KISRUH REMPANG
Warga Rempang Ziarahi Makam Leluhur, Peringati Setahun Lalu Bentrok dengan Aparat
Warga Rempang Batam depan makam leluhur mereka berdoa mengenang apa yang terjadi setahun lalu saat bentrok dengan aparat mempertahankan kampungnya.
Penulis: Beres Lumbantobing | Editor: Septyan Mulia Rohman
TRIBUNBATAM.id, BATAM - Warga Pulau Rempang, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) berziarah ke Lubuk Lanjut, tempat yang diyakini sebagai titik awal permukiman masyarakat di Pulau Rempang.
Mereka mendatangi kampung lama yang terletak di sebelah Kampung Pasir Panjang, Kelurahan Rempang Cate, Kecamatan Galang, Jumat (6/9) sore.
Kunjungan ini menandai gerak awal warga memperingati momen bentrok antara mereka yang berupaya mempertahankan kampung dengan aparat yang masuk untuk mengukur tata batas lahan di Pulau Rempang pada 7 September 2023 lalu.
Di sana, warga menziarahi makam leluhur mereka.
Mereka mendatangi satu persatu makam, menyirami makam itu dengan air dari ceret besar yang mereka bawa.
Warga juga berdoa, berharap leluhur yang telah mendahului mereka turut serta berjuang menjaga kampung dari ancaman penggusuran dari kampung sendiri.
Momen ini di rasa penting sebagai langkah untuk kembali dekat dengan asal mereka.
Berjuang menjaga kampung dengan semangat perjuangan seperti sebelumnya dilakukan leluhur mereka Ketika menjaga Pulau Rempang.
"Kepada malaikat, kepade Allah SWT, kami minta, mudah-mudahan batal lah proyek Rempang Eco City ini. Mudah-mudahan kampung kami tetaplah utuh seperti sedia kala. Bersama arwah datok nenek moyang kami, kabulkanlah hajat kami ini semuanya," ujar Muhammad Sani (64), warga Rempang yang hadir dalam ziarah itu.
Bagi warga, tanah di Pulau Rempang ini bagai ibu, pemberi kasih sayang pada mereka.
Tanah adat yang diwariskan dan menjadi identitas mereka sebagai orang Melayu.
Baca juga: Viral Video Kapolresta Barelang Dengan Warga Rempang, Akan Tersangkakan Staf BP Batam Terkait Lahan

Beberapa warga nampak larut dalam kesedihan, termasuk Muhammad Saleh.
Ia menangis tak lama setelah tiba di Lubuk Lanjut.
Sambil memandang batu nisan yang tertindih oleh akar pohon ara di lokasi pemakaman, ia sampaikan bahwa makam-makam yang tersebar di kawasan ini adalah jejak keberadaan nenek moyangnya dulu.
Ia tak habis pikir pemerintah tidak menganggap mereka ada.
Padahal bukti keberadaan masyarakat di Pulau Rempang begitu nyata.
Baca juga: BP Batam Ajak Warga Pertahankan Kondusifitas di Tengah Isu Provokatif Rempang Eco-City
Bahwa peradaban masyarakat Melayu di Pulau Rempang sudah lebih dulu ada, jauh sebelum Indonesia.
Untuk diketahui, pada 7 September 2023 lalu, masyarakakat Pulau Rempang terlibat bentrok dengan aparat gabungan yang memaksa masuk.
Warga yang takut kehilangan kampung menolak dengan melawan aparat.
Aparat yang hadir kemudian merespons dengan menghujani warga dengan gas air mata dan peluru karet.
Aparat gabungan juga menangkap tujuh warga yang dianggap melawan, menjadikan mereka tersangka, sebelum akhirnya mereka dibebaskan. (TribunBatam.id/Bereslumbantobing)
Baca juga Berita TribunBatam.id lainnya di Google News
Terdakwa Aksi Bela Rempang Ini Dijerat UU ITE, Sidang Masih Bergulir di PN Batam |
![]() |
---|
Momen Mengharukan Keluar Dari Rutan, Supiandra Sebut Banyak Sekali Hal yang Dirindukan |
![]() |
---|
21 Orang Aksi Bela Rempang Bebas Hari Ini, Keluarga Menjemput di Rutan Batam |
![]() |
---|
Delapan Terdakwa Kasus Sidang Rempang Divonis Berbeda, Berikut Rinciannya |
![]() |
---|
Keluarga 34 Terdakwa Kasus Rempang Berharap Dapat Berkumpul Sebelum Lebaran |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.