WNI DIDEPORTASI DARI MALAYSIA

Kartika dan Bayi Mungilnya Dideportasi dari Malaysia ke Tanah Air via Batam

Kartika dan bayi mungilnya termasuk dalam rombongan WNI yang dideportasi dari Malaysia via Pelabuhan Internasional Batam Center, Kamis (3/10) siang

Editor: Dewi Haryati
tribunbatam.id/Aminuddin
WNI DIDEPORTASI DARI MALAYSIA - Kartika dan bayi mungilnya bersama puluhan WNI yang dideportasi dari Malaysia saat tiba di Pelabuhan Internasional Batam Center, Kamis (3/10/2024) siang 

BATAM, TRIBUNBATAM.id - Kartika tak berhenti menciumi bayinya yang baru berusia satu bulan, saat tiba di Pelabuhan Ferry Internasional Batam Center, Kota Batam, pada Kamis (3/10/2024) siang. 

Ada sendu di wajahnya. Ya, Kartika menjadi satu di antara 30 Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang dipulangkan dari negeri Jiran, Malaysia.

Kepulangan Kartika diwarnai pilu. Ia terpaksa meninggalkan suaminya di Malaysia karena terjaring razia imigrasi.

Perempuan asal Jawa Barat itu sebelumnya berangkat ke Malaysia menggunakan paspor biasa, 2 tahun lalu. 

Baca juga: Imigrasi Belakangpadang Deportasi Warga Malaysia via Batam Gegara Overstay

Ia belum sempat mengurus izin kerjanya, hingga suatu malam Polisi Diraja Malaysia menangkap Kartika di tempat tinggalnya di Senai, Malaysia.

"Saya pekerja buruh. Saya kena tangkap polisi saat tengah terlelap di tempat tinggal di Senai. Ada banyak yang kena malam itu. Laki-laki juga banyak," kata Kartika, sesaat tiba di Pelabuhan Batam Center.

Kartika bercerita, ia menikah dengan warga negara Malaysia selama di sana. Ia ditangkap dalam keadaan hamil besar dan melahirkan satu bulan lalu. Suaminya tidak ikut terjaring razia. 

"Suami saya tidak kena. Saya di Senai sama kakak saya, dia tak kena macam saya," ujarnya. 

Nasib malang menimpanya. Kartika terpaksa pulang ke Tanah Air hanya bersama bayi mungilnya, sementara sang suami tetap tinggal di Malaysia.

Baca juga: Imigrasi Batam Deportasi Satu WNA Asal Singapura, Kencing Sembarangan saat Mabuk

Kartika menyebut, kesulitan mencari pekerjaan di kampung halaman menjadi alasannya mengadu nasib ke negeri Jiran. 

“Ya, memang itu alasannya ke sana. Karena banyak yang bilang gajinya besar. Tapi yaitu, saya tak sempat urus permit," ungkapnya.

Ia berharap ke depan bisa mendapatkan pekerjaan yang layak, agar bisa menghidupi buah hatinya yang masih berusia satu bulan. (AMINUDDIN/TRIBUNBATAM.id)

Baca juga Berita TribunBatam.id lainnya di Google News

Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved