Langkah tegas dan terukur ini dilakukan karena yang bersangkutan berusaha melawan petugas.

Anggota Polri mempertimbangkan situasi saat itu sudah membahayakan jiwa petugas dan masyarakat sekitar.

Ramadhan juga menyebut jika Sunardi sejak awal sebelum penangkapan sudah berstatus tersangka terorisme.

Ia menegaskan, status hukum ini diberikan sebelum yang bersangkutan ditangkap hingga berusaha melawan polisi.

Ramadhan menjelaskan, Sunardi merupakan anggota dari jaringan terorisme Jamaah Islamiyah (JI).

Kemudian, Sunardi pernah menjabat sebagai pimpinan atau Amir Khidmat serta menjadi Deputi Dakwah dan Informasi JI.

Baca juga: KRONOLOGIS Densus 88 Antiteror Mabes Polri Tembak Mati Terduga Teroris di Jateng

Baca juga: Teror China semakin Nyata! Taiwan Gandakan Produksi Rudal, Modernisasi Militer Prioritas Tsai Ing

Selain itu, Sunardi juga disebutkan sebagai penasehat Amir organisasi teroris JI dan menjadi penanggung jawab Hilal Ahmar Society Indonesia (HASI).

Ramadhan juga menjelaskan HASI merupakan yayasan atau organnisasi terlarang yang terafiliasi oleh JI.

Menurutnya, HASI bertugas merekrut, mendanai, dan memfasilitasi perjalanan pengikut fts foreign terrorist fighter (FTS) ke Suriah.

Yayasan ini berdasarkan penetapan Ketua Pengadilan Negari Jakarta Pusat pada tahun 2015 adalah organisasi terlarang.

Yang terbaru, perwakilan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sukoharjo bertemu langsung dengan Kapolres Sukoharjo AKBP Wahyu Nugraha Setyawan dan Kabid Humas Polda Jateng Kombes Pol M Iqbal Alqusudy.

Ketua IDI Sukoharjo Arif Budi Satria mengungkap, kedatangan IDI untuk meminta penjelasan kasus terorisme, yang melibatkan tersangka seorang dokter warga Sukoharjo.

Pasalnya, perwakilan IDI Sukoharjo sempat mendatangi rumah duka, dan bertemu langsung dengan pihak keluarga Sunardi.

"IDI hanya fokus pada profesi, kasusnya kami serahkan kepada pihak berwenang," katanya kepada TribunSolo.com.

Baca juga: Densus 88 Tangkap Seorang Terduga Teroris di Palangkaraya Kalimantan Tengah

Baca juga: Polisi Ungkap Peran Empat Terduga Teroris di Batam, Galang Dana untuk Kegiatan JI

"Kami lebih membahas kesisi humanisme dan kemanusian, seperti keluarga yang bersangkutan," imbuhnya.

Kedatangan IDI ke rumah duka sendiri sebagai aksi kemanusiaan.

Sebab, rekan sejawat meraka ada yang telah meninggal dunia, tanpa ada embel-embel kasus terorisme yang menjerat S.

Dia mengatakan, jaringan terorisme ini tidak ada sangkutpautnya dengan profesi.

Sebab, apapun profesinya, tak menutup kemungkinan terdoktrin oleh paham radikalisme.

"Dari pihak kepolisian menegaskan bukan karena profesi dokter," ucapnya.

"Ditegaskan tidak ada kaitannya dengan profesi. sebab, profesi lain bisa tersandung masalah yang sama," tambahnya.

Untuk mengawasi tidak adanya dokter lain di Sukoharjo yang terpapar paham radikal cukup sulit terpantau oleh IDI.

Karena setiap anggota memiliki aktivitas diluar profesi mereka.

"Kegiatan tiap anggota, kita tidak bisa mengikuti," kata dia.

"Tapi di IDI sendiri ada penegasan, bahkan sumpah dokter juga ada, bahwa kita tidak boleh membahyakan kehidupan orang lain. Jadi secara dasar IDI tidak akan mendukung aksi terorisme," ujarnya.

Arif mengatakan, IDI tetap akan merangkul keluarga Sunardi sebagai bagian dari aksi kemanusian.

Baca juga: Terduga Teroris Ditangkap di Batam, Ini Kesaksian Ketua RW saat Tim Densus 88 Datang

Baca juga: Tugu di Kepri Ini Mirip Simbol Densus 88 Anti Teror, Cerita Dibaliknya Sarat Nilai Sejarah

Di sisi lain, dari pihak kepolisian juga akan membantu keluarga Sunardi.

Kabid Humas Polda Jateng Kombes Pol M Iqbal Alqusudy menambahkan, pihak kepolisian akan melakukan komunikasi dengan keluarga.

"Ada namanya program deradikalisasi, dan trouma healing, semua pihak terkait akan dilibatkan," sebutnya.

UBAH Strategi?

Sosok Sunardi (54) adalah warga Kelurahan Gayam, Kecamatan/Kabupaten Sukoharjo ditembak mati oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri pada Rabu (9/3/2022) lalu.

Tersangka teroris ini disebut merupakan anggota organisasi Jamaah Islamiyah (JI).

Hal tersebut disampaikan Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan.

"Yang bersangkutan juga pernah menjabat sebagai Amir Khidmat. Jabatan adalah deputi dakwah dan informasi dan yang bersangkutan sebagai nasihat Amir JI dan juga penanggung jawab Ilal Ahmar Society," ucapnya dalam konferensi pers virtual.

Dilansir dari Kompas.com, pengamat terorisme dan intelijen, Stanislaus Riyanta mengatakan bahwa saat ini Jamaah Islamiyah telah mengubah strategi.

Diduga perubahan strategi ini dilakukan usai Abu Bakar Ba’asyir ditangkap.

Dalam perubahan strategi ini, JI mengganti polanya dari kekerasan menjadi non-kekerasan.

Perubahan ini dilakukan karena kekerasan hanya akan merugikan kelompoknya.

"Mereka akan membuat kegiatan-kegiatan yang diterima orang banyak," ungkapnya, Sabtu (12/3/2022).

Baca juga: Update Densus 88 Tangkap 3 Terduga Teroris di Bekasi, Sudah Jadi Tersangka?

Baca juga: Densus 88 Tangkap 3 Terduga Teroris di Bekasi, Ini Kesaksian Ketua RT Sidik

Lebih lanjut, Stanislaus menjelaskan, organisasi tersebut kini lebih inklusif. Ini dilakukan agar mereka lebih diterima masyarakat.

"Ini adalah suatu adaptasi model aksi. Ini merupakan strategi JI supaya lebih survive," jelasnya.

Kata Stanislaus, perubahan strategi ini, JI mengikuti pola-pola Al Qaeda yang berafiliasi dengan mereka.

Kemudian, Stanislaus menyebut pola Al Qaeda sangat rapi. Salah satu yang ia sorot adalah konsolidasi.

"Mereka punya Pedoman Umum Perjuangan Jamaah Islamiyah. Di dalamnya ada bagaimana caranya kaderasisasi, konsolidasi, dan lain-lain," terangnya.

Terlebih, kader-kader JI juga mempunyai beragam latar.

"Bayangkan, bagaimana jadinya bila mereka memiliki kekuasaan dan bisa mengambil keputusan?," tandasnya.(TribunBatam.id) (TribunSolo.com/Agil Trisetiawan)

Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google

Berita Tentang Penangkapan Teroris

Sumber: TribunSolo.com

Sumber: Tribun Solo
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved