DEMO WARGA TELUK BAKAU
Polemik Kampung Teluk Bakau, Rumah Warga Dikelilingi Timbunan Tanah Hingga Ada Galian Sumur Besar
warga Teluk Bakau Kabil, Nongsa Batam mengaku dihantui rasa takut bermukim di perkampungan yang telah dihuni puluhan tahun.
Penulis: Beres Lumbantobing | Editor: Eko Setiawan
TRIBUNBATAM.id, BATAM - Ratusan kepala keluarga (KK) warga Teluk Bakau Kabil, Nongsa Batam mengaku dihantui rasa takut bermukim di perkampungan yang telah dihuni puluhan tahun.
Hal itu menyusul adanya aktivitas penggusuran oleh pihak pengembang yang mengaku pemilik PL lahan yang dihuni warga tersebut. Parahnya lagi, dalam upaya penggusuran, warga menyebut pihak perusahaan melakukan tindakan premanisme dengan menurunkan sekelompok preman ke perkampungan.
“Itu yang kami sesalkan, tidak ada sosialisasi dengan warga sini. Upaya komunikasi baik-baik, jangan karena kami ini tinggal di perkampungan tiba-tiba main gusur macam mau gusur kandang ayam,” ujar tokoh masyarakat Teluk Bakau, M Ridwan saat ditemui di perkampungan Teluk Bakau, Rabu (30/10) siang.
M Ridwan didampingi sejumlah masyarakat dan toko pemuda mengajar Tribun menyusuri Perkampung Teluk Bakau yang telah ditimbun dan diratakan pihak perusahaan. Bahkan, terdapat beberapa rumah yang sudah ditimbun tanah liat dan dihancurkan menggunakan alat berat, bangunan semi permanen itu rata dengan tanah.
Parahnya lagi, terdapat beberapa rumah yang dikeliling tanah liat timbunan. Rumah itu seolah dikepung gundukan tanah. Gundukan tanah lebih tinggi dari atap rumah warga.
“Lihat pak, apapun ceritanya. Ini sudah membuat warga tidak nyaman, dan terancam di rumah. Kalau hujan, pasti luput turun. Rumah sudah dikelilingi tanah timbun,” ujar Ridwan memperlihatkan kondisi rumah warga milik keluarga pak Maya.
Pak Maya tak memiliki akses keluar dari komplek rumah lantaran sudah dikelilingi gundukan tanah. Bahkan, kendaraan motor pak Maya harus ia parkirkan diatas timbunan tanah yang jaraknya hanya 5 meter dari rumahnya.
Pak Maya pun mengaku merasa terancam akan kondisi itu, ia bersama anak dan istri sudah dua bulan dengan kondisi tersebut. Bahkan, jika tak ada solusi dan perhatian dari pihakny perusahan ia mengaku akan tetap tinggal dilokasi lantaran rumah itu merupakan satu-satunya tempat tinggal yang dimiliki.
“Memang dibuat seperti ini pak, bagaimana supaya warga memang tidak nyaman tinggal. Dibuat sekacau mungkin agar kaki keluarg perkampungan tanpa ganti rugi,” tambah Ridwan.
Tidak hanya rumah milik Maya, warga juga mengajak Tribun melihat kubangan besar yang jaraknya sekitar 500 meter dari rumah pak Maya.
“Lihat ini, pak. Ini maksud kubangannya apa. Dalamnya lebih dari 5 meter. Katanya untuk sumur warga sementara, namun ini sangat membahayakan anak-anak kami,” ujar warga lainnya, Sinaga.
Sinaga memperlihatkan galian sumur itu. Ada dua sumur raksasa yang digali dengan ukuran yang cukup dalam dan besar. Lokasinya tepat dibelakang rumah penduduk yang cukup padat.
“Kami takutkan anak-anak kami main kesana dan hanyut. Namanya anak-anak mana paham. Makanya kami heran, apa maksud pihak perusahaan ini,” ungkap Sinaga.
Setelah melihat galian sumur, warga kemudian mengajak Tribun melihat lebih jauh perkampungan Teluk Bakau yang jaraknya lebih dari 1 km meter memasuki huta bandara Hang Nadim.
Disana, sejumlah masyarakat yang didominasi emak-emak turut menyambut. Dengan raut wajah penuh harap, agar mereka tidak digusur dari perkampungan itu.
“Kami sudah pasrah pak, kadang-kadang kampung kami ini didatangi preman. Kami dipaksa pindah, tapi tak tau mau pindah kemana. Sementara kehidupan kami disini,“ ujar wanita paruh baya, Ida di teras rumah.
Ditemani sang anak yang baru pulang sekolah, Ida tampak termenung. Ia harus memikirkan tempat tinggal yang baru, disisi lain ia memikirkan keselamatan keluarga jika terus-terus didatangi kelompok preman.
“Sekarang kami, tak bisa lagi antar anak sekolah pakai motor, apalagi kalau huja turun. Anak-anak jalan kaki lah ke aspal sana, jaraknya sekitar 1 km. Jalan ke tempat kami ini sekarang sudah berlumpur karena di timbun,” ungkap Ida.
