Selain harus berjuang dengan panas terik dan keadaan, Fatimah harus berjuang dengan modernisasi.
Sebagai gambaran, mesin pemecah batu yang setidaknya terdapat 2 titik di jalan lingkar Rintis - Temburun mampu menghasilkan setidaknya 12 kubik batu split satu harinya.
• TERUNGKAP! Ternyata Begini Cara Penjaga Kantin LPKA Batam Edarkan Ekstasi Dalam Penjara Anak
• Kebijakan Disdik Kepri Tambah Rombel Dituding Langgar Aturan Permendikbud
• Kebakaran Kos-kosan di Tanjungpinang, Anita dan Suami Hanya Selamatkan Anak-anak dan Surat Berharga
• Cerita Soeharto Curhatkan Hal Rahasia Kepada Mahasiswa Usai Lengser, Begini Kisahnya
Fatimah pun hanya bisa pasrah ketika disinggung mengenai hal ini.
Meski begitu, terlihat dari wajahnya, ada rasa syukur dari apa yang Tuhan berikan kepadanya.
"Kalau memang tidak bisa lagi, mau diapakan lah Pak. Terpaksa kami mencari kerja lain.
Walaupun kerja lain seperti buat kue letak di warung satu hari saja tidak habis.
Kami pernah mencobanya," sebut Fatimah seraya menunjuk Ernawati rekan pemecah batu lainnya.
Khusus di Desa Pesisir Timur, Kecamatan Siantan sedikitnya terdapat belasan warga yang menggantungkan hidupnya dari batu.
Dari belasan orang itu, beberapa di antaranya merupakan wanita yang boleh dibilang menjadi srikandi.
Kontur wilayah Anambas yang berbatu, rupanya menjadi berkah bagi mereka.
Para srikandi tangguh itu tidak melulu berada di atas meja dan di ruangan ber-AC. (TRIBUNBATAM.id/Septyan Mulia Rohman)