Harga Getah Karet Anjlok, Perempuan 60 Tahun Ini Memilih Berkebun

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Yusnani (60) dari pencari getah kini beralih menjadi petani kebun.

ANAMBAS, TRIBUNBATAM.id - Di usia yang sudah hampir menginjak 60 tahun, tidak menyurutkan semangat Yusnani, perempuan asal Desa Temburun, Kecamatan Siantan Timur ini dalam mencari sumber rezeki.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, Yusnani (60) harus mengolah lahan kosong yang berada di sekitaran bukit, letaknya tidak jauh dari rumah penduduk.

Di sana ia mulai bercocok tanam, berbagai jenis sayuran yang bisa ia jual pun ia tanam.

Sebelum memilih bercocok tanam, dulunya Yusnani bekerja sebagai pemotong getah atau karet.

Akibat harga jual yang anjlok ia pun memutuskan untuk mengganti jenis pekerjaan nya menjadi petani sayur.

"Dulu harga getah mahal, tapi sekarang udah turun, bahkan tidak laku lagi. Jadi sekarang saya milih nanam sayur aja di sini," ujar Yusnani kepada Tribun Batam, Minggu (7/3/2021).

Baca juga: Abdul Haris dan Wan Zuhendra Pimpin Anambas Lagi, Ikuti Tepuk Tepung Tawar Khas Melayu

Berbagai macam jenis sayuran ia tanam, ada cabai, singkong, sawi, kangkung, jagung, dan bayam pun ia kelola di lahan miliknya itu.

Hasil sayuran yang sudah ada langsung ia jajakan kepada masyarakat di sekitar Desa Temburun, bahkan ia juga membawanya ke pasar Tarempa.

Sementara itu, Yusnani mengatakan harga sayuran yang ia jual tentu berbeda dengan harga di pasar, sedikit lebih murah bila ada masyarakat yang langsung datang ke kebunnya.

"Tidak tentu juga harganya, kayak ketimun ini sekilo nya Rp 12 ribu, kalau di pasar beda lagi harganya," kata Yusnani.

Terkadang harga jual nya tidak sebanding dengan ia membeli bibit sayuran. Harga bibit saja ia katakan cukup mahal.

Bibit ketimun harus dibeli Yusnani seharga Rp 55 ribu perbungkus.

"Kita tanam sekitar satu bulan udah bisa panen, kalau cuaca bagus biasanya saya dapat 50 kilogram, apalagi cuaca lagi panas ini harus rajin siram biar buahnya bagus," kata Yusnani.

Terlebih lagi, Yusnani harus mengangkat air dari sumur untuk menyirami tanamannya. Tidak hanya ketimun saja, Yusnani juga menanam jagung, bibit jagung yang ia beli pun harganya sangat mahal, satu kampek atau bungkus ia harus mengeluarkan uang Rp 200 ribu.

"Alhamdulillah kemarin itu saya semai dapat lah 1.600 batang jagung," jelasnya.

Halaman
12

Berita Terkini