Perkampungan Teluk Bakau itu memang tampak asri, dikeliling pohon-pohon rindang. Namun kampung itu kini terancam hilang.
Satu persatu masyarakat mulai memilih pindah, meninggalkan lokasi perkampungan. Namun sebagian masih bertahan dan berharap ada ganti rugi yang layak dari pihak perusahaan.
“Kami tak akan mampuh melawan, kami akan pindah. Namun layak kan lah. Manusiakan lah. Kami sadar, kami tidak memiliki sertifikat akan tanah rumah kami, tapi berperi kemanusiaan lah,” ungkap ketua RT 04, RW 09 kampung Teluk Bakau, Ibrahim Gaus dilokasi.
Sore itu, warga lantas berkumpul berharap lewat pemberitaan Tribun hak dari warga dapat diperhatikan pihak perusahaan yang menggusur warga.
Upaya kekerasan telah mereka lalui, bahkan keputusan unjuk menggelar aksi unjuk rasa pun telah mereka lakukan. Namun upaya masyarakat tak juga membuahkan hasil.
Satu persatu warga perkampungan pun berdatangan kelokasi, pak RT pun berupaya mengajak warganya berbincang layaknya musyawarah warga alias pertemuan dadakan.
Mewakili masyarakat, ketua RT melanjutkan perbincangan sore itu. Kata dia, warga menerima pindah dan meninggalkan kampung itu namun dengan harapan pihak perusahaan memberikan ganti rugi yang layak.
“Mari berdiskusi dan berdialog dengan warga, pihak perusahaan yang kirimkan preman ataupun perwakilan yang arogan dengan gaya mengintimidasi warga,” kata Ibrahim.
Ia menyesalkan langkah awal pihak perusahaan yang tiba-tiba menggusur perkampungan tanpa sosialisasi dengan menurunkan alat berat dan preman.
Ia menyampaikan bahwa penggusuran yang dialami warga berlangsung tanpa sosialisasi atau pemberitahuan yang jelas. Menurutnya, warga merasa dikejutkan dengan keputusan penggusuran yang tiba-tiba meratakan kebun-kebun mereka.
“Kami warga di RT-004 RW-9 tidak mendapatkan sosialisasi. Tiba-tiba saja kebun-kebun kami digusur, sehingga kami semua kaget dan menimbulkan keributan saat itu,” kata Ibrahim Gaus.
Lebih lanjut, Ibrahim menuturkan bahwa pihak perusahaan menawarkan kavling sebagai pengganti lahan yang digusur. Namun, realisasi atas lahan tersebut tidak jelas. Kavling yang dijanjikan oleh PT mengalami masalah kepemilikan lahan, atau tumpang tindih status, terutama di daerah Sambau Nongsa.
“Status kavling yang pihak PT janjikan bermasalah dengan tumpang tindih kepemilikan di Sambau. Banyak dari warga yang sudah mendapatkan kavling merasa masih belum ada kejelasan dari pihak perusahaan,” lanjut Ibrahim.
Dalam aksi damai yang berlangsung dua hari lalu, warga mendatangi beberapa instansi terkait, termasuk kantor perusahaan, Kodim, dan DPRD. Di DPRD, mereka diterima oleh Komisi I yang menangani masalah tersebut, dan mereka sepakat untuk melakukan audiensi dalam rangka mencari solusi. Ibrahim menyatakan bahwa tujuan utama aksi ini murni untuk menyuarakan aspirasi warga agar mendapatkan kejelasan terkait nasib lahan yang dijanjikan.
“Kami ingin mengetahui kedudukan kami ini seperti apa. Kami keluar dan menyuarakan dengan damai. Harapan kami agar ada solusi yang jelas terkait kampung kami ini yang terdampak. Kami warga siap untuk direlokasi, asalkan mendapatkan lokasi yang jelas,” ujar Ibrahim.
Ibrahim juga menegaskan bahwa warga menginginkan penanganan yang menghargai hak asasi mereka. Mereka tidak menolak penggusuran selama ada transparansi terkait lokasi dan status lahan pengganti yang layak.
“Kami, warga disini mungkin terlebih dahulu tinggal sebelum perusahaan punya PL. Ada warga kami yang sudah sejak tahun 90 sudah tinggal disini, jadi kalau dilihat perjalanan waktunya sudah sangat panjang. Hargailah kami yang tinggal dikampung ini,” tutupnya. (TRIBUNBATAM.ID/bereslumbantobing)
Kodim 0316 Batam Minta Maaf ke Warga Teluk Bakau, Akui Ada Oknum TNI Intimidasi Penduduk |
![]() |
---|
Danramil Nongsa Bicara Soal Anggota TNI di Teluk Bakau Batam, Dorong Dua Pihak Cari Solusi |
![]() |
---|
RDP Warga Teluk Bakau di DPRD Batam Bahas Ganti Rugi Lahan Belum Ada Titik Temu |
![]() |
---|
Oknum TNI di Batam Terlibat Polemik Penggusuran Teluk Bakau, Kodim 0316 Minta Maaf |
![]() |
---|
Jawab Tuntutan Demo Warga Teluk Bakau, DPRD Batam Jadwalkan RDP, Siapa Saja? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.