MATA LOKAL CORNER

Anak Muda Batam Soal Pilkada 2024 Cuma Satu Calon, Butuh Bukti Bukan Cuma Janji

Anak muda angkat suara terkait Pilkada Batam 2024 yang berpotensi hanya satu pasangan calon saja.

Penulis: Ucik Suwaibah | Editor: Septyan Mulia Rohman
TribunBatam.id
Ketua Gekrafs Kepri, Stephane Gerald Martogi di Mata Lokal Corner (MLC) Tribun Batam, Kamis (8/8). 

TRIBUNBATAM.id, BATAM - Pilkada Batam 2024 menjadi momen penting, terutama bagi kalangan anak muda.

Sekitar 67 persen anak muda berada di usia milenial, ada ekspektasi besar bahwa suara mereka akan menjadi penentu arah masa depan Batam.

Namun, muncul pertanyaan mendasar apakah anak muda benar-benar peduli dengan mekanisme politik.

Ataukah mereka lebih fokus pada hasil yang bisa dirasakan langsung?

Bagi mereka, selama mekanisme yang ditetapkan oleh negara berjalan sesuai aturan, hasil akhirnya yang paling penting.

"Teman-teman yang berada di industri kreatif, anak muda, sejujurnya tidak akan terlalu peduli mekanisme. Yang penting mekanisme yang telah diatur negara itu dilakukan dan itu sah yasudah seperti itu," ujar Ketua Gekrafs Kepri, Stephane Gerald Martogi, Kamis (8/8).

Artinya, fokus mereka lebih kepada apa yang bisa diberikan oleh pemimpin terpilih, bukan pada proses pemilihannya sendiri.

Namun, dalam konteks Pilkada 2024 ini, adanya kolom kosong menjadi isu yang menarik untuk dibahas.

Apakah ini mencerminkan kurangnya perbandingan visi yang kuat antar kandidat, atau justru merupakan cerminan dari apatisme generasi muda terhadap proses politik.

"Pemilu kemarin saya juga ikut kontestasi, ya untung menggarap milenial ini yang jumlah 67 persen ini, kelihatannya kan gampang, kalau anak muda yang maju udah pasti menang, ternyata enggak juga, susah," imbuhnya.

Memang bukan fenomena baru, dan dalam pemilu sebelumnya yang dilakukan Stephane terbukti tidak mudah untuk menarik perhatian kaum muda, meski mereka memiliki populasi yang besar.

Baca juga: Relawan Amsakar Achmad Sebut Pilkada Batam Lawan Kotak Kosong Malah Lebih Berat

Mendekati pemilih muda tidak bisa dilakukan dengan cara konvensional seperti orasi atau kampanye keliling dari rumah ke rumah. Pendekatan harus lebih personal, selevel dengan gaya anak muda.

Menurut Stephane, anak muda tidak sekadar mencari pemimpin yang berjanji, tetapi mereka mendambakan sosok yang benar-benar bisa mendengar dan memahami aspirasi mereka.

"Kita sering dianggap egois karena sering mengkritik pemerintah, tapi sebenarnya kita hanya ingin didengar," tegasnya.

Pemilu ini adalah kesempatan bagi generasi muda untuk memilih pemimpin yang mampu membawa Batam ke arah yang lebih baik, terutama dalam menghadapi perubahan industri dan tantangan masa depan.

Baca juga: Akademisi Robby Patria Yakin Pilkada Batam Tak Lawan Kotak Kosong: Masih ada Waktu

Halaman
12
Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved